Soko G-2 Galeb: Dari Jet Latih Tempur Dikenang Sebagai Pesawat Chaser N-250

Pesawat jet yang satu ini sudah lama tak lagi terbang, namun bagi warga Bandung yang lokasinya berdekatan dengan PT Dirgantara Indonesia, boleh jadi mengenal sosok pesawat jet latih (tandem seat) berwarna putih biru ini. Ya, inilah Soko G-2 Galeb dengan kode PK-XGS yang dalam beberapa kali perhelatan dirgantara di Lanud Husein Sastranegara kerap ditampilkan dalam demo statis.

Baca juga: T-33A Bird: Jadi Ikon Komik Hingga Operasi Tempur di Timor Timur

Kilas balik ke masa keemasan era Orde Baru, menyambut HUT RI Ke-50 tahun 1995, PT Dirgantara Indonesia (d/h PT IPTN) meluncurkan pesawat komersial regional tubro propeller N-250, yang pada saat itu sukses terbang perdana pada 10 Agustus 1995. Nah, dibalik kesuksesan peluncuran peluncuran N-250 teryata ada peran dari Soko G-2 Galeb.

Pesawat besutan Soko, Yugoslavia ini berperan sebagai chaser saat uji coba N-250. Persisnya saat N-250 test flight, maka G-2 Galeb akan mengikui atau mengejar N-250 dari segala sisi sesuai dengan scenario pada flight test task card. G-2 Galeb juga berperan sebagai alat uji tidak langsung, seperti menguji manuver ekstrim yang belum bisa atau tidak diperkenankan di N-250. Pada pesawat latih ini terpasang perangkat pitot tube dan angle attack device guna keperluan inflight calibration yang akan dikomparasi dengan N-250.

Penggunaan pesawat sejenis G-2 Galeb memang diperlukan untuk pengujian minor subject, lantaran akan sangat beresiko jika dilakukan menggunakan pesawat prototipe N-250 yang harganya sangat mahal. “Tidak diketahui persis kapan G-2 Galeb hadir sebagai pesawat eksperimental di PT DI, namun diperkirakan pesawat ini tiba di Bandung pada tahun 1993,” ujar Kerry Apriawan, Humas PT DI kepada Indomiliter.com. Meski proyek N-250 pupus, bukan berarti G-2 Galeb lantas tak terbang lagi, Kerry menjelaskan bahwa pesawat ini terakhir terbang pada tahun 2000, yakni saat berperan dalam pengembangan CN-235 untuk AU Korea Selatan (RoKAF).

Dirunut dari sejarahnya, G-2 Galeb memang pesawat latih yang punya kemampuan light ground attack. G-2 pertama kali dirancang pada 1950 oleh Aeronautical Technical Institute di Zarkov. Pengembangan G-2 Galeb didasari keinginan Yugoslavia untuk menggantikan jet latih T-33A Bird buatan Lockheed. Produksi pesawat ini kemudian dimulai pada 1965 dan berakhir pada 1985. 248 unit G-2 Galeb total telah di produksi oleh Soko di kota Mostar.

Selain didedikasikan untuk AU Yogoslavia, G-2 Galeb juga banyak digunakan oleh AU Libya, Zaire, Zambia, Kroasia, Bosnia dan Indonesia. Praktis di Asia Tenggara, populasi G-2 Galeb hanya ada di Indonesia, sekaligus sebagai operator non militer. Ada yang menyebut, G-2 Galeb didapatkan Indonesia lewat program hibah.

Dari spesifikasinya, Soko G-2 Galeb disokong mesin tunggal DMB, yang tak lain adalah lisensi dari Viper ASV.11 Mk 22-6 turbojet besutan Rolls Royce/Bristol Siddeley. Kecepatan maksimum G-2 Galeb adalah 812 km per jam dan kecepatan jelajahnya 730 km per jam. Kapasitas bahan bakar internalnya 780 kg, dan kapasitas bahan bakar eksternal 340 kg. Tentang tangki bahan bakar eksternal terletak pada ujung sayap kiri dan kanan, desain ini mengingatkan pada desain T-33 Bird.

Baca juga: Aero L-29 Delfin – Generasi Pertama Jet Latih Tempur TNI AU

Dengan kapasitas bahan bakar penuh, G-2 Galeb dapat menjelajah sejauh 1.240 km. Punya kemampuan ground attack secara terbatas, pesawat ini dapat dipasangi dua pucuk senapan mesin berat 12,7 mm pada moncongnya. Kemudian pada sayapnya disiapkan empat cantelan (hardpoint) untuk menggotong persenjataan, seperti roket dan bom dengan berat total 300 kg.

Kini, meski tak lagi terbang, Soko G-2 Galeb masih tersimpan di hanggar PT DI. Mengingat perannya dalam sejarah industri dirgantara nasional, kelak pesawat ini ideal untuk dimasukkan sebagai arsenal museum atau dapat dijadikan monumen. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Soko G-2 Galeb
– Crew: 2
– Length: 10,34 meter
– Wingspan: 11,62 meter
– Height: 3,28 meter
– Empty weight: 2.620 kg
– Loaded weight: 3.374 kg
– Max. takeoff weight: 4.300 kg
– Powerplant: 1 × DMB
– Maximum speed: 812 km/h
– Cruise speed: 730 km/h
– Stall speed: 158 km/h
– Range: 1.240 km
– Service ceiling: 12.000 meter
– Rate of climb: 22,8 m/s

5 Comments