FCAS Krisis! CEO Dassault: “Perancis Sanggup Kembangkan Jet Tempur Generasi Ke-6 Tanpa Jerman”
|
Kelanjutan proyek jet tempur generasi keenam tiga negara Eropa, FCAS (Future Combat Air System) kini berada di ujung tanduk, khususnya setelah CEO Dassault Aviation, Eric Trappier, memberikan komentar pedas dalam sebuah acara peresmian fasilitas produksi baru di Cergy-Pontoise, barat laut Perancis, pada 23 September 2025.
Sepert dikutip Reuters.com (24/9/2025), Eric Trappier mengeluarkan pernyataan yang sangat tegas, menunjukkan bahwa pihaknya memiliki kapabilitas untuk mengembangkan jet tempur generasi berikutnya (Next Generation Fighter/NGF), yang merupakan bagian dari proyek FCAS (Future Combat Air System), meskipun tanpa partisipasi Jerman.
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara industri Perancis (yang dipimpin Dassault) dan industri Jerman/Spanyol (yang diwakili oleh Airbus) mengenai pembagian kerja dan kepemimpinan proyek.
Ketika ditanya apakah Dassault dapat membangun jet tempur generasi keenam sendirian, Trappier menjawab, “Jawabannya adalah ya.” Ia bahkan secara terbuka menantang Jerman, mengatakan, “Saya tidak peduli jika Jerman mengeluh. Jika mereka ingin melakukannya sendiri, biarkan mereka melakukannya sendiri.”
Trappier menekankan bahwa Dassault Aviation memiliki semua keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut “dari A sampai Z”, merujuk pada sejarah panjang Dassault dalam mengembangkan jet tempur Perancis secara independen (seperti Mirage dan Rafale).
Pernyataan ini mencerminkan krisis dalam proyek kerjasama militer Future Combat Air System (FCAS) senilai €100 miliar yang melibatkan Perancis, Jerman, dan Spanyol. Perselisihan berpusat pada siapa yang harus memimpin pengembangan inti jet tempur berawak (Next Generation Fighter atau NGF) dan bagaimana membagi pekerjaan.
Masa Depan Proyek FCAS Terancam, Dassault dan Airbus Defence Berbeda Pandangan Soal ‘Porsi Kerja’
Dassault ingin memiliki kepemimpinan yang jelas, sementara Airbus yang mewakili kepentingan Jerman dan Spanyol mendorong struktur pemerintahan yang lebih seimbang, yang dikhawatirkan Dassault akan menyebabkan penundaan dan inefisiensi.
Ketegangan ini membangkitkan memori tahun 1980-an, ketika perselisihan serupa menyebabkan Perancis meninggalkan program jet tempur Eropa dan mengembangkan Rafale sendiri, sementara Jerman, Inggris, Italia, dan Spanyol mengembangkan Eurofighter Typhoon.
Respon Jerman
Terdapat indikasi bahwa Jerman sedang mempertimbangkan keluar dari proyek FCAS dan mencari alternatif lain, meskipun fokus utamanya saat ini adalah bergabung dengan program lain, bukan mengembangkan jet tempur sendirian.
Laporan media menunjukkan bahwa Kementerian Pertahanan Jerman telah mempertimbangkan untuk bergabung dengan GCAP (Global Combat Air Program), yang dipimpin oleh Inggris, Italia, dan Jepang. Ini dipandang sebagai alternatif utama jika kebuntuan dengan Perancis tidak dapat diatasi.
Lain dari itu, Pemerintah Jerman dikabarkan telah mengadakan diskusi dengan Airbus, mitra industri Jerman dalam FCAS, mengenai rencana alternatif, termasuk kemungkinan bekerjasama lebih dekat dengan Swedia atau Inggris, atau melanjutkan proyek hanya bersama Spanyol.
Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, telah berulang kali menekankan bahwa keputusan penting mengenai kelanjutan FCAS harus diambil pada akhir tahun ini, menunjukkan bahwa kesabaran Jerman sudah menipis.
Meskipun Dassault menyatakan Perancis bisa maju sendiri, Jerman cenderung tidak akan mengembangkan jet tempur generasi keenam sendirian karena tantangan teknologi dan biaya, ditambah Industri pertahanan Jerman (Airbus) kurang memiliki rekam jejak baru dalam pengembangan pesawat tempur berawak secara independen dibandingkan Dassault (Perancis) atau BAE Systems (Inggris). (Gilang Perdana)
Mending Dassault keluar saja dari program ini. Ngajak-ngajak Jerman bakal runyam jika nanti Jerman punya hak veto kalau pesawat ini mau dijual ke pihak di luar konsorsium. Ingat Eurofighter ngak laku dijual ke berbagai negara peminat dan malah beli Rafale karena Jerman cerewet soal HAM.
Setelah konflik internal Global Combat Air Program (GCAP) antara UK dan Italia, kini menjalar ke Future Combat Air System (FCAS) antara Prancis dan Jerman. Apabila sampai bubar jalan bagaimana konsekuensi hukumnya, apakah diselesaikan ke meja Arbitrase jika mediasi deadlock atau gagal?
Ini peluang bagi orang kita untuk memboroskan anggaran untuk sesuatu yang nggak tau selesainya kapan dan juga untuk dikerjai bangsa lain lagi. Dikerjain Sokor udah trus sekarang minta dikerjain Turki, nanti sesudah itu nggak kapok mau dikerjain Europe.
Kata peribahasa begini “Keledai pun tidak akan terantuk batu yang sama.”
Sayang sekali ya kita ini bukan keledai. Kita ini sejenis makhluk yang mengaku sebagai manusia tapi kok kalah sama keledai.