RESMI: Thailand Jadi Launch Customer Airbus A330 MRTT+, Tanker Militer Generasi Terbaru A330-800neo
|Di Asia Tenggara, Indonesia menjadi yang paling ‘riuh’ dengan rencana pengadaan pesawat tanker multirole. Maklum rencana pengadaan pesawat tanker sudah menjadi agenda sejak lima tahun silam. Namun, tanpa omon-omon, justru Thailand telah mendahului, yakni dengan kabar pemesanan Airbus A330 MRTT (Multirole Tanker Transport) generasi terbaru.
Angkatan Udara Thailand atau The Royal Thai Air Force (RTAF) pada 25 September lalu, telah memesan satu unit pesawat Airbus A330 Multi Role Tanker Transport Plus (MRTT+). Pesawat ini merupakan evolusi dari A330 MRTT berbasis A330neo yang telah terbukti andal untuk misi tempur, pengisian bahan bakar di udara, sekaligus transportasi. A330 MRTT+ dilengkapi dengan dua sistem pengisian bahan bakar sekaligus, yaitu hose-and-drogue serta boom. Selain itu, pesawat ini juga memiliki perangkat evakuasi medis (Airbus Medical Evacuation Kit) dan hadir dalam konfigurasi kabin VVIP.
Pesawat tersebut dijadwalkan untuk memasuki tahap penyesuaian spesifikasi militer di A330 MRTT Centre di Getafe, Spanyol pada 2026, dan diserahterimakan kepada pembeli pada 2029.
Pemesanan ini menjadikan Thailand sebagai launch customer (pelanggan peluncuran) untuk versi terbaru dari pesawat Multi Role Tanker Transport (MRTT) yang berbasis pada platform A330-800neo.
Gantikan A330-200, Airbus Kembangkan Pesawat Tanker (MRTT) Baru dari Platform A330neo
“Pilihan Thailand terhadap A330 MRTT+ menegaskan kepercayaan besar mereka terhadap platform ini, sekaligus mengadopsi evolusi terbaru dalam hal efisiensi, kapabilitas, dan keberlanjutan. Evolusi alami dari A330 MRTT ini, yang akan menjadi aset kunci bagi operasi Angkatan Udara Kerajaan Thailand, didasarkan pada kinerja teruji selama bertahun-tahun dalam layanan dengan sembilan pelanggan di seluruh dunia, dengan total lebih dari 340.000 jam terbang,” ucap Jean-Brice Dumont, Head of Air Power di Airbus Defence and Space.
Penambahan strategis pada armada RTAF menandai langkah penting dalam memperkuat pertahanan nasional Thailand, serta meningkatkan kemampuan ‘Negeri Gajah Putih’ dalam memberikan respon efektif saat krisis untuk memastikan keselamatan dan keamanan negara tersebut. Kapabilitas canggih dari A330 MRTT+ juga akan berperan penting dalam menjaga kedaulatan Thailand, maupun saat melaksanakan misi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana (Humanitarian Assistance and Disaster Relief/HADR) serta misi evakuasi medis (MEDEVAC).
Diluncurkan pada Farnborough Airshow 2024, A330 MRTT+ menghadirkan berbagai inovasi dari pesawat komersial A330-800, termasuk mesin Rolls-Royce Trent 7000 serta aerodinamika dan wing-tips pesawat yang telah dioptimalkan. Inovasi ini menghemat konsumsi bahan bakar hingga 8 persen dan mengurangi kebisingan pesawat. Selain itu, bobot lepas landas maksimum pesawat meningkat menjadi 242 ton dari sebelumnya 233 ton, ini membuat jangkauan terbang pesawat menjadi lebih luas, kapasitas penyaluran bahan bakar di udara meningkat, dan operasional pesawat lebih fleksibel.
Dengan mempertahankan 95% kesamaan kerangka pesawat dari armada A330 MRTT saat ini, pesawat A330 MRTT+ memastikan proses pelatihan yang seragam dan akses ke jaringan perawatan global yang andal.
Jubir Airbus: “Pengadaan Pesawat Tanker A330 MRTT Masih Menanti Kontrak Efektif”
Pesawat A330 MRTT telah mengantongi izin untuk mengisi bahan bakar lebih dari 25 jenis pesawat. Dengan pangsa pasar dari 90% di luar Amerika Serikat, A330 MRTT telah dipesan oleh Australia, Kanada, Prancis, Multinational MRTT Fleet (MMF) NATO, Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Inggris. Hingga saat ini, total 85 pesawat telah dipesan oleh 11 pelanggan.
Bersamaan dengan pesanan baru ini, Airbus juga akan turut memperkuat kolaborasinya dengan Thai Aviation Industries (TAI). Kedua perusahaan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang diperluas untuk mencakup dukungan pemeliharaan di dalam negeri bagi A330 MRTT+ milik Angkatan Udara Kerajaan Thailand. Perluasan ini didasarkan pada kerja sama yang telah ada untuk pemeliharaan pesawat angkut C295 di Thailand.
MoU yang diperluas ini juga menjadi langkah penting dalam strategi jangka panjang Airbus untuk selaras dengan kebijakan “Make in Thailand” di Thailand. Dengan memperluas cakupan aktivitas TAI untuk mencakup pemeliharaan dan dukungan operasional A330 MRTT+, Airbus akan membantu angkatan bersenjata Thailand untuk mencapai kemandirian dalam kebutuhan operasional yang krusial, seraya berkontribusi pada peningkatan kapabilitas lokal.
“Melalui kemitraan kami dengan TAI, Airbus berkomitmen untuk mentransfer keahlian, pengetahuan, dan teknologi untuk lebih mengembangkan kapabilitas kedirgantaraan di Thailand,” tambah Jean-Brice Dumont. “MoU dengan TAI yang diperluas ini memastikan bahwa pemeliharaan A330 MRTT+ milik Angkatan Udara Kerajaan Thailand akan dilakukan di dalam negeri, sekaligus memperkuat kontribusi kami terhadap ekosistem pertahanan dan pertumbuhan industri Thailand.” (Bayu Pamungkas)
Pesawat Tanker Airbus A330 MRTT Singapura ‘Susui’ Jet Tempur F-16 C/D TNI AU
@Tukang Ngitung: F-16 tetap dihitung karena masuk arsenal tempur TNI-AU sejak lama (tahun saya lahir) dan barengan masuk bersana yang diakuisisi saat ini, 700 juta USD PLN yang disetujui ibu Sri Mulyani Menkeu saat itu juga ada dibahas di sini kok, itu memang untuk pengadaan 2 unit pesawat tanker udara dengan pilihan atau kandidatnya yaitu A330 MRTT (KC-30A), KC-46A dan Il-78 lalu pilihan mengerucut ke 2 jenis saja yaitu KC-30A dan KC-46A.
Berdasarkan laman Kemhan RI yang dikutip portal sebelah dan berita lainnya 2 tahun lalu mewartakan bahwa sudah efektif pula kontraknya untuk pengadaan 2 unit KC-30A tersebut, itu artinya A400M tidak masuk dalam PLN yang dimaksud tetapi tersendiri karena kategorinya angkut berat bukan tanker yang sebenarnya.
Nah, sekarang pertanyaannya jika sudah efektif mengapa setahun lalu masih ada yang mewartakan kembali mengkaji pengadaan MRTT ini? Seharusnya sebelum diakuisisi RTAF, TNI-AU sudah teken duluan toh 🤔
Lagipula usd 700 juta itu untuk akuisisi A400m 2 biji. A400 bisa dijadiin tanker jadi multirole transport tanker. Si wartawan Janes aja yang mikirnya kejauhan dikira MRTT nya A330 MRTT padahal A400m itulah MRTT nya. Tadinya saya memang nungguin A330 MRTT tapi sesudah si pedang meliuk-liuk bilang kalo A400m itulah MRTT saya jadi paham kenapa A330 MRTT nggak ada kabarnya.
Widya,
Saya kan bilang yang kita akuisisi saat ini.
F-16 kan kita akuisisinya bertahun-tahun yang lalu.
Sama-sama Boeing masih lebih milih P8 Poseidon daripada KC-46. E-7 Wedgetail juga lebih saya sukai daripada KC-46.
Soal F-16 kan bisa minta diupgrade pakai CFT entah bagaimana caranya. Jadi tidak terlalu mendesak jika sudah ada Rafale dan J-10C (sebut ini biar si Halu makin berasap kepalanya). Sambil nunggu Rafale datang, J-10C bisa didatangkan terlebih dulu supaya F-16 lebih cepat diupgrade. Hihihi biar si Halu makin berasap hihihi.
@periskop: Salah satu dari 2 unit A400M memang akan dikaryakan menjadi tanker sebelum tanker yang sebenarnya jadi dibeli, berdasarkan Janes tahun 2021 lalu diwartakan, “Kementerian Keuangan (Kemenkeu) disebut telah menyetujui usulan pendanaan untuk pembelian 2 pesawat tanker jenis Airbus A330 MRTT. Dikutip dari situs Janes, Selasa (22/6), nilai kontrak pengadaan 2 unit A330 MRTT sebesar USD 700 juta atau setara Rp 9,8 triliun (kurs USD 1 = Rp 14.000) dengan skema pinjaman luar negeri.” tahun segitu kurs USD masih belum seperti saat ini yang sudah Rp 16 ribu lebih per 1 USD, jika tetap pilih KC-30A MRTT cuma bisa beli 1 unit saja tetapi jika KC-46A bisa 2 dan syukur bisa 3 unit.
Pada tahun 2018, TNI-AU dan GMF AeroAsia ternyata sudah melakukan kajian teknis mendalam terhadap pilihan atau kandidat pesawat tanker mulai dari aspek biaya operasional, perawatan di dalam negeri hingga kemampuan pengisian bahan bakar di udara. (dikutip dari Kumparan)
Bahkan di portal sebelah tahun 2023 disadur dari laman Kemhan RI, “A330 MRTT buatan Airbus sudah dalam kontrak efektif dengan Pemerintah Indonesia. Pesawat ini satu dari sekian alutsista lainnya yang diakuisisi oleh Kementerian Pertahanan RI dari Airbus selain Heli Antikapal Selam (AKS), Helikopter Angkut Berat H225M, dan Pesawat Kargo Turboprop A400M.” Sekarang pertanyaannya, apa iya sudah efektif 2 tahun lalu? 🤔
tanker dah ada lewat a-400m, awacs neh belum ada, erieye lah boyong, atau sistem darimana gitu lalu cantolin ke cn235/95 yang penting ada dulu, radar indonesia dengan wilayah yang luas masih bisa dibilang kurang sih cakupannya
@Tukang Ngitung: tak semua, F-16 pakai boom system tidak ada culanya tetap MRTT diperlukan tak sekedar yang punya selang panjang di ujung kedua sayapnya. Mengapa KC-46A opsional yang dipilih, mumpung dapat lampu hijau dari Trump buat kita borong puluhan B777 dari Boeing sebagai imbal nego tarif 19% nah sekalian tanyain KC-46A yang lini produksinya masih terbuka baik untuk AS sendiri maupun pembeli di luar AS seperti Jepang.
Alutsista dari AS yang realistis adalah Black Hawk tetap walau lini produksinya di Polandia, CH-47F (gantiin pilihan Osprey), AV-8B Harrier (kalo tetap maksa beli si Gari), C-130J (tambahan), KC-46A (opsional) dan E-7 Wedgetail (jika pilihannya ini kalo tak berpaling ke SAAB GlobalEye)
KC-46 ogah ah.
Yang sekarang gue kepingin alutsista dari US :
E-2D Hawkeye 7 unit
MH60R seahawk untuk helikopter ASW 16 unit
AH-1Z Viper 8 unit
CH-47 F Chinook 24 unit
Blackhawk 72 unit
Udah dibilangin kita itu sudah ada pesawat tanker karena A400m dikaryakan sebagai pesawat tanker. Jadi A400m selain sebagai pesawat transport (angkut) juga sebagai pesawat tanker. Multi role kan ? Jadilah A400m MRTT.
Lagi pula pesawat yang kita akuisisi saat ini bercula satu semua (Rafale, J-10C) yang berfungsi untuk pengisian bahan bakar di udara.
Kesalip lagi, padahal masuk daftar belanja dan rencana pinjaman luar negerinya juga sudah ada tinggal eksekusi tapi ya gitu kebiasaan kita mengkaji dan selalu mengkaji tanpa batas 😅😅 ya sudah pilihan alternatif kita beli KC-46A saja bisa dapat 3-4 unit jika belum naik harganya 👍