[Polling] Airbus C-295 AEW Jadi Pilihan AEW&C Terpopuler, Tapi Ada Poin yang Kurang Menguntungkan
Setelah lama redup kabar beritanya, rencana pengadaan pesawat intai peringatan dini – Airborne Early Warning and Control (AEW&C) untuk TNI AU kembali mencuat, khususnya setelah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberi persetujuan untuk pencarian pinjaman luar negeri dalam realisasi pengadaan AEW&C dengan pagu US$800 juta untuk dua unit AEW&C.
Baca juga: [Polling] Global 6000 Saab GlobalEye: Pesawat AEW&C Paling Ideal Untuk TNI AU
Dan Indomiliter.com pada 1 Februari – 1 Maret 2023, menggelar polling untuk kedua kalinya (Polling XXII) yang bertema pengadaan AEW&C untuk kebutuhan TNI AU. Dibanding kontestan pada polling pertama yang digelar 3 Agustus – 3 September 2016, maka pilihan pada polling AEW&C terbaru, berfokus pada tiga kandidat AEW&C yang dipandang punya peluang, terutama dari aspek harga dan teknologi untuk diadaopsi oleh Indonesia.
Ketiga kandidat dalam polling XXII adalah Airbus C-295 AEW, Saab 2000 Erieye dan Boeing 737 E-7 Wedgetail. Bila pada polling di tahun 2016, yang menjadi jawara polling adalah Global 6000 Saab Globaleye, maka pada polling terbaru, Airbus C-295 AEW yang sebelumnya ada di urutan kedua, di polling kedua tentang AEW&C kali ini, menjadi AEW&C yang paling banyak dipilih oleh netizen responden.
Dari 5.272 responden, Airbus C-295 AEW dipilih oleh 2.523 responden (48 persen) dan Boeing 737 E-7 Wedgetail dipilih 1991 responden (38 persen), sementara Saab 2000 Erieye dipilih 758 responden (14 persen).
Dari hasil tersebut, maka C-295 AEW dari Airbus Defence and Space didapuk sebagai pesawat AEW&C terpopuler dalam polling ini. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah Airbus C-295 AEW adalah benar-benar AEW&C yang ideal untuk TNI AU?
Kemungkinan besar responden memilih C-295 AEW lantaran adanya kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan Airbus Group. Ditambah PT DI juga telah dipercaya oleh Airbus untuk merakit C-295. Saat ini, C-295 varian angkut telah dioperasikan oleh TNI AU dan Polri. Artinya, lepas dari jenis dan kemampuan radar, plaform pesawat C-295 menjadi pertimbangan.
Airbus Defence and Space resmi merilis C-295 AEW pada ajang Paris AirShow 2011. Mengusung jenis radar AESA (Active Electronically Scanned Array) generasi keempat, C-295 AEW&C mengadopsi tipe rotodome yang berputar 360 derajat.
Namun, di antara keunggulan dari platform C-295 AEW, ada beberapa poin yang bisa menjadi sandungan dalam adopsi C-295 AEW di Indonesia. Poin tersebut adalah kenyataan bahwa sampai saat ini C-295 AEW masih berstatus sebagai prototipe. Dalam bahasa lain, C-295 AEW belum diaukisisi secara operasional oleh negara mana pun.
Di tahun 2016, sempat dikabarkan Angkatan Udara Vietnam akan menjadi pembeli perdana (launch customer) C-295 AEW dengan jumlah pesanan dua unit, tapi sejauh ini belum ada kabar kelanjutannya. Angkatan Udara Vietnam kini mengoperasikan tiga unit varian angkut C-295M.
Melihat belum adanya pengguna operasional C-295 AEW, maka akan terasa sulit jenis pesawat turboprop ini dapat diakuisisi oleh TNI, lantaran belum proven dalam level operasional. Hal yang berbeda bila dibandingkan dengan Boeing 737 E-7 Wedgetail dan Saab 2000 Erieye.
Tantangan kedua bagi C-295 AEW yakni perihal politik. Pasalnya radar AESA yang dipasang pada rotodome C-295 AEW adalah buatan perusahaan Israel, Elta System. Artinya ini bisa menjadi bola panas untuk program akuisisi alutsista bernilai tinggi, dan akan menyulitkan perilah perjanjian kerja sama serta alih teknologi, lantaran tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel.
Pengadaan AEW berbasis Globaleye/Erieye ataupun Wedgetall sama saja artinya alarm Flanker pensiun dan goodbye buat mimpi-mimpi halu akan Felon, Checkmate, S series missile dll
Pengalaman ane dalam TDL Kartika dimana upaya integrasi alutsista Ruskies macam Mi-17 & Mi-35 dipersulit oleh Swedia. Swedo paling anti alutsista mereka diintegrasikan dgn alutsista Ruskies