Update Drone KamikazeKlik di Atas

Selain Menjadi Penyokong Tenaga, Baterai Lead Acid di Kapal Selam Berperan Sebagai Ballast

Di sekitaran Oktober 2017, berita tentang protes Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tentang performa baterai di kapal selam KRI Nagapasa 403 (aka – Changbogo Class) mengemuka ke publik. Seperti telah banyak diwartakan, Menhan menyebut Kapal selam dirasa kurang bertenaga karena berbadan besar tapi tenaga listrik yang dipasok kecil.

Baca juga: Ini Dia! Kapal Selam Nagapasa “Kuning” Untuk Uji Hidrodinamika

Beruntung kemudian kapal selam yang masih dalam masa garansi langsung mendapat penangangan dari pihak manufaktur Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), dan masalah serupa tidak berlanjut di kapal selam kedua, KRI Ardadedali 404.

Kurangnya pasokan tenaga listrik di kapal selam secara langsung terkait dengan keberadaan baterai. Sebagai kapal selam diesel listrik, komponen baterai jenis lead acid jelas memegang peranan vital, lantaran mesin diesel digunakan saat kapal berlayar di permukaan, sementara saat kapal berlayar di bawah permukaan, maka yang menyokong tenaga adalah baterai lead acid.

Dalam kasus KRI Nagapasa 403 yang masuk golongan Type 209/1400, punya dimensi dan bobot (1.400 ton) yang lebih besar disbanding kapal selam Cakra Class (Type 209/1200) – 1.285 ton. Dari situ sudah jelas spesifikasi baterai yang dibutuhkan untuk Nagapasa Class memang harus lebih besar. Baik kapal selam dari basis Type 209/1200 dan Type 209/1400 pada dasarnya membutuhkan pasokan baterai lead acid 4 x 120-cell.

Baterai Hagen dari Jerman yang akan digunakan pada kapal selam Cakra Class TNI AL (Foto: PT Agrapana Nugraha Katara)

Seperti pada Cakra Class, dikutip dari dari Wikipedia menggunakan baterai dibuat oleh Varta (low power) dan Hagen (Hi-power). Tenaga yang dihasilkan dari baterai tersebut lantas disalurkan untuk menggerakan motor listrik Siemens jenis low-speed disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke baling-baling kapal selam.

Yang menarik dari baterai di kapal selam, perannya bukan sebatas penyokong tenaga saja, lain dari itu bobot dari beterai juga berperan untuk sebagai ballast (pemberat) kapal selam. Jangan disamakan dengan baterai (aki mobil), bobot keseluruhan baterai lead acid pada kapal selam Cakra Class menyumbang 25 persen dari bobot keseluruhan kapal selam. Dengan perincian, ada 480 cell baterai yang masing-masing cell baterainya punya berat 500 kg.

Di kapal selam Type 209, posisi penempatan baterai berada di bagia depan dan belakang command center (Pusat Informasi Tempur). Sebagian lagi berada di deck bagian bawah.

Baterai Lead Acid (Asam Timbal)
Dari era kapal selam di Perang Dunia II, baterai lead acid masih jadi andalan bagi kapal selam diesel listrik. Alasan digunakannya baterai jenis ini ada beragam, diantaranya relatif murah, terbukti andal, dan dipahami dengan baik dari perspektif manajemen, dan yang tak kalah penting dipandang cukup aman dalam pengoperasian.

Gas hidrogen dihasilkan sebagai hasil dari beberapa mode pengisian baterai yang pada tingkat tertentu bisa sangat berbahaya. Oleh karena itu baterai dirancang untuk dapat dioperasikan pada minimal gassing rates. Umumnya kapal selam diesel listrik melaksanakan proses charging baterai pada saat berlayar di permukaan, sembari melakukan re-supply oksigen.

Baca juga: KRI Nagapasa 403 Tuntas Lakukan Modifikasi, 2 Agustus 2017 Siap Dikirim Ke Indonesia

Pada prinsipnya, desain dan performa baterai kapal selam harus memenuhi aspek high endurance, high speed capability, design optimisation, charge acceptance, dan safety. Lifetime baterai kapal selam dengan perawatan yang baik dapat mencapai masa penggunaan hingga delapan tahun.

Di pasar baterai kapal selam, setidaknya ada lima vendor papan atas yang merajai penjualan baterai, yaitu EnerSys, EverExceed, Exide Technologies, HBL Power Systems, dan Sunlight Systems. Diantara kelimanya pemain terbesar adalah Exide Technologies dari Jerman. Exide Technologies menawarkan produknya dalam beberapa merek, seperti CEAC, Hagen, Sonnak, dan Tudor.

Baru-baru ini, teknologi baterai baru yang menawarkan kepadatan energi lebih tinggi telah muncul yang menunjukkan ‘janji besar’ untuk operasi kapal selam konvensional, seperti adopsi baterai lithium ion (Li-Ion). Solusi tersebut saat ini sedang dalam tahap awal pengembangan dan pastinya diuji secara hati-hati untuk memastikan bahwa aspek keselamatan menjadi yang paling utama. (Haryo Adjie)

5 Comments