Padahal Punya Jet Tempur Rafale, F-15QA dan Eurofighter Typhoon, Tapi Qatar Tak Berkutik Menghadapi Serangan Udara Israel
|Serangan udara Israel ke Doha, Qatar, bukan saja mengejutkan dunia, tapi turut mempermalukan Angkatan Udara Qatar, betapa tidak, berstatus sebagai negara kaya minyak dan bagian dari sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah, Qatar punya Angkatan Udara yang sangat modern dengan bertabur jet tempur papan, Dassault Rafale, Eurofighter Typhoon dan F-15QA Ababil, yang semuanya ibarat ‘mandul’ dalam merespon serangan udara Israel.
Angkatan Udara Qatar (Qatar Emiri Air Force/QEAF) memiliki armada pesawat tempur paling modern dan kuat di kawasan Teluk. Berdasarkan data dan laporan terbaru, Angkatan Udara Qatar saat ini mengoperasikan 36 unit Dassault Rafale dari Perancis, 36 unit Boeing F-15QA Eagle II dari Amerika Serikat dan 24 unit Eurofighter Typhoon dari Inggris, yang disebut terakhir baru tiba 9 unit.
Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa tidak satu pun jet tempur di atas mampu meladeni atau minimal mengejar (intercept) jet tempur Israel? Yang diduga Israel mengerahkan jet tempur stealth F-35I Adir.
Since Oct. 7, 2023, Israel has expanded its military operations beyond Gaza, striking Syria, Lebanon, Iran, Yemen, and now Qatar. pic.twitter.com/8ZYJV5qY9K
— Clash Report (@clashreport) September 9, 2025
Dari analisis berbagai laporan dan fakta, ada beberapa alasan yang mungkin menjelaskan kejadian di atas, dan jawabannya kemungkinan besar bukan hanya satu faktor tunggal, melainkan kombinasi dari beberapa hal.
1. Serangan yang Sulit Dicegat
Laporan-laporan awal mengindikasikan bahwa serangan Israel bukanlah serangan udara konvensional menggunakan jet tempur yang melintasi wilayah udara Qatar secara terbuka. Sebaliknya, serangan diduga merupakan serangan presisi yang dilakukan dengan rudal jelajah atau amunisi presisi yang diluncurkan dari jarak jauh (stand off weapon).
Rafael Israel Perkenalkan Bom Pintar dengan Micro Turbojet, SPICE-250 ER
Keunggulan utama dari senjata stand-off adalah kemampuannya untuk membuat pertahanan musuh menjadi tidak relevan—bahkan jika musuh memiliki jet tempur atau sistem rudal yang sangat canggih.
Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdel Rahman Al Thani, mengklaim bahwa Israel kemungkinan menggunakan rudal anti-radar. Jenis senjata seperti ini dirancang khusus untuk menghindari deteksi oleh sistem radar pertahanan udara, sehingga sangat sulit untuk dicegat oleh jet tempur maupun sistem rudal darat.
Israel Resmi Buka Serangan Udara (Balasan) ke Iran, Kota Isfahan Jadi Target Utama
2. Sifat Politik Serangan dan Risiko Eskalasi
Serangan ini menargetkan para pemimpin politik Hamas yang sedang berada di Doha sebagai bagian dari negosiasi. Qatar adalah tuan rumah dan mediator utama dalam perundingan gencatan senjata.
Jika Qatar mengerahkan jet tempur untuk mencegat serangan tersebut, hal ini akan memicu konfrontasi militer langsung dengan Israel. Hal ini dapat memicu eskalasi konflik yang jauh lebih luas dan dapat menyeret Qatar—dan mungkin juga Amerika Serikat yang memiliki pangkalan militer besar di sana ke dalam perang terbuka.
Qatar Akuisisi Delapan Unit UCAV MQ-9B SkyGuardian, Jadi Pembeli Pertama di Timur Tengah
Ditambah Qatar akan kehilangan perannya sebagai mediator netral jika mereka secara militer berhadapan dengan salah satu pihak. Mengorbankan peran kunci ini demi melindungi target Hamas bukanlah pilihan yang menguntungkan secara strategis bagi Qatar.
3. Batasan Sistem Pertahanan Udara
Meskipun Qatar memiliki sistem pertahanan udara yang canggih seperti NASAMS dan VL MICA, sistem ini memiliki batasan. Mereka dirancang untuk pertahanan area dan menargetkan ancaman seperti rudal jelajah atau pesawat. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada faktor deteksi dini, jenis rudal yang menyerang, dan jangkauan cakupan pertahanan.
Rudal anti-radar atau rudal yang terbang dengan profil yang sangat rendah dapat dengan mudah melewati celah dalam jaringan pertahanan udara, terutama jika serangan hanya menargetkan satu bangunan spesifik di area perkotaan.
Jadi yang Pertama, Sistem Hanud NASAMS Qatar Menggunakan Rudal AMRAAM-ER
4. Koordinasi dengan AS
Ada spekulasi, Amerika Serikat yang memiliki pangkalan militer terbesar di Timur Tengah, Pangkalan Udara Al Udeid, di Qatar, kemungkinan telah diberitahu oleh Israel sebelum serangan. Jika AS mengetahui serangan tersebut dan tidak mengambil tindakan, ini bisa jadi merupakan sinyal bahwa mereka tidak akan mendukung Qatar jika terjadi konfrontasi.
Kekurangan Pilot Tempur
Ada pandangan dari para analis pertahanan yang menyebutkan bahwa Angkatan Udara Qatar menghadapi kekurangan pilot tempur yang signifikan dan mengandalkan pilot asing untuk mengisi kekosongan tersebut.
Dalam waktu yang relatif singkat, Qatar telah mengakuisisi lebih dari 80 jet tempur generasi 4.5+ yang sangat kompleks (Rafale, Typhoon, dan F-15QA). Jumlah pesawat ini sangat besar untuk ukuran angkatan udara negara kecil seperti Qatar.
Sementara Qatar memiliki populasi warga negara yang sangat kecil, yang membatasi jumlah kandidat potensial untuk dilatih sebagai pilot militer. Melatih seorang pilot tempur membutuhkan waktu bertahun-tahun dan biaya yang sangat besar, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan personel dalam waktu singkat.
Untuk mengatasi kekurangan ini, Qatar secara rutin merekrut pilot-pilot asing, sering kali dari negara-negara yang sama yang memproduksi pesawat tempur mereka (misalnya, Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis). Para pilot asing ini tidak hanya mengisi posisi operasional, tetapi juga berperan sebagai instruktur untuk melatih pilot-pilot lokal.
Angkatan Udara Qatar memiliki tiga pangkalan udara utama untuk jet tempur dan operasi udara:
Pangkalan Udara Al Udeid – pangkalan udara militer terbesar dan paling strategis di Qatar, yang juga merupakan markas Komando Pusat Angkatan Udara AS (USCENTCOM) di Timur Tengah. Al Udeid menjadi pusat utama untuk operasi pesawat angkut, F-15QA Qatar, dan juga menampung aset dari militer AS, Inggris, dan negara-negara koalisi lainnya.
Pangkalan Udara Internasional Doha – berlokasi di Bandara Internasional Doha dan menjadi rumah bagi sebagian armada jet tempur Qatar, termasuk beberapa unit Eurofighter Typhoon.
Pangkalan Udara Dukhan / Tamim – pangkalan udara terbaru dan paling modern yang dibangun oleh Qatar untuk menampung armada jet tempur baru mereka, khususnya jet tempur Rafale yang canggih. Pangkalan ini juga menjadi pusat bagi operasi jet tempur lainnya. (Gilang Perdana)
Sudah Punya 36 Jet Tempur Dassault Rafale, Qatar Ingin Beli (Lagi) 24 Unit Rafale F4
Serangan tidak ditujukan kepada pejabat Qatar. Serangan ini juga tidak menargetkan obyek vital Qatar sehingga tidak membahayakan kepentingan nasional Qatar. Jadi Qatar tidak perlu mencegah serangan ini terjadi. Soal protes yang dilontarkan pejabat Qatar atas serangan ini, itu hanya pemanis saja untuk memenuhi kewajiban pada rakyat Qatar.
Hanya negara bo d H yang mempercayakan keamanan negaranya (baik alusista, maupun SDM) pada horang xxxxt. Dr jaman dahulu kala mereka tidak sudi membantu kecuali ad udang di balik bakwan
BUKAN TDAK BERKUTIK.
MAAF TAPII
NEGARA-NEGARA TIMUR TENGAH N YG BANGSA ARAB (PENGECUALIAN ALJAZAIR)… ITU SUDAH JDI NEGARA
#MUNxFxK JxHxNxM..
Makanya jangan mau dibodohi berkali² beli alat pertahanan barat yg mahalnya selangit tp akan mandul thd negara produsen, selama source code di lock negara pembuat.
Contoh india yg setiap beli senjata minta source code nya di open/transfer sekalian ToT