Sambut Era Kapal Induk dengan Peluncur Ketapel, AL Cina Kembangkan Varian Jet Tempur Shenyang J-15T
Setelah melucurkan kapal induk ketiga (Type 003) yang diberi nama Fujian, Angkatan Laut Cina punya roadmap untuk membangun kapal induk keempat (Type 004). Serupa dengan Fujian yang mengusung model peluncur pesawat catapult EMALS (Advanced Electromagnetic Launch System), Type 004 bakal lebih bertaji lagi, pasalnya Type 004 tidak lagi mengadopsi propulsi konvensional, melainkan akan menyandang label kapal induk bertenaga nuklir.
Baca juga: Kapal Induk Terbaru Cina Type 003 Resmi Meluncur, Kini Menyandang Nama “Fujian”
Dengan meluncurnya kapal induk Fujian pada 17 Juni 2022, maka masih dibutuhkan waktu yang panjang untuk menuju tingkat kesiapan tempur. Diperkirakan dibutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai tingkat kesiapan tempur awal (IOC) dan 10 tahun untuk mencapai tingkat kesiapan tempur penuh. Sementara dari aspek pesawat udara yang akan bermarkas di kapal induk, dibutuhkan beberapa persiapan dan penyesuian pada arsenal udara.
Meski Cina gencar mengembangkan jet tempur stealth Shenyang J-35 yang dirancang untuk beroperasi dari kapal induk. Namun, dibutuhkan waktu dan biaya besar untuk menampilkan postur J-35 agar kelak layak menandingi F-35B/C Ligthning II. Sementara itu, untuk saat ini dan lima tahun kedepan, seiring uji coba kesiapan kapal induk Fujian, AL Cina nampaknya lebih mengutamakan untuk mengembangkan jet tempur spesialis kapal induk, Shenyang J-15 Flying Shark, yang notabene menjadi ujung tombak arsenal udara di kapal induk Liaoning (Type 001) dan Shandong (Type 002).
Tapi perlu dicatat, bahwa J-15 selama ini beroperasi di kapal induk Liaoning dan Shandong mengandalkan teknik STOBAR (Short Take-Off But Arrested Recovery), dimana pesawat lepas landas menggunakan ski-jump yang disematkan di ujung runway kapal induk. Sementara hal yang berbeda diterapkan di kapal induk Type 003 dan Type 004. Teknik STOBAR digantikan dengan teknik CATOBAR (Catapult Assisted Take-Off But Arrested Recovery), yang mana Type 003 dan Type 004 mengadopsi EMALS.
Nah, terkait dengan penggunaan CATOBAR, Angkatan Laut Cina telah mengembangkan varian baru pada J-15, yang media lokal menyebutnnya sebagai J-15T. Dan belum lama ini, viral foto-foto yang memperlihatkan dugaan dari sosok J-15T. Dari analisa pemerhati militer, J-15T punya hidung yang telah dimodifikasi dan landing gear yang diperkuat.
Analisa pada Foto menunjukkan kerucut radar yang dimodifikasi dan pintu roda pendaratan baru, menguatkan dugaan bahwa itu adalah varian yang diluncurkan menggunakan ketapel. Seorang pengguna media sosial Cina mengatakan penunjukan ‘T’ telah dipilih karena itu adalah karakter China untuk kata ‘catapult’. Kerucut hidung baru pada J-15T memiliki bukaan yang sedikit miring, tidak seperti J-15B.
Garis kubah miring dapat menunjukkan keberadaan radar array bertahap, yang memberikan pilot kemampuan deteksi yang lebih baik. Bahkan pintu roda pendaratan depan (nose gear) terlihat terbelah menjadi dua bagian. J-15B yang ada yang terbang dengan STOBAR memiliki pintu satu bagian. Ada beberapa Alasan yang masuk akal tentag modifikasi roda pendarat depan, yakni untuk ‘menangani’ kekuatan dan hentakan besar dari peluncur ketapel yang akan mendorong pesawat dari dek penerbangan utama.
Keberadaan varian J-15 berkemampuan CATOBAR pertama dikonfirmasi pada September 2016 ketika muncul foto yang menunjukkan pesawat melakukan uji terbang. Analisa yang dilakukan pada saat itu menunjukkan bahwa prototipe J-15T, yang menampilkan kaki roda hidung baru yang dilengkapi dengan towbar ketapel dan penyangga penyangga yang lebih kuat, akan tersedia untuk uji coba sebelum akhir tahun itu.
Baca juga: Kapal Induk Type 003 Cina Tak Lama Lagi Meluncur, Masih Andalkan Jet Tempur Shenyang J-15
Pada akhir 2016, Cina telah menyelesaikan pembangunan fasilitas uji di Pangkalan Udara Huangdicun yang menampilkan dua sistem peluncuran ketapel: satu dinilai sebagai ketapel bertenaga uap konvensional, yang lain sistem ketapel elektromagnetik. (Gilang Perdana)
Ratio jumlah dimana jumlah Hornet 1,5 kali lipat Tomcat di 1 kapal induk
J21 dikembangkan karena J31 masih belum meyakinkan di mata PLANAF buat air superiority. Underpowered engine tapi bobot setara Super Hornet buat thrust to weight ratio J31 lumayan buruk.
Sino punya Nine Dash Line dengan parameter peta tradisional dinasti Ming. Taiwan paling kena imbasnya
@Jago: ratio apa itu Bung?? Kill ratio atau weight to ratio yg dimiliki??
Wah, ane baru tau J-20 mau dikembangkan jadi J-21 varian kapal induk. Itu artinya bakal ada perubahan pada sayap yg lebih lebar, gear dan mungkin bobotnya jadi lebih berat daripada varian untuk PLAAF. Yg jadi pertanyaan, apakah China bakalan siap untuk kemampuan serbu maritim skala penuh bahkan jika mereka memiliki 4 kapal induk dg kemampuan CATOBAR? Bukankah hampir semua kekuatan di Asia Timur dan Pasifik memiliki rudal stand off jarak jauh yg mampu menghancurkan kapal induk China??
Era perang dingin ratio F-18 (bukan Super Hornet) dgn F14 adalah 1,5:1
@agato
J21 pengembangan J20 buat kapal induk
Ane baru denger ada J-21, kalo J-20 ane paham. But, Still Beban yg dimiliki J-15 dan J-20 masih tetap berat untuk ukuran pespur yg berbasis Kapal Induk. Beban yg lebih berat akan memberikan tekanan yg berlebih pada sistem ketapel. Itulah kenapa F-14 tidak digunakan lebih jauh dibandingkan dg F-18 yg umurnya hampir setara. Mungkin akan lain ceritanya jika J-31 sudah siap, tapi melihat progress yg dimiliki oleh China, pengembangan tersebut terasa lebih lama dan mungkin baru akan siap 10 tahun kedepan padahal 10 tahun kedepan Pespur generasi keenam USA sudah akan siap dan teknologi air teaming dg UAV sudah sangat kuat khususnya di sayap udara US Navy dan USMC.
@agato
Penerapan catobar ataupun EMALS membuat role pespur PLANAF berubah total bukan lagi sebagai air guardian serta limited maritime strike tapi naik level ke full strike. Penerapan catobar & EMALS membuat pespur bisa membawa muatan maksimum
J15T lebih sebagai ad interim fighter karena pespur masa depan PLANAF adalah J31 & J21
Selama bobot pespurnya belum dikurangi, China akan tetap kesulitan melakukan penerbangan secara terus-menerus dari kapal induk mereka. Tapi jika peran mereka lebih ditekankan pada kemampuan pertahanan area layaknya sayap udara Uni Soviet tentunya ini akan jadi cerita lain. China tak perlu menempatkan banyak pespur mereka di kapal induk karena tugas utama pespur tersebut adalah membawa rudal jelajah Subsonik/hipersonik jarak jauh yg akan mampu mengancam gugus tempur kapal induk US Navy sesuai dg doktrin AA/AD mereka.