Kemenkeu Setujui Pencarian Pinjaman Asing untuk Pengadaan Drone Tempur, Pertanda untuk Bayraktar TB2?

Lantaran keterbatasan kas negara, maka program pengadaan alutsista umumnya didatangkan melalui dana pinjaman asing. Tentu tak sembarang pinjam dana, melainkan harus terlebih dahulu dianalisa dan mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), maklum pinjaman dana asing sama artinya dengan menambah beban hutang negara.
Dan terkait alutsista yang didanai dari pinjaman asing, salah satunya adalah program pengadaan drone tempur – UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicles) untuk ketiga matra TNI. Dikutip dari Janes.com (9/2/2023), disebutkan Kemenkeu telah menyetujui permintaan dari TNI untuk pengadaan drone tempur dengan pinjaman luar negeri, dan saat ini sedang mengevaluasi pemberi pinjaman yang cocok untuk program pengadaan ini.
Pengadaan UCAV adalah bagian dari daftar 16 program pengadaan alutsista yang sudah mendapatkan izin untuk mengambil pinjaman luar negeri. Hal tersebut telah disahkan oleh Kementerian Keuangan, asalkan kontrak formal ditandatangani oleh Kementerian Pertahanan sebelum 31 Desember 2023.

Persetujuan untuk pengadaan drone tempur telah diberikan secara terpisah untuk masing-masing dari tiga matra dan termasuk penyediaan amunisi yang akan melengkapi drone tempur tersebut.
Untuk TNI AU, Kemenkeu telah mengizinkan jumlah pinjaman luar negeri hingga US$200 juta untuk pengadaan UCAV dan plafon US$38,11 juta untuk pengadaan amunisi yang dipasang pada UCAV tersebut.

Masih dari sumber yang sama, tidak disebutkan secara spesifik jenis drone tempur yang akan diakuisisi oleh Indonesia. Namun, ada klu yang menarik, bahwa untuk amunisi, dokumen secara khusus menyebutkan bahwa TNI AU harus mendapatkan rudal pintar ringan MAM-L (Mini Akilli Muhimmat-Lazer) Micro Smart Munition.
Untuk TNI-AL, Kemenkeu mengizinkan pinjaman luar negeri hingga US$100 juta telah diberikan. Angkatan Darat juga telah diberi izin untuk mengambil dana hingga US$10,89 juta untuk memperoleh amunisi yang dipasang UCAV, dan seperti TNI-AU, amunisi yang digunakan adalah rudal MAM-L.

Dengan syarat amunisi berupa rudal MAM-L, maka kuat dugaan drone tempur yang dimaksud dalam program ini adalah Bayraktar TB2, produksi Baykar Makina. Pasalnya, MAM-L adalah senjata andalan pada Bayraktar TB2. Pada Juli 2022, Bayraktar TB2 milik Ukraina berhasil menyerang dua unit Raptor Patrol Craft dengan menggunakan MAM-L.
Rudal MAM-L diproduksi Roketsan dan dikembangkan untuk kendaraan udara tak berawak (UAV), pesawat serang ringan dan misi udara-darat untuk platform udara berkapasitas muatan rendah. MAM-L dapat menyerang target diam dan target bergerak dengan presisi tinggi.
Baca juga: [Video] Drone Bayraktar TB2 Ukraina Serang Dua Unit Raptor Patrol Craft
Dari spesifikasi, MAM-L dengan pemandu semi-active laser dapat menjangkau sasaran sejauh 8 km, atau 15 km dengan dukungan Inertial Navigation System/Global Positioning System. MAM-L dilengkapi pilihan hulu ledak tandem effective against reactive armor, high-explosive blast fragmentation dan thermobaric. MAM-L punya berat 22 kg, panjang 1 meter dan diameter 160 mm. Fusi peledakan MAM-L mengandalkan kombinasi impact dan proximity. (Gilang Perdana)

 
													 
													 
													 
													
“Dengan syarat amunisi berupa rudal MAM-L, maka kuat dugaan drone tempur yang dimaksud dalam program ini adalah Bayraktar TB2, produksi Baykar Makina.” Wah 3 matra TNI borong drone tempur tersebut, jika benar demikian maka syarat ToT pasti bisa diperoleh sesuai amanat UU Inhan.
coba kalau airframe drone dari bambu dan body nya dari plastik kresek pasti tak akan kedeteksi sama musuh…waktu ku kecil sering buat
setuju.. beli besar2 drone nti bisa diproduksi. itu akan penghematan biaya besar2 daripada kalau membuat uav lokal akan memakan biaya puluhan trilyun tidak akan kelar karena banyak kebijakan negara2 nato/US mempersulitkan pasokan peralatan untuk kepentingan drone militer. tidak dijual ke indonesia utk dijadikan penyatuan teknologi di drone..
@anti virus
Siapa yg bilang harus TKDN 100%…..gak ada, itu pendaparmu ☝️
Lha kalo komponen dasar pembuat airframe saja masih pesan dari luar negri dalam wujud kit, trus dimana keunggulan kompetitifnya….apalagi jika berniat memasuki pasar ekspor
@Rabies
Mental netizen +62 yang chauvinistik narsistik overproud padahal tidak tahu kenyataan bahwa PT. DI yang paling miris kondisinya diantara Bumnis Indhan
@Rabies
kalau semua nunggu TKDN 100%, lalu kapan mulai bisa maju kita ???
semua itu harus secara bertahap, semua negara pasti juga melakukannya
china,turkiye,swedia dll dulu juga begitu, tidak sim salabim jadi mandiri
ibarat bayi, harus merangkak dulu
apalagi belinya ketengan, bisa bangkrut negara kalau semua wajib mandiri
Beli lah tak apa walau sekarang dah jarang digunakan di palagan Ukraina Rusia karena banyak yg sudah bisa dihancurkan sama Pantshir atau Thor Rusia, sama seperti Terminator Rusia walau sudah banyak hancurkan persenjataan dan personil Ukraina tetapi ada juga yg berhasil dihancurkan oleh Ukraina, tak ada senjata yg paling hebat. Yang benar adalah jika kita mampu buat aneka macam ragam senjata tinggal nunggu kesempatan dan waktu yg pas utk eliminir senjata musuh, jadi beli dan tetap minta TOT penting ada niatan utk produksi sendiri sungguhan yg artinya harus siap juga utk buat macam2 partnya yg ternyata ada banyak fasilitas yg harus dipersiapkan dibangun. Makin banyak miliki senjata makin capek musuh ladeni kita yg pada akhirnya sampai titik terakhir siapa yg masih punya senjata dan amunisi dialah pemenangnya.
@zulheri
Semisal dikasih TOT, memproduksi airframenya, dikasi cetak birunya…..tapi didalam negri belum ada yg memproduksi material komposit utk membuat struktur airframe, trus PT di cuma kebagian merakit kit-kit airframe yg disuplai dari Turki
Kemarin waktu Brin mengevaluasi proyek ucav EH…..waaaah yg ngamuk luar biasa, tapi mereka ga tau kalo nyaris semua bagiannya masih impor, baik kit airframe, payload maupun mission systemnya
Kenapa cuma beli puluhan ya? Kita itu butuhnya ratusan unit untuk melindungi perbatasan dan yang terutama garis pantai kita yang luar biasa panjangnya yaitu 108 ribu kilometer.
Kenapa sangat perlu melindungi garis pantai?
Karena pantai perlu dilindungi dari serbuan kendaraan amfibi.
Setidaknya kita butuhnya 200 unit minimal, lebih bagus 600 – 700 unit drone sekelas bayraktar.
ga yg namanya TOT u beli lisense baru kita kasih teknologinya..
enak aja beli produk ngeteng pula minta teknologi…
memang ngga bisa dipungkiri kalau dana tni terbatas, tapi penyebab atas hal itu kemungkinannya adalah sistem “gado-gado” tni yang kalau saya perhatikan ada beberapa senjata yang bisa dibilang spek mirip tapi masuk, dan karena adanya sistem “gado-gado” ini yang banyak sista yang hanya dibeli dalam jumlah kecil, sehingga pendanaan untuk perawatan jadi membengkak dan dana untuk lainnya mengecil
contoh “gado-gado” tni yang speknya mirip
– oerlikon GDF x type 90 giant bow
– beberapa meriam tni
– hk-416 x produk ferfrans, (saya lupa produk yang mana, tapi saya ingat pernah nemu fotonya), daewoo k7
.dll
ToT mana ToT ?