Jaga “Northern Limit Line” Korea Selatan Luncurkan Kapal Patroli Chamsuri Class Batch II, Dilengkapi Roket 130mm

Tak ingin insiden brutal “Northern Limit Line” di tahun 2002 terulang, yaitu saat kapal patroli Angkatan Laut Korea Selatan PKM-357 terlibat kontak senjata dengan kapal patroli Angkatan Laut Korea Utara di Laut Kuning, maka Angkatan Laut Korea Selatan (ROKN) kini menghadirkan kapal patroli Chamsuri class dengan persenjataan yang jauh lebih canggih dan mematikan, yang dikenal sebagai Chamsuri class Batch II.
Angkatan Laut Korea Selatan dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengadakan upacara peluncuran bersama untuk empat kapal patroli berkecepatan tinggi Chamsuri class Batch II (juga dikenal sebagai PKM-B atau Patrol Killer Medium – B) yang berbobot 230 ton pada tanggal 8 Desember di galangan kapal HJ Shipbuilding & Construction di Yeongdo, Busan.
Kapal-kapal tersebut adalah Chamsuri-231, 232, 233, dan 235 — dimaksudkan untuk memperkuat pertahanan pantai dan kemampuan respons cepat.
Kapal-kapal tersebut dirancang dan dibangun di dalam negeri berdasarkan kontrak konstruksi yang ditandatangani pada Desember 2022 sebagai bagian dari program PKX-B (PKMR) Batch II. Pemotongan baja dilakukan pada tahun 2024, diikuti dengan peletakan lunas pada Januari 2025. Setelah uji coba laut, pengiriman dijadwalkan antara Agustus dan November 2026, dengan penempatan operasional setelahnya.

Chamsuri Batch II yang berbobot 230 ton, dirancang untuk menggantikan kapal patroli Chamsuri class 150 ton yang sudah tua. Kapal-kapal ini dilengkapi dengan sistem roket berpemandu 130 milimeter, meriam 76 milimeter, radar pencarian permukaan, dan sistem pelacakan elektro-optik. Desainnya menggabungkan sistem tempur terintegrasi dan fungsi peperangan elektronik dan anti-jamming yang ditingkatkan, memungkinkan kontrol pusat senjata utama dan stasiun senjata kendali jarak jauh 12,7 milimeter.
Chamsuri Batch II menampilkan desain yang lebih ramping dan modern dibandingkan pendahulunya, dengan fokus pada sea-keeping (kemampuan menghadapi laut yang kasar) dan pengurangan jejak radar (radar cross-section) meskipun bukan merupakan kapal siluman penuh.

Kapal ini memiliki panjang sekitar 45 hingga 47 meter dan lebar sekitar 7 meter. Ukuran ini memungkinkannya bermanuver di perairan dangkal yang menjadi ciri khas garis pantai Semenanjung Korea. Kapal ini dirancang untuk dioperasikan oleh awak kapal yang relatif kecil, yaitu sekitar 30 hingga 40 orang.
Sistem propulsi pada Chamsuri Batch II ditingkatkan secara substansial. Kapal ini umumnya ditenagai oleh mesin diesel ganda yang dikombinasikan dengan sistem waterjet atau baling-baling konvensional.

Sistem ini memberikan kapal kemampuan untuk mencapai kecepatan maksimum yang tinggi, seringkali melebihi 35 knot (65 km/jam). Kecepatan ini sangat penting untuk misi mencegat kapal-kapal penyusup atau merespons dengan cepat di perbatasan yang bergejolak. Kapal ini memiliki jarak jangkau operasional (range) sekitar 1.500 hingga 2.000 mil laut pada kecepatan jelajah yang ekonomis, memungkinkan patroli berkepanjangan tanpa pengisian bahan bakar.
Setelah dioperasikan, kapal-kapal tersebut akan beroperasi di daerah pesisir depan, termasuk perairan di dekat Garis Batas Utara (Northern Limit Line), melakukan pengawasan dan mencegat upaya infiltrasi oleh kapal-kapal kecil. Para pejabat menggambarkan kapal-kapal tersebut sebagai bagian dari upaya untuk memodernisasi pertahanan pantai berlapis. (Bayu Pamungkas)



adopsi roket untuk kapal patroli ini bisa ditiru sih sama TNI AL atau KPLP (atau badan lain yang “boleh” pake alat semacam ini), karena pabrik roketnya ada dan biaya roket jelas lebih murah dibandingkan rudal murni, jadi ya bisa nambah daya gempur daripada hanya sebatas pakai senjata kelas ringan