Pelan namun pasti, modernisasi terus dilakukan oleh TNI AL. Bila sebelumnya beberapa KCR (Kapal Cepat Rudal) terlihat dipasangi meriam ‘sementara’ Bofors 40 mm pada haluannya, kini beberapa telah berganti dipasangi meriam modern otomatis Bofors 57 MK3 atau AU-220M 57 mm. Pun demikian dengan rudal anti kapal, bila sebelumnya ada yang dipasangi peluncur rudal anti kapal C-705 buatan Cina, kini nampak sudah dipasangi peluncur rudal anti kapal Exocet MM40 Block 3 buatan MBDA Perancis. (more…)
Meski kecil kemungkinan bakal diakuisisi, namun nama rudal anti kapal Teseo Otomat belakangan ikut jadi bahan pembicaraan warganet, pasalnya, kedua jenis kapal perang yang akan didatangkan untuk Indonesia, yaitu frigat FREMM Bargamini class dan frigat Maestrale class, keduanya mengusung jenis rudal anti kapal high subsonic ini. (more…)
Meski telah dilakukan sejumlah modernisasi, namun dirunut dari usia, ketiga korvet Fatahillah Class – KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363 sudah tak bisa dibilang muda lagi, pasalnya ketiga korvet buatan Wilton Fijenoord, Schiedam, Belanda ini sudah diterima Indonesia sejak 1979. Lewat perawatan yang baik dan modernisasi pada sistem sensor dan radar (di KRI Fatahillah 361 dan KRI Malahayati 362), kapal kombatan ini masih mampu memberikan efek deterens. (more…)
Super Puma Puspenerbal TNI AL memang spesial, disamping kodratnya sebagai helikopter angkut, produksi PT Dirgantara Indonesia (d/h PT IPTN) ini juga punya kemampuan sebagai platform peluncur rudal anti kapal AM-39 Exocet. Meski proyek meluncurkan Exocet akhirnya batal, Super Puma TNI AL tampil beda dengan bekal search radar dan radar intai maritim di bawah hidung. (more…)
Debut AM-39 Exocet dalam Perang Malvinas (Falkland) meroket setelah rudal anti kapal yang diluncurkan dari jet Super Etendard AL Argentina mampu mengkaramkan kapal perusak Inggris HMS Sheffield pada 4 Mei 1982. Bagi Indonesia yang kala itu tengah bersiap menerima kedatangan helikopter angkut sedang multirole NAS 332L Super Puma dari PT IPTN (sekarang – PT Dirgantara Indonesia) berusaha mengikuti perkembangan tren kekinian alutsista. (more…)
Diatas kertas, boleh jadi kecanggihan kapal perang AL Singapura dan Australia lebih unggul ketimbang kepunyaan TNI AL saat ini. Begitu juga dengan keberadaan kapal selam, sebelum tibanya Changbogo Class, diatas kertas armada siluman bawah laut milik Singapura, Australia dan Malaysia terasa lebih unggul. Namun disisi lain, ada keunggulan komparatif pada kekuatan kapal perang TNI AL, tak lain dengan keberadaan beragam jenis rudal anti kapal (anti ship missile).
Nama besar rudal anti kapal Exocet beberapa waktu lalu kembali melambung, pasalnya untuk pertama kali, korvet Bung Tomo Class yang diwakili KRI Bung Tomo 357 berhasil melalukan uji tembak rudal Exocet MM40 Block 2 dengan sasaran eks KRI Kupang 58 di perairan antara Pulau Raas, Sumenep dan Bawean, Gresik, pada hari Kamis lalu (28/5/2015). (more…)
Mengambil lokasi di perairan antara Pulau Raas, Sumenep dan Bawean, Gresik, pada hari Kamis lalu (28/5/2015), KRI Bung Tomo 357 (korvet Bung Tomo Class) dari Komando Armada Timur (Koarmatim) TNI AL, untuk pertama kalinya menjajal kesaktian rudal anti kapal Exocet MM40 Block II. Dan yang menjadi ‘kehormatan’ sebagai sasaran tembak adalah KRI Kupang 582, jenis kapal LCU (Landing Craft Utility) yang sebelumnya juga menjadi aset kekuatan Koarmatim. (more…)
Dari sekian banyak kapal perang TNI AL, KRI Ki Hajar Dewantara 364 punya keunikan yang tiada bandingannya dengan kapal perang TNI AL lainnya. Pasalnya, dari seri kapal, hanya terdiri dari satu unit, kemudian punya peran sebagai satu-satunya kapal latih tempur bagi para perwira TNI AL. Kini, di usia pengabdiannya yang telah menembus tiga dekade, banyak torehan sejarah dan pengabdian dari kapal perang yang sudah mulai terlihat uzur ini. (more…)
Sejak adopsi rudal Yakhont pada salah satu frigat kelas Van Speijk, otomatis TNI AL memasuki babak baru dalam teknologi peluncuran rudal. Pasalnya, Yakhont yang menyandang predikat rudal jelajah anti kapal (ASM/anti ship missile) diluncurkan secara VLS (vertical launching system). Sebelum hadirnya Yakhont, armada TNI AL hanya berkutat pada pola peluncuran rudal secara konvensional, yaitu platform rudal terpasang kearah tertentu (heading) yang biasanya ke sisi atau kanan lambung kapal dengan besaran sudut tertentu terhadap cakrawala. (more…)