Rusia: ‘Penjualan’ Sistem Hanud S-400 dari Turki ke AS Adalah Mustahil

Usulan dari senator John Thune agar Amerika Serikat bisa ‘membeli’ sistem hanud S-400 dari Turki, rupanya telah membuat ramai netizen. Bukan itu saja, rupanya pihak Rusia pun turut angkat bicara terkait kabar yang kadung berhembus tersebut. Sebagai pihak yang punya otoritas pada kerja sama pertahanan antar negara, Federal Service for Military-Technical Cooperation (FSVTS) di Moskow memberikan pernyataan resmi, bahwa apa yang diinginkan sang senator dari South Dakota tersebut adalah suatu hal yang mustahil.

Baca juga: Amerika Serikat Ingin “Beli” Sistem Hanud S-400 dari Turki

Dikutip dari Kantor Berita Rusia – Tass.ru (30/6/2020), lewat siaran pers, pihak FSTV menjelaskan bahwa untuk melalukan ekspor kembali (reekspor) atas suatu produk alutsista asal Rusia, maka negara yang bersangkutan (penjual-red) harus mampu memperlihatkan sertifikasi pengguna akhir kepada Rusia. ” Oleh karena itu, mentransfer atau mengekspor kembali ke negara ketiga tanpa izin resmi dari pihak Rusia adalah mustahil,” ujar juru bicara FSTV.

Sebelumnya, defensenews.com (30/6/2020), mengutip pernyataan dari anggota senat John Thune, dimana ia mengusulkan amandemen National Defense Authorization (NDA) Act 2021 tentang program pembelian rudal lewat akun AD AS. Namun poin menarik yang dikemukakan sang senator adalah, kemungkinan AS untuk bisa mengakuisisi sistem hanud S-400. Dalam konteks di atas, S-400 tidak didapatkan AS dari tangan Rusia langsung, melainkan AS ingin mendapatkan S-400 dari tangan Turki.

Sistem lengkap baterai S-400, dari kiri ke kanan – command center, radar locator dan launch vehicle.

Meski obsesi AS untuk mendapatkan S-400 pasti ditolak mentah-mentah oleh Rusia. Namun kembali lagi, ada celah bagi Washington, salah satunya untuk memanfaatkan hubungan “mesra tapi membara” antara Turki dan Rusia. Seperti diketahui, hubungan Turki – Rusia terlihat mesra dalam program pengadaan senjata, salah satunya tercermin dari penjualan sistem hanud S-400, bahkan Rusia ada potensi untuk menawarkan produksi S-400 di Turki. Namun, disisi lain, hubungan Turki – Rusia membara dalam konflik bersenjata di Suriah.

Baca juga: Untuk Pertama Kali, Sistem Hanud Hipersonik S-400 Sukses Hancurkan Sasaran dari Jarak 400 Km

Konflik Turki dan Rusia berawal setelah sebagian wilayah yang tadinya dikuasai pemberontak kembali direbut oleh pasukan pemerintah Suriah, terutama di wilayah Provinsi Idlib yang menjadi kantong terakhir lokasi pemberontak didukung Turki. Seperti diketahui, pemberontak Suriah didukung Turki dan tentara pemerintah Suriah didukung oleh Rusia. (Bayu Pamungkas)

38 Comments