Multimission Portal, Menjadikan Kapal Selam A26 Class Handal Untuk Misi Infiltrasi
Canggih dan futurisktik jelas, namun baik kapal selam Type 218SG (Jerman), Scorpene Class 1000 (Perancis) dan A26 Class (Swedia) disatukan dalam kesamaan, yakni sampai saat ini sama-sama belum ada yang diluncurkan. Meski begiu, ketiga manufaktur pembuatnya telah merilis spesifikasi dan keunggulan sensor serta sistem senjatanya. Lantas, siapakah yang paling handal diantara ketiganya? Pastinya masing-masing galangan juga punya argumen tersendiri.
Baca juga: Dengan Type 218SG, Kekuatan Siluman Bawah Air Singapura Kian Sempurna
Tapi secara khusus, A26 Class dari Saab Kockums punya keunikan, soal keunggulan desain yang modular, sistem senjata dual torpedo tube, VLS launcher, tenaga penggerak, teknologi Air Independent Propulsion (AIP) Stirling, dan teknologi stealth terbaru GHOST (Genuine HOlistic STealth), sudah pernah dibahas di berbagai media, namun lain dari itu ada yang membuat A26 Class punya keunggulan komparatif dibanding kompetitornya, tak lain A26 Class sedari awal sudah dirancang sebagai kapal selam yang mampu mendukung tugas atau misi infiltrasi pasukan khusus.
Bila di Indonesiakan, peran pasukan khusus yang biasa menggunakan ‘jasa’ kapal selam adalah Kopaska (Komando Pasukan Katak). Jika pada kapal selam eksisting, untuk kegiatan keluar masuk kapal pada operasi dibawah permukaan dilakukan lewat area conning tower dan tabung torpedo. Tentu kondisi yang sangat terbatas, mengingat kompartemen kedua area tersebut sangat kecil dan sempit untuk mobilitas pasukan katak beserta perlengkapan selamnya.
Baca juga: Tahun 2025, BPPT Targetkan Rilis Prototipe Kapal Selam Berawak dengan Teknologi AIP
Menyadari peran plus kapal selam sebagai wahana penyusupan pasukan elite, Saab Kockums sedari awal telah merancang A26 Class dengan teknologi Multimission Portal. Ini merupakan kompartemen yang dirancang untuk mendukung operasi pasukan khusus, ditempatkan berupa portal (ruang) dengan ukuran yang relatif memadai untuk merilis pasukan katak dan perlengkapannya. Bukan hanya untuk keluar masuk pasukan, Multimission Portal dapat digunakan untuk misi keluar masuk kendaraan bawah air seperti ROV (Remotely Operated Vehicles) dan UUV (Unmanned underwater vehicles) sampai skuter tempur bawah air.
Baca juga: Seabob Black Shadow 730 – Skuter Tempur Bawah Air Kopaska TNI AL
Uniknya lagi, Multimission Portal ditempatkan di bagian depan haluan kapal selam, posisinya sejajar dengan tabung torpedo. Lebih tepatnya Multimission Portal berada diantara dua tabung torpedo 533 mm. “Multimission Portal punya panjang 6 meter dengan diameter 1,5 meter. Secara teknis portal ini dapat dimuati delapan pasukan khusus siap tempur beserta perlengkapannya,” ujar Roger Berg, Head of Technology Management Saab Kockums saat menjadi pembicara dalam workshop “Achieving Defence Superiority Through Underwater Defence Technology” di Jakarta (29/8/2017).
Mendukung Multimission Portal, A26 Class juga dapat melakukan manuver melayang atau ‘berbaring’ di dasar laut, sehingga pergerakan operasi bawah laut dari Multimission Portal dapat berlangsung secara aman. Selain misi untuk merilis pasukan khusus beserta wahana bawah air, lewat Multimission Portal juga dapat dilakukan peran penyebaran ranjau dasar laut, sampai evakuasi darurat bawah air.
Baca juga: Pertanda Kapal Selam Baru TNI AL Bakal Dipasok Turki Kian Menguat
“Kuncinya adalah desain yang fleksibel, Multimission Portal dapat dipersiapkan untuk mendukung beragam muatan dalam berbagai ukuran yang tidak konvensional, seperti berbagai jenis drone bawah air, perangkat sensor dan peralatan lainnya yang saat ini belum ditentukan,” papar Roger Berg. Sebagai ruangan yang menghubungkan antara bagian dalam dan luar kapal, Multimission Portal sudah dilengkapi dengan sistem tekanan dan dekompresi, monitoring dan komunikasi.
Dua unit A26 Class kini telah dipesan oleh AL Swedia, dan sesuai rencana kapal selam stealth ini akan diluncurkan pada tahun 2022. (Haryo Adjie)
Oh nggak apa2 sih kalau mau diakuisi
Cocok untuk Indonesia . . ?
Seandainya di akuisisi oleh TNI AL.. Kita bisa mengimbangi Kasel Singapur U218sg dan Shortfin Australia.. Minimal beli 5 deh.. Harganya disitu 400juta$ x 5 jadi 2milyar$
Hanya berandai yah.. Disamping kita perbanyak Nagapasa Class
Karena ada kerjasama antara BPPT bersama SAAB untuk pembangunan ks mini, maka dimasa depan kemungkinan masih ada harapan bagi TNI-AL untuk mengakuisisi ks A-26 ini…
Teman bermain Nagapasa yang baik nih
Bagus jg nih kapal selam,wajib dipikirkan sama petinggi TNI
sulit banget saya bisa katakan pluang saab. pola sales mereka slalu menggandeng balitbang & bppt dlm jualan alutsista. jarang banget mereka brgerilya sprt vendor alutsista lainnya. kl pola tsb ini trus dpake cocoknya saab kedarat saja krn dri smua matra cuma tni ad yg balitbangnx bener & ikut broeran menntukan keputusan dlm pembelian alutsista. balitbang tni al walaupun kinerjanya bagus tdk punya peranan ikut mmberikan saran dlm pembelian alutsita. balitbang tni au kinerjanya tdk jelas bak mati suri
biarpun saab mati2an menawarkan kasel a26 maupun jaringan sonar bawa laut ala sosus tetap saja nama2 lain sprt u214, dcns & bae punya pluang lbh besar dbandingkan saab.
realita itu jg diketahui oleh prusahaan t4 ane bkerja. walaupun mrupakan anak usaha dari saab group dewan direksi di swedia sono memutuskan memilih join dgn airbus utk program national datalink krn pluang menangnx lbh gede drpd ikut saab. dari pengalaman gerilya presentasi jualan lygarion di bbrp lanud trlihat bhanget tnji au tdk trtarik gripen & erieye/globaleye krn cara jualan mereka yg salah
yakin deh kalo postingan ane mampir ke blog gtripen indonesia bakalan heboh!!
Bakalan di bilangin sales sukhoi gasak yang pasti…wkwkwk
“gerilya” dan “cara jualan yg salah” apa itu ada hubungannya dengan “upeti” bung ayam jago..?
ane bukan fanboy sukhoi tp fansboy alutsista israel. realitanya ane jg agen norinco & airbus. permasalahannx para sales saab jarang banget brmain ke level menengah & bawah mengedukasi kelebihan yg dimiliki alutsita saab. mereka jg jarang banget penetrasi ke mabes tni ataupun ke kemenhan. frekuensi mereka presentasi & promosi sejatinya tdk segencar vendor alutsista lain. saab terlihat rajin presentasi ke tni krn paling sering menggundang media. sales saab jarang melakukan pendekatan scara personal tp intensif trutama utk tni al & tni au. mereka begitu prcaya cukup dgn balitbang
Sebenernya pemikiran saab sudah benar….namun belum tepat saat ini….jika nanti marwah pengadaan alutsista dikembalikan ke jalurnya, maka saab sdh punya pijakan kuat….., hueheh maaf saya bukan fanboy dan sales….
Gampangannya SAAB tidak mengikuti “tradisi” Indonesia dalam bertender / proyek.
Hebat. AIP, VlS,ghost,kemampuan merilis pasukan dan keseriusan SAAB dlm TOT. Sangat pantas untuk dipilih TNI AL. Ketimbang kilo yg tanpa TOT yg ujung2nya cmak mewariskan besi tua kpd anak cucu kita. Atau type 214 yg sgt mahal TOTnya. Semoga Dephan bisa memilih dgn cerdas dan bukan hanya sekedar membeli dan mewariskan seonggok besi tua kpd generasi masa depan.
apakah akan mengulang hal yg terjadi pd gripen dmana paket tot yg ditawarkan awalnya begitu hebat tp kini malah makin busuk jk dibandingkan dgn viper
Emangnya Viper nawarin paket TOT apa ya bung Ayam ?
Paket tot yg ditawarkan awalnya begitu hebat tp kini malah makin busuk jk dibandingkan dgn viper,,
Maksudnya penawaran saab ini makin busuk yg bagaimana bung ayam jago ?
@ayam jago…
sudahlah cucuku, g perlu disesali..
sudah menjadi suratan intelijen marketing kita kurang jeli melakukan inovasi loby thdp kemenhan…
sabarlah cu… badai pasti berlalu..
cup… cup… cup…
pd awalnya 2012-2015 saab koar2 beli gripen dpt tot offset 25% + perakitan + datalink dtambah bonus erieye. tp begitu berjalannya waktu tni meluncurkan program national datalink & pesawat intai strategis, dtambah realita bkw kapasitas produksi iptn yg kecil saab malah mnawarkan offset 35% + perakitan utk satu ska (2 ska lainnx dirakit di swedia) bonus tenda. tot yg sama ditawarkan typhoon tp airbus brani menawarkan separuh dari total unit yg akan dibeli tntunya tanpa bonus tenda.
prmaslahannx tni au lbh ngiler tawaran yg diajukan viper dmn lockheed martin menawarkan offset 60% (35% utk suku cadang viper + 25% suku cadang produk lockheed martin lainnx) + lisensi smart bomb (gbu-32 + jdam)
kalo tnder ini fair tanpa kecurangan jelas kans terbesar ada ditangan viper. yg bisa menghentikan viper cuma “kicback”. kalo soal ini airbus lbh jago drpd saab
Banyak juga offsetnya..dan lisensi smart bomb…tapi pembuatan nya di AS semua ya ini…diindia mesti lebih banyak ini bonusnya..
kurang jekas bung ayam jago keteragannya…hehehehe
Nah….hahahahahha..
U214/U218, Scorpene 1000 & A26 semuanya hanyalah keinginan. Kenyataannya hanya U209/CBG dan rencana pengadaan KS”an (midget). Alasan untuk kemandirian membuat KS sendiri. Pertanyaan nya memang mau berapa banyak yg dibuat ? Kalau hanya 7 unit spy jadi genap 12 unit, apakah layak & optimal ?
scorpene 1000 kurang tepat dibndingkan dgn A26 & u218,..krn bobotnya dibawah 1000 ton,..saya mnduga, scorpene 1000 punya pluang lbh besar di sini jika disbanding 2 lainnya, krn TNI butuh kasel2 di laut dangkal dgn harga tdl trlalu wah, namun canggih. kecuali jika nnti pemerintah punya anggaran berlebih, bkn tdk mungkin a26 akan dibeli jg.
@kalisari boy
Saab saat ini sdh meluncurkan 3 varian kasel A-26 : pelagic (kelas 1000 ton), Oceanic ( max 2000 ton, versi origin utk swedia) dan Oceanic ER (diatas 2000 ton utk versi ekspor).
Jadi dikelas 1000 ton setidaknya ada 3 desain kandidat yang backgroundnya cukup moncer yaitu : U-210 mod (tanpa aip), scorpene 1000 (aip opsional) dan a-26 pelagic (aip opsional)
Kalau memang kebutuhan sesuai dengan speksifikasi di atas menurut tidak salah kalau kita memesan A26 ini apalagi TNI dalam setiap gerakannya sangat mengandalkan tim khusus ini. Bila masalah anggaran bisa disesuaikan karena pembayarannya kan bukan cash dan kalau beruntung bisa dinego juga secara barter dengan hasil bumi kita. Yang pasti TOT itu harus krn itu amanat UU.
scorpene 100 itu proyek lain krn ada memang ada program pengadaan 2 midget. utk pesaing u214 dcns sdh menawarkan scorpene 200