SA321J Super Frelon – Jejak Sejarah Helikopter Angkut Berat TNI AU dan Pelita Air Service
|Hari ini, 61 tahun lalu yang bertepatan dengan 7 Desember 1961, telah terbang perdana SA321 Super Frelon buatan Aerospatiale (d/h Sud Aviation), atau saat ini dikenal dengan nama Airbus Helicopters. Seandainya pengadaan helikopter angkut berat Leonardo AW101 tidak terganjal masalah, maka boleh jadi TNI AU kini telah mengoperasikan helikopter dengan fasilitas pintu rampa (ramp door). Dimana sebelumnya, helikopter angkut berat dengan ramp door pernah dimiliki TNI AU (d/h – AURI) lewat seri Mi-6 di era 60-an. Namun tahukah Anda, bahwa ada satu sosok helikopter angkut berat TNI AU lain yang juga beroperasi dengan ramp door?
Baca juga: “Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar,” Helikopter AW101 Telah Tiba di Indonesia
Disarikan dari heli-archive.ch, disebutkan dengan jelas rekam jejak SA321 Super Frelon yang sempat digunakan oleh TNI AU pada dekade 80-an. Sebagai besar Super Frelon terlahir dalam varian militer, namun tentu saja Aerospatiale juga merilis varian sipil pada helikopter dengan tiga mesin turboshafts ini.
Berdasarkan catatan, SA321 Super Frelon yang dahulu sempat digunakan TNI AU berasal dar varian SA321J – varian ini menyiratkan kategori commercial transport helicopter dengan kapasitas angkut 27 penumpang. TNI AU sendiri memperoleh SA321J lewat cara hibah, persisnya SA321J dengan kode registrasi PK-PEF adalah milik anak perusahaan Pertamina, Pelita Air Service. Pelita Air Service menghibahkan helikopter ini pada tahun 1982, dan di tangan TNI AU, Super Frelon sempat diterjunkan dalam angkutan pasukan dan logistik selama Operasi Seroja di Timor Timur.

Meski telah digunakan TNI AU dalam kancah Operasi Seroja, namun Super Frelon TNI AU nampaknya masih menggunakan livery merah putih khas Pelita Air Service. Hal ini setidaknya nampak dari bangkai helikopter ini yang terakhir terlihat di area Lanud Atang Sanjaya, Bogor. Sayang memang struktur Super Frelon TNI AU tak bisa diselamatkan, namun untuk mesin masih bisa diselamatkan, dan kini menjadi koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Yogyakarta.
Nah, dirunut dari sejarahnya, ternyata Pelita Air Service pun tak mendapatkan SA321J Super Frelon sebagai barang baru dari pabrikan. Dari runtutan waktu perjalanan helikopter ini, awalnya keluar dari hanggar Aerospatiale pada tahun 1967 dengan kode registrasi F-BOFL. Helikopter ini dibuat atas pesanan Bergen Air Transport dari Norwegia, dimana Super Frelon ini dipersiapkan untuk beroperasi untuk mengangkut personel di anjungan minyak lepas pantai di Laut Utara. Sebelum diserahkan kepada Bergen Air Transport, Super Frelon varian sipil telah mendapatkan sertifikasi kelayakan pada 20 Oktober 1967.

Saat menjadi armada Bergen Air Transport, SA321J Super Frelon menggunakan kode registrasi LN-ORS. Rupanya Bergen Air Transport tak lama mengoperasikan Super Frelon, pada 1969 dilakukan modifikasi penambahan tangki bahan bakar. Modifikasi ini diperlukan lantaran LN-ORS akan pindan tangan ke pengguna lain di wilayah yang sangat jauh dari Eropa.
Sebagai majikan baru SA321J Super Frelon adalah perusahaan eksplorasi asal Sydney, Australia yang beroperasi di Papua Nugini, Kennecott Explorations Ltd. Pada 24 Maret 1970, setelah perjalanan 18.842 km lewat ferry flight, Super Frelon mencapai Papua Nugini secara bertahap. Penerbangan panjang tersebut berlangsung total 98 jam terbang. Di Papua Nugini, SA321J Super Frelon punya kode registrasi VH-PDM dan dioperasikan oleh Helitrans.

Namun, berbagai kendala dihadapi saat mengoperasikan helikopter ini di iklim tropis. Akibat kelembaban yang tinggi, helikopter dengan bobot maksimum 13 ton menghadapi tanda-tanda keretakan pada bilah baling-baling (Blade Inspection Method).
Majalah Aviation Week and Space Technology terbitan Januari 1968 menyebut, bahwa umumnya helikopter ini digunakan untuk mengangkut 17 penumpang atau muatan yang setara. Untuk menghemat sekitar 15 persen bahan bakar, Super Frelon biasanya lepas landas dan mendarat menggunakan tiga turbin, sedangkan dalam penerbangan jelajah salah satu dari mesin dimatikan. Para kru Super Frelon dihadapkan berbagai masalah pada perawatan, diantaranya seperti icing condition.


Rupanya SA321J Super Frelon VH-PDM tak lama digunakan di Papua Nugini, lantas kemudian helikopter ini kembali dipulangkan ke Perancis, dan baru setelah itu helikopter ini dijual ke Pelita Air Service pada tahun 1980.
Baca juga: Mi-6 – Legenda Helikopter Raksasa TNI AU

Sekilas tentang SA321 Super Frelon, varian standar helikopter ini ditenagai 3 × Turboméca Turmo IIIC turboshafts. Helikopter dengan lima awak ini punya kecepatan jelajah 249 km per jam dan kecepatan maksimum 275 km per jam. Tanpa tangki bahan bakar tambahan (3.975 liter), jarak jelajahnya bisa mencapai 1.020 km, atau dengan hitungan endurance terbang selama 4 jam. Super Frelon yang terbang perdana pada 7 Desember 1962 dapat terbang sampai ketinggian 3.150 meter. (Haryo Adjie)
Boros BBM nih Super PILON, sama ngoperasiin heli bermesin 3 belum cocok buat militer kita saat itu (biaya maintenis lebih gede, utk menyiapkan heli aka mensinkronkan 3 mesin butuh waktu yg lebih lama drpd heli 2 mesin…..tapi yg paling penting, kalo 1 mesin mati, dipastikan heli ini ga sanggup take off alias mengangkat badannya sendiri)
Kalok buat komersil mungkin itungannya masuk 👌