Manfaatkan CAATSA, Ukraina Tawarkan Rudal Udara ke Udara Artem R-27

Meski membuat pukulan pada industri pertahanan Rusia, di sisi lain, sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang diterapkan Amerika Serikat justru membawa berkah dan kesempatan bisnis bagi Ukraina. Sebagai negara yang dahulu tergabung dalam Uni Soviet, Ukraina mempunyai basis sistem dan standar senjata yang relatif sama dengan Rusia. Bahkan, beberapa pasokan penting alutsista Uni Soviet berada di tangan Ukraina, sebut saja seperti mesin kapal.

Baca juga: Frigat Admiral Gorshkov Class, ‘Kesaktiannya’ Terganjal Persoalan Mesin

Ambil contoh kasus proyek frigat Admiral Gorshkov Class untuk AL Rusia, yang pembangunannya sempat terhambat akibat pecah kongsi antara Rusia dan Ukraina, pasalnya pabrik mesin kapal perang tersebut berada di Ukraina. Meski kemudian Rusia dapat menciptakan mesin kapal sendiri lewat jasa Russian NPO Saturn, menjadikan proyek Admiral Gorshkov Class molor cukup lama.

Punya basis produksi alutsista yang telah dibangun cukup kuat sejak era Perang Dingin, kini Ukraina mencoba mengambil peruntungan dari CAATSA, sasarannya kepada negara-negara pengguna alat perang dengan standard Rusia. Seperti di Indo Defence 2018, UkrOboronProm, badan ekspor dan industri pertahanan Ukraina, tengah menyiapkan paket kerjasama kepada industry pertahanan Indonesia.

Dari salah satu booth diperlihatkan sosok full mockup rudal udara ke udara jarak menengah – jauh, R-27. Bagi pemerhati alutsista nasional, rudal R-27 sudah diketahui telah digunakan TNI AU sebagai kelengkapan andalan untuk armada Sukhoi S-27/Su-30MK2 Skadron Udara 11. Rudal dengan enam varian ini punya maksimum jarak tembak mulai dari 50 – 110 km, tergantung sistem pemandu yang digunakan.

Selama ini, rudal R-27 yang digunakan TNI AU berasal dari Vympel NPO, biro perancangan dan industri persenjataan Rusia. Sebaliknya R-27 yang di pamerkan dalam Indo Defence 2018, adalah produksi Artem, Ukraina. Di masa Uni Soviet berjaya, produksi R-27 memang dipasrahkan kepada Vympel dan Artem, maklum R-27 tergolong rudal handal yang laris bagi negara-negara pengguna MiG dan Sukhoi. Bahkan R-27 bisa disebut rudal udara ke udara yang battle proven.

Belum jelas apa yang ditawarkan UkrOboronProm untuk R-27 kepada Indonesia, mengingat sampai saat ini belum terdengar kabar rudal ini diuji tembak oleh penerbang Sukhoi TNI AU. Produksi dan pengembangan bersama untuk ToT bisa menjadi opsi yang paling mungkin ditawarkan untuk Indonesia.

Baca juga: Vympel R-27 – Rudal Udara ke Udara Andalan Sukhoi TNI AU

Secara umum, R-27 yang diproduksi Artem terdiri dari pilihan pemandu semi active radar seeker with command updates, infra red seeker dan passive guidance on radar and jammer. Bila diperdalam lagi, ada 6 tipe yang ditawarkan, mulai dari R-27ER1 dan R-27R1 (berpemandu radar semi aktif), R-27ET1 dan R-27T1 (berpemandu infra red), serta R-27EP1 dan R-27P1 (berpemandu radar pasif).

Panjang keenam tipe R-27 berbeda-beda, yang paling panjang adalah R-27ER1 (4,8 meter) dan paling pendek R-27T1 (3,8 meter). Begitu juga dengan bobotnya berlainan tiap tipe, yang paling berat adalah R-27ER1 (350 kg) dan paling ringan R-27T1 (245 kg). Jarak tembak maksimum terjauh adalah R-27EP1 (110 km) dan sebaliknya yang terpendek R-27T1 (50 km). Meski ada perbedaan dalam hal dimensi dan performa, namun semua tipe R-27 punya bobot hulu ledak yang sama (39 kg) dan dirancang untuk mengadapi sasaran udara yang bermanuver maksimum 8G. (Gilang Perdana)

12 Comments