Inilah Stupor, Senjata Anti Drone Portable Berbasis Elektromagnetik Terbaru Rusia
|Berangkat dari pengalaman di medan pertempuran, Rusia terus mengembangkan arsenal senjata anti drone yang dioperasikan secara peroragan, yakni layaknya prajurit yang menyandang sebuah senapan. Dalam hal ini yang terbaru adalah Stupor Anti Drone Weapon yang menggunakan teknologi elektromagnetik untuk menghadapi drone-drone dari Ukraina.
Baca juga: Kalashnikov Rex-1: Andalan Rusia di Pasar Tactical Anti Drone Jammer Gun
Dikutip dari Kantor Berita Rusia – Tass.com (6/7/2022), disebutkan militer Rusia telah menggunakan senjata elektromagnetik canggih yang dikenal sebagai Stupor. “Sistem elektromagnetik Stupor digunakan untuk pertama kalinya selama operasi khusus Rusia di Ukraina,” kata laporan tersebut, yang mengutip sumber dari pihak keamanan.
Rusia mengklaim Stupor telah terbukti efektif dalam penggunaan di medan operasi militer. Setelah menekan tombol, Stupor membuat sinyal atau transmisi data dari operator pengendali ke drone macet, atau terkena jamming. Drone sasaran kemudian dinetralisir dan dibuat untuk mendarat di lokasi yang telah ditentukan.
Kebutuhan akan senjata anti-drone portabel menjadi sangat jelas, mengingat fakta bahwa militer Ukraina mengoperasikan sejumlah besar droe dan berbagai helikopter kecil. Sumber tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai lokasi penggunaan senjata anti drone Stupor.
Sumber dari eurasiantimes.com menyebut, bahwa Stupor dikembangkan oleh Main Robotics Research and Test Center milik Kementerian Pertahanan Rusia. Selain drone, sasaran Stupor juga mencakup helikopter, dimana sasaran diekseskusi dalam visibilitas langsung. Kabarnya prototipe Stupor pertama kali diperkenalkan ke publik dalam Army 2017 International Military-Technical Forum di Moskow.
Senjata ini bekerja dengan mentransmisikan pulsa elektromagnetik terpisah untuk memblokir channel atau transmisi yang digunakan untuk mengarahkan drone. Akibatnya, drone kehilangan kontak dengan pengontrolnya dan jatuh. Stupor memiliki jangkauan hingga dua kilometer dan medan efek 20 derajat.
Dalam proses jamming, Stupor juga dapat memblokir kamera foto dan video dari drone, serta navigasi dan saluran transmisinya dalam rentang frekuensi elektro-optik. Target waktu locking (penguncian) hingga total suppression pada drone sasaran adalah 4 hingga 30 detik, tergantung jenis drone. Stupor tidak menyebabkan kerusakan pada perangkat keras drone, sehingga dapat dihidupkan ulang.
Stupor memiliki panjang 1,16 meter dan berat 5,5 kg. Material Stupor sudah mengusung standar IP66 melindungi dari hujan dan salju. Baterai pada Stupor memungkinkannya menembak hingga 4 jam, semenara pengisian penuh (baterai) membutuhkan waktu 2 jam. Tenaga Stupor dapat di-rechaerge menggunakan aki mobil maupun jaringan listrik konvensional.
Baca juga: Rusia Tawarkan Sistem Anti Drone ke Asia Tenggara
Stupor telah lulus tes pada musim semi 2017. Kemudian, kementerian pertahanan Rusia menyatakan minatnya, dan para perancang memodifikasi perangkat untuk penggunaan militer. (Gilang Perdana)
Ruskies super telat
Pasca Sentinel dicapture Iran maka tahun 2015 DARPA bikin kompetisi bahkan dibikin series oleh NatGeo. Dari metode jamming hingga counter jamming. Pesertanya bukan korporasi gede tapi memprioritaskan startup. Yang menang dapat kontrak gede. Bahkan kompetisi seperti ini dibikin rutin 4 tahun sekali dan lagi lagi ada series eksklusif oleh NatGeo thn 2019 dgn ide yang semakin out of the box
Sino pun dalam 2 tahun terakhir mulai meniru langkah Amriki tapi dgn kompetisi diadakan scr tertutup
But better late than never
Dgn pola riset sentralistik seperti ini sangat sulit buat Ruskies mengejar ketertinggalannya dari Amriki dan Sino
US duluan malah beberapa tahun lalu sudah operasional bahkan sampai didemonstrasikan di Discovery Channel & National Geographic
Bahkan sampai dibikin seperti kompetisi segala dan mengundang beberapa korporasi berbasis startup