Foto Langka: Jenderal Ahmad Yani dan M3 Carbine, Karabin dengan Teropong Inframerah
|
Meski kondang digunakan sejak era Perang Dunia Kedua, namun senapan karabin semi-otomatis ringan M1 Carbine, terbilang langka digunakan satuan militer Indonesia. Senapan ini dirancang sebagai senjata yang mengisi celah antara pistol/submachine gun dan senapan tempur utama (battle rifle) M1 Garand.
Baca juga: Pindad SP-1 – Beraksi di Babak Awal Operasi Seroja, Ini Dia M14 Versi Indonesia
Namun, dari foto pada Buku “Peringatan Dasa Warsa Peral”, terungkap bahwa varian lain dari M1 Carbine pernah digunakan oleh TNI, yakni M3 Carbine Infrared Sniperscope.
Lewat toto repro oleh akun Facebook Priyono Bitles Combat, menarik dicermati bahwa M3 Carbine Infrared Sniperscope pernah dicoba oleh Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani, saat menjabat sebagai Deputi KSAD dengan pangkat Brigadir/Mayor Jenderal.
Pada era tersebut, Jenderal Ahmad Yani memegang jabatan penting dalam perencanaan Operasi Trikora (awal 1960-an), peralatan penglihatan malam akan menjadi aset yang sangat berharga untuk operasi penyusupan dan pengintaian di Papua yang memiliki medan yang berat dan gelap. Kemungkinan sistem ini ditujukan untuk unit-unit yang terlibat dalam operasi rahasia di sana.
M3 Carbine dirancang untuk memberikan keunggulan dalam pertahanan statis di malam hari, seperti menjaga pos atau garis depan dan mendeteksi penyusup. Oleh karena itu, senjata ini kemungkinan besar diserahkan kepada pasukan Infanteri garis depan. Pada era 1950-an dan awal 1960-an, satuan-satuan yang dikhususkan untuk tugas-tugas kritis atau yang memiliki akses prioritas terhadap peralatan modern, mungkin termasuk Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), cikal bakal Kopassus, atau unit infanteri terpilih.
Secara mekanis, M3 Carbine (yang dipasangi sniperscope inframerah) memiliki kemampuan mekanis yang sama persis dengan M1 Carbine standar atau varian M2 Carbine (versi full-auto).
Poin-poin mekanis yang tetap sama meliputi mekanisme penembakan, M3 masih menggunakan mekanisme semi-otomatis (atau selective-fire jika menggunakan basis M2 Carbine), sistem kerja gas, dan baut berputar yang sama dengan M1 Carbine. Senjata ini tetap menembakkan amunisi .30 Carbine (7,62×33mm) dengan kecepatan peluru, energi, dan lintasan balistik yang identik.
Akurasi bawaan senapan (seberapa ketat kelompok tembakan pada jarak tertentu) tidak berubah. Jika diuji dengan bidikan yang sempurna di siang hari, M3 akan menembak sama akuratnya dengan M1 standar.
M3 Carbine adalah sebuah M1 Carbine standar yang dimodifikasi dengan tambahan kit optik. Perangkat yang ditambahkan mencakup pemasangan teropong, M3 dilengkapi dengan dudukan teropong (mount) khusus di atas receiver dan di depan laras. Kemudian grip pistol depan, seringkali ada pegangan pistol tambahan di bagian depan yang berfungsi sebagai sakelar daya untuk lampu sorot inframerah.
Penambahan teropong besar, lampu sorot, kabel, dan ransel baterai yang berat secara drastis mengubah bobot, keseimbangan, dan ergonomi senjata, membuatnya jauh lebih canggung dan sulit digunakan secara cepat dibandingkan M1 Carbine biasa.
Sistem M3 bekerja dengan memancarkan sinar inframerah. Pada tahun 1940-an/1950-an, lampu sorot ini hanya dapat menerangi area target dengan cukup baik untuk dilihat oleh teropong hingga jarak sekitar 125 hingga 140 meter.
Perbedaan berat menjadu sangat signifikan karena komponen tambahan pada M3. M1 Caribine tanpa amunisi dan magasin adalah 2,4 kg. Sedangkan M3 Carbine punya berat total mencapai 12,7 kg.
Perbedaan berat yang masif disebabkan oleh sistem daya yang diperlukan untuk menjalankan teknologi inframerah aktif pada saat itu, yang terdiri dari Unit Daya (Power Pack), sistem M3 memerlukan transformer yang mengubah daya baterai rendah menjadi tegangan tinggi (hingga 20.000 volt) untuk menyalakan tabung optik. Unit ini sendiri berat.
Sistem M3 memerlukan baterai timbal-asam yang berat (mirip dengan baterai mobil kecil) yang harus diletakkan di dalam ransel dan dihubungkan ke senjata melalui kabel. Baterai ini menyumbang sebagian besar dari total berat tambahan sistem M3.
Jadi, sementara M1 Carbine dikenal karena keringanan dan mobilitasnya, M3 Carbine adalah sistem yang sangat berat dan canggung yang biasanya dioperasikan dari posisi statis karena beban yang dibawa oleh prajurit. Jumlah personel yang standar dan paling efektif untuk mengoperasikan sistem M3 Carbine (infrared sniperscope) adalah sebuah tim yang terdiri dari dua hingga tiga prajurit, termasuk Pembawa Baterai (Battery Man/Spotlight Operator). (Gilang Perdana)
Mengenal “Chung” Type56 – Nyaris Jadi Senjata Angkatan Kelima
Dirangkum dari berbagai sumber, beliau saat itu adalah Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi (KOTI) Pembebasan Irian Barat, mendampingi Panglima Besar KOTI Presiden Soekarno dan Wakil Panglima Besar Jenderal A.H. Nasution. Diangkat pada tanggal 14 Desember 1961 saat masih berpangkat Mayor Jenderal dan merangkap jabatan sebagai juru bicara pembebasan Irian Barat