“Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar,” Helikopter AW101 Telah Tiba di Indonesia
Berbeda dengan kabar kedatangan alutsista pada umumnya yang penuh suka cita, maka hadirnya sosok helikopter AW101 di Lanud Halim Perdanakusuma pada Selasa (8/2/2017) diliputi awan kelabu. Alih-alih mendapat sambutan dari petinggi TNI dan anggota dewan, satu unit helikopter AW101 Leonardo Finmecanicca punya nasib bak pesakitan, kehadirannya seolah bak anak yang tak diharapkan, bahkan saat diperlihatkan ke media, sekeliling helikopter yang diparkir di hanggar Skadron Teknik 021 ini justru diberi police line.
Baca juga: Tanpa Basa Basi, Helikoper AW101 Utility TNI AU Telah Mengangkasa!
Sengkarut persoalan AgustaWestland (AW101) belakangan mencapai klimaks setelah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR (6/2/2017) mengaku tidak mengetahui ihwal pembelian helikopter AW101. Mana yang benar kini jawabannya tengah diteluuri dari tim investigasi bentukan KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Dikutip dari Kompas.com (9/2/2017), Hadi Tjahjanto memastikan bahwa pembelian helikopter AW 101 hanya satu unit.
Baca juga: Connie – “Tidak Fair Membandingkan AW101 dan Super Cougar”
Hal tersebut membantah kabar terkait pembelian helikopter berjumlah lebih dari satu unit. KSAU sebelunya, Marsekal TNI Agus Supriatna pernah menyatakan bahwa TNI AU akan membeli enam unit helikopter AW 101. Rinciannya, tiga untuk angkut berat dan tiga unit untuk VVIP. Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie di tayangan Kabar Indonesia Malam di TVOne (9/2/2016) malah menyebut helikopter AW101 versi utility yang dibeli berjumlah delapan unit, dimana satu diantaranya adalah yang telah tiba di Lanud Halim Perdanakusuma.
Baca juga: AgustaWestland AW101 VVIP – Mengintip Calon Helikopter Kepresidenan RI Terbaru
Dibalik masalah pengadaan AW101, yang perlu juga diketahui bahwa helikopter dengan tiga mesin ini sebenarnya bukan mendarat dalam arti sebenarnya di Lanud Halim Perdanakusuma. AW101 didatangkan dengan cara terurai lewat kargo, dan kemudian dirakit di lokasi tujuan. Helikopter dengan cat warna hijau loreng ini telah dilengkapi identitas TNI AU dengan nomer ekor H-1001. Bila mengacu pada corak loreng, maka peran AW101 ini akan lebih sebagai helikopter angkut berat.
Baca juga: Dibalik Sengkarut Pengadaan Helikopter AW101 dan EC725 Super Cougar
Keberadaan pintu rampa (ramp door) di bagian belakang menjadi ciri khas dari AW101, TNI AU setelah memensiunkan Mil Mi-6 belum pernah mempunyai lagi helikopter yang dilengkapi pintu rampa. Sebagai helikopter angkut, AW101 Utility mampu membawa 30 pasukan bersenjata lengkap dengan posisi duduk, atau 45 prajurit bersenjata lengkap dalam posisi berdiri.
Belum diketahui jelas akhir dari babak sengkarut heli berharga Rp700 miliar ini, apakah bakal resmi diakuisisi untuk skadron helikopter TNI AU? Ataukah dikembalikan ke penjualnya, mari kita tunggu hasil investigasi bentukan KSAU. (Haryo Adjie)
Assalamu’alaikum wr. wb.
Untuk heli tidak bisa langsung klaim 3 mesin lebih baik dari 2 mesin karena fungsinya hanya sebagai cadangan bila salah satunya bermasalah dan itu hanya sebagai pelengkap keselamatan penerbangan.
Namun tetap 3 mesin atau 2 mesin itu tergantung dari kinerja daya angkatnya, bisa jadi kalau ada masalah mesin di udara heli bermesin 2 hanya dengan menggunakan 1 mesinnya saja heli dapat melayang selama 2 jam.
Sedangkan heli yang bermesin 3 dengan menggunakan 2 mesin saja cuma bisa melayang 1 jam.
@jeng koni
rincian usd 55 juta versi sang sales indopelita langsung
1. usd 32 juta harga heli aw101 meliputi bbrp hal yg tdk ada di cougar & super puma : ew suite, maws, rwr, chaff/flare, flir, 3d terrain navigation radar, glass cockpit, titanium protection layer etc
2. usd 12 juta meliputi sucad, garansi 2 thn & training utk air & ground crew
3. usd 11 juta meliputi modification kit utk mengubah fungsi heli yg sblmnx vvip mnjd transport sprt sliding door, hoist, rampdoor yg lbh gede plus perangkat hidroliknx serta overhaul engine utk mengembalikan garansi serta usia pakai mnjd nol. pekerjaan modifikasi dilakukan depohar sdgkn overhaul dilakukan oleh indopelita
kalo mau spesifik harga usd 32 juta utk aw-101 brmesin ge trasa kemahalan krn nyatanx dlm kontrak heli aw-101 india sndiri yg batal harganx usd 29,5 juta
@ayam jago
Angka itu (29,2 juta doll)sumbernya darimana bang?
Ini saya kutip dr majalah SP’S Aviation, april 2010 nilai kontrak utk 12 heli vvip india sebesar 560 juta euro…silahkan dibagi,harga satuannya berapa?
Ttg perangkat opsional yang abang sebutkan….sesuai dg rilis pihak leonardo yang diamini kadispen (ada drmajalah angkasa yang lg demen iklanin awe), “tidak ada” itu. yang namanya “hoist&cargo door/sliding”. Ygdisebutkan adl: defense suites, flir, traka, stretcher, pelampung ktk ditching diair dan modifikasi gun door.
Sebenarnya simpel aja bang…kita beli barang hibah dr usa saja, mereka mengeluarkan rincian item&kuantiti yang dibeli. Lha ini serba gelap…tipen mesinnya apa saja ga pernah disebut oleh salesnya ?!!!!
Trus klo td dibilang mau modif ini-itu (termasuk modif sliding door) berati catnya bakal dikelotok dulu dong karena harus motong plat, masang rel buat sliding door, trus dicat lagi, etc…..ribet banget kayaknya, semrawut !!!
@ayam jago
Lalu ttg item nomer 1 yang abang sebut…itu kan sifatnya opsional, tinggal ditambahkan kalo perlu atau ada dananya (kok seolah-olah heli ec-725 jadul banget??)
Kenapa sama pak kasau wkt itu,cougarnya gak sekalian aja dilengkapi defense suites?
Cougarnya thailand sdh dilengkapi defense suites, tapi punya kita&malaysia belum ada…tp kita dan malay sdh ada flirnya
Sebetulnya tinggal membandingkan Harga KOSONGANNYA berapa ?
Karena kelas EC725 dan AW101 hampir sama
Menurut dirut PT. DI, Harga Kosongan EC725 jauh lebih murah dari Harga Kosongan AW101.
Dan pembelian itu WAJIB mentaati UU yang berlaku di RI ini
PRESIDEN adalah PANGLIMA TERTINGGI, bila ada yang membangkang, itu sama saja dengan KUDETA
@ayam jago
Bang ayam,mo tanya seriusan nih…
Sampe sekarang kok rasanya(soal heli aw) kita beli “macan dalam karung”…alasane kita sbg orang awam hanya disuguhi sosok heli ini yang seharga 55 juta dollar (mana baru sampe halim garansi mesin&sparepartnya udah mau habis pula?)
Kita tidak tau (dg pasti) heli ini akan dibebani misi sbg heli apa, spesifikasinya seperti apa?
Semuanya serba abu-abu…
Kalo katanya akan difungsikan sbg heli utility (sar&angkut berat) kenapa justru fasilitas yang wajib ada sesuai peruntukkannya tidak tersedia, spt: cargo door, ramp door dan hoist
Barusan eike nemu “koran bekas bungkus cabe” yg ada iklannya leonardo, disitu dituliskan heli varian utiliti (medium-heavy lift helicopter) pake mesin GE CT7-8E atau RTM-322….lha sementara heli yang kita beli ini (varian AW-101 mk.641) kan pake mesin GE CT7-600series yang powernya lebih kecil.
Kira2 kemahalan engga dengan harga segitu?????????????????????????????????
Mau mahal kek murah kek, yang penting fungsi utama efektipitas dari Alutsista itu sendiri. Mahal sekalipun kalau maintenance dan skill nya abai toh jatuh juga. Think
@adityawarman
Tul om…
Alutsista yg canggih&rumit juga menuntut/memaksa operator menyediakan tingkat maintenen yang prima, disiplin&skill tinggi, manajemen sucad yang apik serta personel teknisi khusus….belum terhitung tool & alat2 diagnosa utk memantau “kesehatan” komponen2 heli canggih&full glass cockpit ini, serta penyediaan simulator khusus utk awak heli ini.
#Nanti…beberapa tahun kedepan setelah habis stok sucad utk 2 tahun, baru terasa betapa mahal&kompliketetnya heli ini
Heli puma TNI AU sering dipake TNI AD. Kenapa enggak Dari Awal TNI AD Beli Super Puma?? Daripada beli mi 17.. sekarang ini
Sayang tuh heli AW101nya, seperti anak yg tidak diinginkan.
Nasi udh jadi bubur, tinggal di taburin bumbu nya aja. Lanjut!
http://defense-studies.blogspot.in/2017/02/pembelian-helikopter-aw-101-tetap-akan.html?m=1
prcayalah akan prkataan para sales & realitanx kondisi heli angkut tni au dlm kondisi kritis dkrnkan heli puma dipinjam penerbad & sampe kini blm dbalikin
aw-101 lanjut!!
Betul bung Ayam, Koruptor kelas super kakap selalu menang ….
Jangan Kuatir
Nasib nya hampir serupa dengan Heli Asw Si-emprit yang batal diakuisisi tapi yg ini lebih kronis lagi. Pejabat terkait saling lempar tanggung jawab, memperburuk citra Militer kita.
Sejak dulu begitu
Ada kabar Indonesia tertarik membeli AEW&C dari India.
Ada yg bisa ulas lebih jauh?
@big boss
Tempo hari kasus ini mjd viral krn diawali dg eksisnya seorang sales yang seperti “diberi ruang” utk menguasai pemberitaan ttg heli ini, didukung pula tim yang lengkap (yang terdiri dr bbrp penggiat. LSM)…mungkin mereka merasa over confident krn pemegang otoritas saat itu berada dipihak mereka.
Seperti hukum psywar…”siapa yang berhasil mendominasi informasi maka dia yang akan memenangkan pertempuran”
Maka kita akan mendengar segala hal jelek ttg pt.di (tapi kita tidak pernah mendengar dr mereka bhw pt.di ibarat pasien yang baru recovery dari sakit).
Bahwa heli super puma berjatuhan dimana2 (tapi tidak pernah menyinggung ttg hasil investigasinya…’krn lazimnya kecelakaan udara “tidak pernah” disebabkan oleh satu faktor tunggal)
Ga akan terdengar pula kabar bhw “matra pengguna” tidak melakukan maintenance aggrement (suatu hal yang lazim dlm dunia aviasi & dilakukan oleh kustomer pt.di lainnya)…tetapi ketika user mengalami masalah dg sucad, bebannya ditimpakan kpd pihak lain/pt.di.
Sayangnya dalam beberapa kali penampilan di TV, tampak para pewarta dr media2 TV tidak well-prepared dg materi yang dibahas shg diskusi tsb cenderung menjadi satu arah.
Sangat tidak layak hanya menyebut heli ini safetynya tinggi krn bermesin 3, kabinnya tinggi shg penumpang tdk perlu membungkuk2, suaranya halus, daya muatnya besar, dsb-dsb.
Jika membicarakan sebuah alutsista, kita berbicara ttg misi yang diemban oleh alutsista tsb…apasaja perlengkapan yang wajib dimiliki utk menunjang misi tsb, bagaimana simulasi efektivitas heli tsb dlm berbagai pola operasi, kemudahan pengoperasian/perawatan, keterjangkauan harga, “bagaimana komparasinya dg heli lain yang sejenis”, apa saja kontribusinya thd industri didalam negri, dsb-dsb….sayang hal2 seperti ini tidak pernah dibahas, bahkan oleh usernya sekalipun.
Iya juga sih dengan pemilihan Puma daripada AW bisa ngasih kesempatan untuk PT.DI dapat berbenah jadi lebih baik,,, meskipun hanya merakit dan integrasi sistem yang dilakukan disini minimal ada masukan buat PT.DI dari man hour, selain itu bisa mendongkrak citra PT.DI dan menambah kepercayaan calon konsumen. Dengan catatan memang super puma sesuai dengan kebutuhan matra pengguna dan mampu mengemban tugas yg diberikan.
@big boss
Enngak hanya merakit bos…sampai 2025, pt.di punya kewajiban mensuplai 125 set fuselage(badan helikopter) dan tailrotor ke airbus.
Coba googling aja ke situsnya airbus
Tanpa Airbus PT. DI hanya menjadi sejarah
Silahkan dilihat sejarah bangkrutnya PT. DI setelah Krismon Th. 1998
belum lagi airbus mau membantu mempercepat sertifikasi FAA untuk N-219 , N245 dan seterusnya
Ini namanya kita Kurang Aja, Tidak menghormati Kerjasama yang sedemikan lama
Masukan Anda Memang Cukup Bagus..
@jeng koni
aw-109 basarnas sdh ditambah jd 1 skuadron utuh atawa 16 unit. kontrak penambahan pd singapore air show
performa agusta westland sama sprr sikoraky di cuaca buruk & area pegunungan memang lbh baik drpd airbus aplg mil yg kacrut. di malaysia justru untuk operasi csar dlm skala kritis lbh memilih sikorsky s-60 nuri bkn heli cougar. heli blackhawk dlm menghadapi cuaca buruk lbh baik drpd super cougar walaupun scara ukuran lbh kecil. di jepang& singapura blackhawk lbh sering jd andalan bukannx super cougar.
saya bukan pro agusta westland tp kalo masalah heli tetap blm ada yg sbaik dari amrik. lakota kasus lain. airbus pake desain heli jepang
@ayam jago
Kita tidak tau alasannya bang AJ mengatakan “yang ini lebih baik dr yang itu”, dari kemarin…YESTERDAY (dg gaya prihatin) kita juga tidak mengklaim ec-725 lebih baik dari aw-101. Karena dalam pembelian alutsista “tidak melulu mencari yang paling baik”…ada beberapa pertimbangan2 terukur yang menyertainya.
Kalo dasarnya adl membeli yang paling baik, tentu sekarang kita sudah punya F-15/F-22, C-17, osprey, arleigh burke, u-212 dsb-dsb
Di malaysia, thai, RI, ec-725 terhitung baru &masih tahap induksi/belum operasional penuh…sedangkan di singapur, ec-725 “baru” terpilih sbg pengganti super puma sbg angkut medium.
Jadi bagaimana menjelaskan klaim “yang ini lebih baik dari yang itu” (selain dg kata-kata)????
Super puma disingapur difungsikan sbg angkut medium dan beroperasi di darat&kapal LPD, bukan dari fregat mereka…dijepang super puma dan variannya difungsikan sbg heli coast guard. Sementara dilaut atlantik yang ganas…super puma adl. salah satu andalan baik dalam operasi SAR maupun transport karyawan offshore.
Penjelasan singkat bahwa “heli yang ini lebih baik dari yang itu” tidak kredibel utk menjelaskan alasan pembelian sebuah alutsista.
Argumen bahwa instansi sipil lebih memilih heli produk leonardo drpd airbus juga samasekali tidak bisa digunakan sbg referensi pembenaran pembelian heli. Aw-101….krn parameternya berbeda& menjadi tidak terukur
#Ttg kasus ini silahkan kembali ke pokok masalahnya dan fakta fisik heli yang dipageri police line
Setuju sekali, pembelian alutsista banyak sekali parameter nya, bukan karena si inu lebih baik dari si anu. Terlebih dari itu kasus AW101 ini adalah pembelian yg sarat dengan kepentingan penjual (sales) dan dilakukan oleh pejabat yg hampir pensiun, dan tidak lupa faktor markup harga yg kental.