Perancis dan Jerman Mulai Jalankan Studi Maritime Airborne Warfare System, Airbus dan Dassault Harap-harap Cemas
|
Pemerintah Jerman dan Perancis diwartakan pada bulan ini juga akan memulai program studi tentang rancangan pesawat intai maritim alias martime patrol aircraft (MPA) next generation. Bagi kedua negara, program yang disebut sebagai Maritime Airborne Warfare System (MAWS) digadang untuk menggantikan pesawat intai maritim yang saat ini digunakan.
Dari AL Jerman, program MAWS kelak akan dipersiapkan sebagai pengganti pesawat intai maritim P-3C Orion, sementara bagi AL Perancis, MAWS dipersiapkan sebagai pengganti pesawat intai maritim Atlantique 2. Dikutip dari navalnews.com (2/11/2020), disebutkan program MAWS telah berjalan sesuai rencana. French defense procurement agency (DGA) telah mengonfirmasi bahwa studi kelayakan untuk sistem misi (mission system) akan segera diluncurkan.
Untuk sementara, program MAWS baru akan melibatkan Thales dari Perancis, Hensoldt, ESG [Elektroniksystem] dan Diehl dari Jerman. Sementara pihak manufaktur pesawat, pada tahap awal belum diikutsertakan, Airbus dan Dassault Aviation tidak akan diintegrasikan dalam studi hingga 2021.
Pada 23 Oktober selama konferensi pers tahunannya, direktur DGA menegaskan bahwa studi kelayakan pertama dari Maritime Airborne Warfare System akan diluncurkan dalam beberapa minggu mendatang. Studi pertama akan fokus pada misi dan sistem pertempuran.
Guna memperlancar studi MAWS, Perancis dan Jerman membetuk entitas baru yang disebut T-HED, dimana T-HED akan mensinergikan kemampuan dan solusi dari Thales, Hensoldt, ESG, dan Diehl, teruma studi untuk elemen peperangan elektronik, radar, sonar, persenjataan, sonobuoy, tautan data, dan sistem komunikasi.
Rencananya pihak manufaktur, seperti Airbus dan Dassault Aviation baru akan dilibatkan pada fase kedua studi. Ada beberapa platform pesawat yang digadang cocok sebagai pengganti Altantique 2 dan P-3 Orion. Seperti Airbus Defence and Space (ADS), pada 2018 pernah merilis desain Airbus A320Neo dalam varian MPA dan ISR (Intelligence Surveillance & Reconnaissance). Niatan tersebut diungkapkan pertama kali oleh Fernando Alonso, head of military aircraft ADS di perhelatan Singapore AirShow 2018.

Namun, program MAWS bukan tanpa ‘ancaman,’ bila pada akhirnya AL Jerman memilih pengganti P-3 Orion adalah Boeing P-8 Poseidon, maka diperkirakan masa depan program MAWS bakal suram. Sedangkan, bila AL Jerman memilih solusi ‘sementara’ berdasarkan pilihan produk Eropa (baik C-295 Persuader atau RAS-72 Sea Eagle), maka program MAWS masih memiliki peluang.
Baca juga: Pakistan Terima Keseluruhan RAS 72 Sea Eagle, Jawara Turboprop ATR-72 di Lautan
Namun hal tersebut juga akan menimbulkan ketidakpastian yang tinggi pada program MAWS, terutama dalam hal tenggat waktu. Pilihan Jerman yang mendukung C-295 juga dapat membahayakan peluang Dassault Aviation dalam program MAWS. (Gilang Perdana)
Nice konsep
N
Bagaimana kabarnya program CN-235 MPA/Gunship kita ya
mungkin kedepannya bukan hanya series yg bisa membawa Gunship,tapi juga bisa membawa radar jindalee dan ICBM.
Dengan memiliki ICBM gelar MACAN ASIA akan kembali di sematkan kepada bangsa yg besar ini.
Bisa kondor pesawatnya
MPA uda jalan bahkan uda digunakan TNI AL klo Gunship belum tau perkembangannya krna perlu uji coba yg banyak
Kalo menyimak pertempuran armenia vs azerbaijan tampaknya konsep “CN-235 gunship” bakal susah dipasaran 🙄
Kehadiran sistem pengintaian sasaran melalui drone, roket berpemandu, dan digital targeting ternyata mampu memberi dukungan tembakan dg akurasi tinggi….bahkan loitering munition sanggup mengimbangi enduran kehadiran gunship di udara dg resiko yg jauh-jauh lebih kecil ☝️
Dan biaya operasionalnya pun tidak murah utk ukuran negara selain USA….buktinya jordania aja nyerah mengoperasikan gunship 😣
CN235 Gunship sepertinya cocok untuk TNI AD sebagai alternatif Helikopter gunship.
Sakjan-jannya aku lebih tertarik kalo PT DI fokus ke pengembangan CN-235 MPA…..tapi konsepnya lebih revolusioner ketimbang desain CN-235 Meltem I 🤔
Turki rupanya kurang puas dg platform CN-235 utk operasi ASW krn keterbatasan kabin (bodi yg kurang panjang utk penempatan berbagai peralatan penunjang operasi ASW dan ketiadaan ruang akomodasi awak krn durasi operasi yg lama) 🙄
CN-235 Meltem I hanya memuat 7 sonobuoy yg hanya bisa dipakai utk sekali drop saja 😫
Ultra electronik memberi solusi yg menarik utk masalah diatas dg menghadirkan konsep pod peluncur sonobuoy yg masing2 pod bisa dimuati 20 sonobuoy 👉 2×20 = 40 sonobuoy 😱
Dengan penempatan pod peluncur sonobuoy secara eksternal maka kabin pesawat bisa dioptimalkan utk menambah jumlah workstation smp 4 workstation dan masih tersedia ruang yg memadai utk penempatan peralatan pendukung spt rak-rak elektronik dan galley utk pantry dan toilet 👏👏👏
https://youtu.be/bltGGJJBOE0
Sementara utk penempatan dudukan torpedo mau tak mau harus mengadopsi model dudukan wingstub (apa stubwing ya 🙆) ala cn-235 gunship…..karena ketiadaan lokasi disayap
Konsep Poseidon akhirnya dipake Airbus. MPA, MSA, ASW, Maritime Strike & Maritime ISR dalam satu sistem
Kenapa Indonesia gak Bikin Regio 80 atau N245 varian MPA. Sapa tau bisa laris di pasaran. Kan ada yg koar-koar mandiri di Alutsista biar gak ditekan penjajah kan.
Lha wong platformnya aja belum ada……kayak jomblo pilih-pilih nama buat calon anaknya kelak 😹😹😹
Regio 80 dan N245 wujud fisiknya sudah ada belum
kayaknya cn235 gunship masih cukup ideal untuk indonesia berkaca pada keberhasilan Ov10 di operasi anti gerilya di timtim dulu. kemungkinan juga bisa digunakan untuk perang medan tertutup seperti hutan kalimantan. daya pukulnya nya itu loh yang mengesankan pada ketinggian yang tinggi dengan akurasi yang baik
drone2 perang sepeti pakagan azeribaijan vs armenia itu juga bagus untuk medan padang terbuka seperti itu.