Update Drone KamikazeKlik di Atas

TNI AU Ditawari Watchkeeper WK450, Drone Battle Proven di Afghanistan

Dari segi kelengkapan alutsista, Indonesia punya drone berkemampuan MALE (Medium Altitude Long Endurance) untuk misi intelijen, pengintaian udara, dan akuisisi target. Berdasarkan spesifikasi, drone paling mutakhir dioperasikan Skadron Udara 51 TNI AU yang menggunakan TUAV (Tactitcal Unmanned Aerial Vehicle) Aerostar buatan Aeronautics Defense Systems, Israel. Namun karena jumlah yang belum mencukupi dan ‘mungkin’ kapabilitasnya masih tertinggal dari drone intai negara tetangga, menjadikan peluang pengadaan drone TNI masih terbuka. Sebagai bukti, Thales UK dari Inggris belum lama ini dikabarkan telah mengajukan proposal penawaran drone MALE, Watchkeeper WK450 kepada pihak TNI AU.

Baca juga: Aerostar TUAV – Drone Intai Andalan Skadron Udara 51 TNI AU

Dikutip dari Janes.com (11/7/2017), Thales UK menawarkan Watchkeeper WK450 untuk kebutuhan intelligence, surveillance, target acquisition, and reconnaissance (ISTAR). Watchkeeper sendiri sudah punya nama dalam jagad drone, dengan mesin propeller, 54 unit Watchkeeper kini sudah dioperasikan AD Inggris. Perannya dilibatkan untuk dukungan relay komunikasi dan mendukung akuisisi target pada fungsi artileri medan, debutnya pun telah berhasil dijajal dalam laga perang di Afghanistan.

Watchkeeper WK450 dalam sebuah operasi di Afghanistan.

Yang unik dari Watchkeeper WK450, drone ini dikembangkan dari basis Hermes 450. Hermes 450 adalah drone produksi Elbit Systems, Israel. Dari segi desain dan dimensi, antara Watchkeeper WK450 dan Hermes 450 tidak ada perbedaan, bahkan dapur pacunya dipasok mesin yang sama, yakni Engines Limited R802/902(W) Wankel engine 52 hp. Meski serba mirip, bahkan kapasitas payload pun sama – 150 kg, namun untuk kecepatan dan lamanya terbang ada perbedaan mengingat jenis payload yang dibawa ada perbedaan. Ditangan Thales UK, Watchkeeper WK450 dibesut payload berupa sensor berupa Thales I-Master ground-moving target indicator/synthetic aperture radar (SAR/GMTI) dan pada bagian belakang disematkan modul berupa turret yang berisi electro-optical/infrared (EO/IR) sensor.

UAV Hermes 450 di Singapore Airshow 2016.

Baca juga: Hermes 450 – Drone Pengintai Lapis Kedua AU Singapura

Meski kodratnya adalah UAV, airframe Watchkeeper WK450 sanggup menggotong rudal dua unit rudal, yakni LMM (Lightweight Multirole Missile) produksi Thales Air Defence. LMM punya bobot 13 kg dengan berat hulu ledak 3 kg. Rudal udara ke permukaan ini menggunakan hulu ledak berfragmentasi dan mampu melesat dengan kecepatan Mach 1.5. Dengan two-stage solid propellant motor buatan Roxel Propulsion Systems (RPS), rudal ini dapat melesat sejauh 8 km dengan pemandu semi active laser dan terminal infrared homing.

Watchkeeper WK450 terbang perdana pada April 2008 di Utara Israel, sementara Watchkeeper yang pertama kali diproduksi di Inggris terbang pada April 2010. Secara resmi AD Inggris (Royal Army) mengoperasikan Watchkeeper pada tahun 2011. Mobilitas sistem menjadi keunggulan yang ditawarkan oleh Thales UK. Sebagai drone ukuran sedang, sistem utuh Watchkeeper yang terdiri dari pesawat dan kendaraan GCS (Ground Control Station) dapat diangkut menggunakan satu unit pesawat sekelas C-130 Hercules.

Watchkeeper WK450 dalam kontainer, siap dirakit.

Baca juga: Hadapi Gangguan Drone, TNI Gunakan Tactical Drone Jammer Gun

GCS (Ground Control Station) dapat diangkut di C-130 Hercules.

Proses produksi Watchkeeper WK450 melibatkan banyak nama-nama besar di industri aviasi dan pertahanan, sebut saja Boeing, Cobham, Wimborne (sub perakitan dan kompoonen); Cubic Corporation, Greenford (datalinks); Elbit (air vehicles); LogicaCMG, Leatherhead (digital battlespace integration); Marshall SV, Cambridge (Ground Station shelters and vehicles); Praxis, Bath (programme safety); QinetiQ (airworthiness consultancy and image data management); UAV Engines Ltd, Lichfield (UAV engine); and Vega (training). Secara legal, Watchkeeper WK450 adalah produksi UAV Tactical Systems Ltd (U-TacS), yang tak lain perusahaan hasil joint venture antara Thales UK dan Elbit.

Dirunut dari spesifikasi, Watchkeeper WK450 dengan bobot terbang maksimum 450 kg mampu terbang non stop selama 17 jam. Kecepatan maksimum 175 km per jam dan kemampuan jelajah 200 km. Watchkeeper sanggup terbang sampai ketinggian 5.500 meter dengan kecepatan menanjak 274 meter per menit. Sebagai perbandingan, Hermes 450 yang kini jadi drone lapis kedua militer Singapura, punya kecepatan maksimum 176 km per jam, kecepatan jelajah 130 km per jam dan jarak jelajah 300 km.

Baca juga: LAPAN LSU-03 NG – Siap Perkuat Kemampuan Intai Kodam di Perbatasan

Belum diketahui tanggapan pihak user (TNI AU) atas tawaran dari Thales UK, tapi mengingat drone ini langsung diproduksi dan dijual oleh Inggris, maka kemungkinan bakal menjadi polemik bernuansa politik, seperti halnya saat rencana pengadaan Heron UAV dapat diperkecil. (Haryo Adjie)

17 Comments