Sebagai alutsista strategis, sudah barang tentu proses pembangunan kapal selam mendapatkan proteksi dan pengamanan yang ketat, termasuk agar tak mudah ‘diintip’ oleh mata-mata asing. Namun, lantaran yang dibangun adalah kapal selam nuklir dengan bobot belasan ribu ton, maka bakal sulit untuk menutupi semua proses produksi tersebut. Seperti belum lama ini, Open Source Intelligence (OSINT) memperlihatkan citra satelit atas komponen yang diduga sebagai bagian dari kapal selam nuklir Cina. (more…)
Kabar yang satu ini memang tak ada kaitannya dengan Indonesia, namun, sedikit banyak produk satelit dari Airbus Defence and Space (ADS) akan mengingatkan kita, bahwa pada tahun 2016 silam, Indonesia pernah mengikat kontrak pengadaan satelit komunikasi militer dengan ADS, dimana pada tahun 2019 dijadwalkan satu dari tiga satelit sudah dapat mengorbit. Dan, tanpa bermaksud membuka ‘luka’ lama, belum lama ini ADS diwartakan sukses meluncurkan satelit militer ke orbit. (more…)
Pejabat di Washington dibuat mencak-mencak atas uji coba rudal Rusia. Letnan Jenderal Nina Armagno, Chief of Space Operations US Space Force mengungkapkan, “Amerika Serikat harus mengambil langkah sesuatu atas uji coba rudal balistik Rusia baru-baru ini.” Rusia pada 15 Desember lalu telah melakukan uji coba rudal yang memberi ancaman langsung pada satelit yang ada di orbit rendah bumi. (more…)
Fungsionalitas drone kembali memasuki babak baru, dimana wahana tanpa awak ini kelak dapat menjadi platform peluncur satelit. Sudah barang tentu untuk misi yang terbilang spektakuler ini, sosok drone juga dirancang dengan tak lazim. Drone yang dimaksud adalah Ravn X, rancangan perusahaan asal Alabama, Aevum. Disebut tak lazim, lantaran bobot maksimum Ravn X mencapai 25 ton. (more…)
Kedigdayaan Amerika Serikat dalam segmen rudal anti satelit memang belum bisa ditandingi oleh Rusia, terlebih AS berani mengklaim sebagai satu-satunya negara yang berhasil meluncurkan rudal anti satelit dan berhasil menghancurkannya saat berada di orbit luar angkasa. Meski begitu, Rusia saat masih berada dalam naungan Uni Soviet telah mempersiapkan sosok rudal anti satelit tandingan. (more…)
Saat membicarakan ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat, maka dari kubu militer Cina, sosok kapal perusak (destroyer) Type 055 Renhai Class cruiser tak bisa dikesampingkan, pasalnya inilah kapal kombatan terbesar yang dioperasikan AL Cina. Dengan bobot mati 13.000 ton, kapal perusak Type 055 digadang dapat mengimbangi kekuatan tempur AS di Pasifik. (more…)
Peristiwanya sudah berlangsung 35 tahun lalu, atau saat Perang Dingin masih bergelora, namun momen pada 13 September 1985, akan selalu dikenang dalam jagad dirgantara dan antariksa global, pasalnya untuk pertama kalinya dan boleh dibilang satu-satunya, sebuah satelit berhasil ditembak dan dihancurkan oleh rudal yang dilepaskan dari jet tempur. Sang algojo adalah F-15A Eagle dengan rudal anti satelit (anti satellite missile) ASM-135 ASAT (Anti-satellite weapons). (more…)
Saling pepet dan intai dari jarak dekat rupanya bukan cuma terjadi antar jet tempur atau pembom Amerika Serikat versus Rusia. Di ruang angkasa pun, pepet memepet juga terjadi antar satelit kedua negara. Seperti ada kabar yang menyebut satelit mata-mata (spy satellite) milik AS diduga telah dikuntit dari jarak dekat oleh satelit milik Negeri Beruang Merah. (more…)
Tingkat kemajuan militer Cina tentu tak bisa dilepaskan dari Amerika Serikat dan Rusia, lantaran inspirasi kekuatan Sang Naga tak pelak mengacu pada dua negara tersebut. Salah satu implementasinya terbukti pada adopsi sistem jaringan pengintaian di lautan, dimana sistem yang sama telah dibangun sejak lama oleh AS dan Uni Soviet di era Perang Dingin. Dan saat ketegangan Cina dan AS meningkat, ada dugaan bahwa Beijing telah menggelar apa yang disebut sebagai “Blue Ocean Information Network” di kawasan Laut Cina Selatan. (more…)