Radar CP-SAR Profesor Josaphat Bakal Jalankan Misi Firebird C-1
Lewat laman Facebook, hari ini Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, profesor ahli radar dari Universitas Chiba di Jepang, mengumumkan akan melangsungkan uji coba Hinotori (Firebird)-C1 mission, yakni penempatan perdana CP-SAR (Circularly Polarized-Synthetic Aperture Radar) pada pesawat udara. Sebelumnya Josaphat telah melangsukan uji coba instalasi CP-SAR pada drone Garuda JX-1. Bila drone Garuda yang dipasangi CP-SAR diuji coba di Jepang, maka Firebird C-1 disebut-sebut akan diuji di Indonesia.
Baca juga: Sola MMSR – Radar Penjejak Sasaran Pada Kobra Air Defence System Arhanud TNI AD
Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL) rencananya akan menguji Firebird C-1 menggunakan pesawat Cessna 182 bersama pihak Akademi Angkatan Udara (AAU), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Belum ada detail tentang rencana uji coba tersebut, namun disebutkan dalam waktu dekat akan ada siaran pers di Jepang dan Indonesia. Rangkaian uji coba tersebut sebagai bagian dari rencana implementasi CP-SAR untuk mendukung misi microsatellite pada tahun 2021.
Dalam misi drone Garuda, JMRSL merilis Garuda sebagai drone yang mampu mengudara di lapisan stratosphere, dari aspek ketahanan berbeda dengan drone pada umumnya, Garuda punya ketahanan pada iklim ruang angkasa. Selain itu beberapa perangkat khusus juga melengkapi kecanggihan Garuda seperti Synthetic Aperture Radar (SAR), Hyperspectral & TIR (Thermal Infrared Radar), high resolution and high vision camera, hingga teleskop. Dengan seabreg fitur-fitur canggih, drone JMRSL, drone Garuda dapat digunakan untuk pemetaan bencana, hutan, monitoring wilayah dan sebagainya, bahkan bisa mengetahui adanya illegal fishing.
Baca juga: Garap Proyek Satelit Militer Indonesia, Airbus Defence and Space Gandeng GigaSat
Tentu bukan itu saja kebisaan CP-SAR, radar yang satu ini bukan jenis radar biasa, CP-SAR mampu menembus awan dan gelapnya malam. CP-SAR bahkan bisa diberdayakan jadi pelacak pesawat dan kapal perang siluman (stealth) dan radar AESA (Active Electronically Scanned Array). CP-SAR bekerja pada gelombang L band atau 1,275 giga hertz, dengan panjang gelombang 23 cm.
L band adalah gelombang dengan frekuensi terendah sehingga lebih panjang dibandingkan gelombang lain berjenis C, X, dan Ku band. Dengan demikian, antena yang dibutuhkan untuk gelombang L band merupakan yang terpanjang dibanding yang lain, berkisar 10-12 meter. Gelombang itu sanggup menembus awan sehingga cocok untuk pemantauan wilayah Indonesia yang kerap tertutup awan. Gelombang juga bisa menembus kabut, asap, hutan, bahkan kedalaman tanah hingga beberapa meter.
Baca juga: LAPAN-A2 – Satelit Mikro dengan Kemampuan Intai Maritim
Dengan kelebihan untuk mengendus obyek di bawah permukaan tanah, CP-SAR diminati untuk dipasang pada pesawat intai. Bukan tak mungkin dengan CP-SAR dapat diketahui lokasi penimbunan senjata teroris di belantara hutan dan perkebunan. Ditangan Josaphat, CP-SAR dirancang dengan antena yang lebih ringkas, sepanjang 3,6 meter. Itu mengurangi bobot SAR, kurang dari 100 kilogram atau 10 persen lebih ringan dibanding SAR termutakhir yang sudah ada saat ini.
Kabarnya TNI AU tertarik untuk memasang CP-SAR pada armada pesawat pengintai Boeing 737 yang ada di Skadron Udara 5. Dan di laman Facebook Josaphat, memang disebut sedang melakukan pengujian radar flight test Hinotori-X1 Boeing 737. Namun belum dipastikan, apakah yang dimaksud adalah pengujian pada Boeing 737 milik TNI AU.
Baca juga: WESCAM MX-20HD – Dongkrak Kemampuan Boeing 737 Patmar TNI AU ‘Setara’ Poseidon
Kedepannya, CP-SAR JMRSL akan diintegrasikan sebagai radar mikro pada satelit LAPAN-A5 yang dijawalkan meluncur pada tahun 2021. Saat di antariksa, LAPAN-A5 bakal bergerak dengan lintasan polar (dari kutub utara ke selatan), mengelilingi Bumi dengan orbit bulat. Satelit ini bakal ada di ketinggian sekitar 570 kilometer dan sudut inklinasi 97,4 derajat. Satelit mengelilingi Bumi dua jam sekali. Satelit berada di atas wilayah Indonesia setiap empat-enam hari sekali. (Bayu Pamungkas)
BTW satelit Lapan A4 perusahaan mana yang mengorbitkan? pakai roket punya siapa? semoga bukan china
pantas di toko sebelah sudah mulai sepi.ternyta banyak yang belanja di sini
Satelit mengelilingi Bumi dua jam sekali. Satelit berada di atas wilayah Indonesia setiap empat-enam hari sekali
Ini maksudnya gmana ?
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya akan mencoba menjawab,
1. 2 jam itu waktu yang di butuhkan untuk sekali rotasi.
2. sedangkan 4 – 6 hari itu adalah waktu yang di butuhkan satelit untuk melewati Indonesia, alias ground track.
maaf kalau salah.
Maksudnya 4-6 x sehari. Satelit muter2 bumi tiap 2 jam.
Dari data ini bisa di perkirakan ketingiannya. Tp maaf lupa rumusnya…
Professor josaphat ini udh jdi aset/orang yg sgt penting d jepang sono saking berharganya malahan dia ditawari utk menjadi wn jepang.. jujur ane baca artikel ini antara bangga dan kecewa kecewanya karena pemerintah kita kurang mengapresiasi bakat2 yg dimiliki org2 spt professor ini alhasil bnyk dri mereka yg diembat negara laen disana didukung disini tidak.. semoga kedepannya pemerintah sadar akan keberadaan org2 spt ini klo ingin indonesia maju
Okelah radar dulu, tinggal rudalnya. Rudal harus mandiri buat sendiri. Katanya tot tapi mana? Jiplak lah paling ga, beli rudal trs dibongkar sendiri. Bukanlah pekerjaan yang berat bagi para ilmuwan dan insinyur Indonesia. Good job buat pak Josaphat. Tapi btw dia siapa? Wkwk
Prof Josaphat adalah pegawai negeri di Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang dan Prof penuh di Chiba Univ, beliau masih WNI, sedikit warga negara asing yang menjadi PNS Jepang. Beliau peneliti pilihan dan andalan kementerian pendidikan Jepang sebagai orang yang mencoba menginjakkan ke dunia yang belum pernah diketahui oleh umat manusia selama ini (http://shochou-kaigi.org/interview/interview_09/) . Prof Josaphat adalah salah satu dari enam peneliti pilihan Chiba University (ada sekitar 2400 peneliti Chiba University), detail http://www.chiba-u.jp/e/research/ Prof Josaphat perancang dan pembuat satelit masa depan untuk ISAS JAXA, NSPO (Taiwan), KARI dan KAIST (Korea) utk Korean Path Finder Lunar Observer, Lapan untuk Lapan-Chibasat, European Space Agency dengan kode DIFFERENT dll. Hadiah untuk Indonesia dari beliau adalah HINOTORI-C1 dan HINOTORI-X1, semua dana dan radar dari beliau. Silakan searching di google dan yahoo dengan masukkan nama beliau, banyak sekali publikasi tentang Prof Josaphat. Orang2 di lembaga pendidikan, penelitian dan militer Indonesia tahu betul beliau. Kami selalu dukung kegiatan Prof Josaphat di Indonesia.
#Daedalus
tak perlu kecewa bung, lagian kalau prof ini kerja di indonesia tidak begitu berguna ibarat kita mau tanam jagung, benih sudah ada, pupuk juga ada, yang ahli olah tani juga ada tapi apa daya lahanya yang tak ada. Bayangkan anda ahli banget jadi tukang las tapi..di indonesia mesin las nomer wahid tak ada, yang ada cuma mesin abal2. Sehebat2nya tukang ya..tetep aja hasil las nya jelek
CP-SAR bahkan bisa diberdayakan jadi pelacak pesawat dan kapal perang siluman dan radar aesa…
Mungkin benar adanya, ini termasuk imaging radar karena radar pencitra menggunakan energi gelombang mikro yg pelacakannya ke target lebih banyak berupa hamburan daripada pantulan sederhana, artinya obyek2 yg dicitrakan oleh CP-SAR melebihi dari kemampuan sistem radar konvensional, karena ini termasuk pengindraan jarak jauh aktif, berharap juga lebih diberdayakan lagi untuk pendeteksian kedalaman laut…
Benar2 harus diapresiasi dan terus diberdayakan yg terus berlanjut kemampuan dari bapak profesor josaphat yg seorang ilmuwan asli putra bangsa.
@avner
Untuk mendeteksi pesawat stealth radar CP SAR melakukannya dg berada pd ketinggian diatas kemampuan ceiling pesawat stealth ybs (radarnya berada pd wahana drone Garuda atau pd satelit)…dari depan atau samping, pesawat stealth memiliki rcs yang sangat kecil, tapi tidak dari sisi atasnya.
Hampir sama dg radar OTH yang bisa melihat pesawat B-2, prinsip radar CP SAR adl menscanning ruang udara yang berada dibawah jalur pemindaian platformnya (drone garuda atau satelit)…tapi tentu saja tidak seleluasa pesawat AEW
kalau diinstal dipesawat tni maka hebatlah
bisa lacak sana sini,dan itupun kalau jadi
tinggal jiplak rudalnya,kan mubajir ada radar canggih tapi gak ada rudalnya.ibarat makan enak pake daging tapi gak ada minumnya,rudal ini seperti air sangat dibutuhkan.
apa memang insiyur nkri gak ada satupun yg bisa jiplak rudal?
negara dihormati kalau bisa buat dan jiplak rudal,sebuah negara gak akan hebat dan kuat kalau gak bisa buat rudal,biarpun punya ratusan ribu pasukan khusus.
negara akan dihormati dan disegani kalau bisa buat rudal……
jangan bilang kuat dan hebat kalau belum bisa buat rudal.
I agree 1000%
iki tukang hitung phd kw2 ya? ngomonge panting pecotot ngalor ngidul ora karu karuan !!! wong mendem iki ya???
Iya. Yang itu kw2. Itu si duta rudal Cintia. Makanya ngomongnya pating pecotot tak karuan.
PhD yang asli itu yang nickname nya Tukang Ngitung, PhD. dan ada gambar anjing galak bernama Woof Woof.
hmmmm….anjing galak
itu bukan tukang ngitung phd, tapi tukang HITUng phd
Sebetulnya proyek rudal sudah ada dan masih terus dikembangkan, berita terakhir yg dipublikasikan itu yg stage-nya jatuh menimpa saung dan menghasilkan korban jiwa. Yg ini namanya RKN 200. Adalagi RKX 200, bentuknya mirip pesawat tetapi pakai electric ducted fan. Rudal petir sy tdk tahu perkembangannya, mungkin dialih fungsikan jd target drone. Pindad jg sdg mengembangkan Manpads, tp sy tdk tahu kelar tahun brp.
Setau ane udah dipasang deh di salah satu CN 235 MPA AU kalo tidak salah.. Masuk dalam proyek Upgrade CN 235 MPA.. Coba aja cari di Google deh.. Ada kok saya baca
Enggak mas bro, dipasangnya di pesawat boeing 737 skad.5…foto2nya di FB Prof Josh disalah satu pangkalan militer dijepang