AD Filipina Pesan WFEL Dry Support Bridge – Truk ‘Jembatan’ untuk Pergerakan Taktis
|Meski modernisasi yang dilakukan Filipina di lini kavaleri terbilang lamban, namun secara perlahan rencana akuisisi telah dijalankan, setelah menimbang-nimbang pengadaan tank dari Korea Selatan Doosan K-21 105 dan Tank dari Indonesia Pindad Harimau, akhirnya Filipina malah memutuskan untuk meminang tank ringab Sabrah buatan Elbit Systems, Israel.
Baca juga: AD Filipina Pilih Tank Ringan Sabrah, Bagaimana Nasib Medium Tank Harimau?
Dan masih terkait dengan pengembangan kavaleri, belum lama ini diwartakan Angkatan Darat Filipina akan mendatangkan truk pengusung jembatan taktis untuk mendukung mobilitas kendaraan tempur (ranpur). Dikutip dari Janes.com (23/6/2021), WFEL Limited dari Inggris telah mengumumkan akan memasok sejumlah Dry Support Bridge (DSB) untuk AD Filipina. T
Tidak disebutkan berapa jumlah yang diakuisisi, namun disebut bahwa pengadaan ini merupakan bagian dari fase ‘Horizon 2’ yang dijalankan dalam Revised Armed Forces of the Philippines Modernization Program (RAFPMP). DSB pesanan Filipinan akan diproduksi di Stockport, Inggris, dengan jadwal pengiriman pada tahun 2023.
Dry Support Bridges pada prinsipnya serupa dengan peran tank jembatan yang beberapa jenis telah dioperasikan oleh kavaleri TNI AD. Lebih khusus lagi, DSB lansiran WFEL mengandalkan platform heavy truk. Sekilas mengingatkan pada truk jembatan (Bridgelayer) MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70 yang pernah dioperasikan Zeni Korps Marinir TNI AL.
DSB WFEL juga mengusung truk Rheinmetall MAN tapi dengan penggerak 10×10. Bila MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70 menggunakan model jembatan lipat, maka DSB pesanan Filipina menggunakan model jembatan dengan launching system.
Secara teknis Dry Support Bridges pesanan Filipina punya panjang bentangan 46 meter dan lebar 4,3 meter. Normalnya jembatan taktis ini bisa dilewati beban 100 ton, namun maksimunya bisa menahan beban sampai 120 ton.
Baca juga: MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70 – Bridgelayer Jawara Zeni Korps Marinir TNI AL
Dengan delapan personel, setidaknya butuh waktu 90 menit untuk menggelar jembatan ini hingga siap digunakan. Selain dipesan Filipina, pengguna Dry Support Bridges adalah Inggris dan Amerika Serikat. Selain dipasang pada truk MAN, DSB juga dapat dipasang pada truk Oshkosh dan Iveco.
Untuk lebih jelasnya, bagaimana cara kerja Dry Support Bridges, simak pada video di bawah ini. (Gilang Perdana)
kenapa yang dry sih bukan yang amphibious aja jadi truknya bisa masuk ke air dan jadi jembatan penguhubung seperti banyak digelar di terusan suez baik oleh mesir atau israel
Saya belum siap utk komen yg ini min…😀😀
bli-bli kek gini minta TOTnya, buat penyerapan anggaran
Memodernisasi alutsista bukanlah hal yg mudah dibutuhkan banyak dana itu sebabnya Indonesia harus lebih terampil dalam bernegosiasi agar bisa beli senjata plus TOT dgn anggaran yang efisien dan jika beli plus TOT dengan cara ngutang kalau bisa pembayarannya dengan cara imbal dagang.
Kita perlu jembatan teknologi untuk membuat ICBM sbg efek detern.
Kita darurat ICBM
Boro2 icbm, rudal jelajah sekelas tom hawk kita tidak punya, SAM jarak jauh kita blm ada , tank anti air craft dengan 2 gatling 30mm dan 4 rudal vshorad kita belum ada, kapal selam nuklir kita belum ada, pespur siluman gen 6 kita juga belum ada
Masalah ToT itu gampang, negara produsen jg pst akan ngasih.
Contoh India sampai dikasih Rusia lisensi utk memproduksi SU-30 sendiri, asal syarat nya membeli dlm jumlah yg besar.
Yg sulit itu cuman beli ketengan tp pengennya dapat bnyak ToT.
Produsen jg mikir 2x, mereka udah ngeluar dana riset besar2an dg gampangnya memberi teknologi itu kenegara yg cuman beli bbrpa biji..