ARA San Juan S-42: Nahas di Atlantik Selatan, Inilah Kapal Selam Diesel Listrik Tercepat
Kabar duka tengah menyelimuti dunia Monster Bawah Laut, sejak hilang kontak pada 15 November 2017, otoritas pertahanan Argentina resmi menyatakan status lost pada ARA San Juan S-42 pada 23 November lalu setelah terdengar ledakan keras di lokasi hilangnya kapal selam tersebut yang tak jauh dari Kepulauan Malvinas. Pernyataan tersebut muncul setelah ARA San Juan S-42 selama satu minggu lebih hilang kontak dengan markasnya di Mar del Plata.
Pencarian besar-besaran yang melibatkan banyak negara sebelumnya telah dilakukan untuk ARA San Juan yang membawa 44 awak. Belum jelas benar mengapa terjadi ledakan, bisa jadi karena tekanan yang menghancurkan struktur kapal karena melewati batas kedalaman, atau kah sengaja dihancurkan agar lokasi mereka dapat diketahui oleh tim pencari. Kuat dugaan, setelah hilang lebih dari satu minggu, para awak (jika masih dalam kondisi hidup) akan mengalami krisis oksigen.
Meski bukan kapal selam keluaran baru, namun usia pengabdian ARA San Juan S-42 masih terbilang wajar. Kapal selam ini resmi digunakan AL Argentina pada November 1985, itu sudah beberapa kali mengalami overhaul, termasuk penggantian mesin. Sebagai perbandingan, Cakra Class TNI AL (KRI Cakra dan KRI Nanggala) usianya jauh lebih tua dari ARA San Juan, pasalnya sudah dioperasikan sejak 1981.
Merujuk ke sejarahnya, ARA San Juan S-42 dibangun pasca kekalahan Argentina dalam Perang Malvinas, basis yang digunakan adalah TR-1700 Class. TR-1700 merupakan kapal selam diesel listrik yang dibangun oleh galangan Thyssen Nordseewerke khusus untuk pesanan AL Argentina pada tahun 1980. Beberapa literatur menyebut TR-1700 sebagai kapal diesel listrik terbesar dan tercepat yang dibangun Jerman pasca Perang Dunia II.
Baca juga: Jejak U-Boat di Indonesia (1) – Karam di Perairan Karimunjawa, U-168 atau U-183?
Perencanaan pengadaan kapal selam ini telah dimulai pada tahun 1977, awalnya dicanangkan untuk pembangunan enam unit TR-1700. Persisnya dua unit dibangun di Jerman oleh Thyssen Nordseewerke, dua unit dibangun di Argentina oleh Astillero Domecq Garcia, dan dua tipe kapal selam yang lebih kecil, yakni TR-1400 dibangun di Argentina. Kemudian perjanjian dikerucutkan pada tahun 1982, dimana pesana menjadi enam unit TR-1700, dengan empat unit akan dibuat di Argentina. Rancangan awalnya TR-1700 yang akan dibuat di Argentina diharapkan suatu saat dapat di upgrade menjadi kapal selam nuklir dengan menggunakan INVAP CAREM reactor.
Sayangnya dari enam unit TR-1700 yang akan dibangun, faktanya hanya dua unit yang berhasil dirampungkan dan diserahkan kepada AL Argentina. Keduanya pun murni dibuat di Jerman oleh Thyssen Nordseewerke. Kedua TR-1700 adalah ARA Santa Cruz S-41 dan ARA San Juan S-42, karena seri perdananya adalah S-41, maka TR-1700 kemudian disebut sebagai Santa Cruz Class. ARA Santa Cruz S-41 masuk kedinasan pada 18 Oktober 1984, dan ARA San Juan S-42 pada 19 November 1985.
Thyssen Nordseewerke secara serius merancang kapal selam ini dengan endurance dan survivabilitas tinggi, bahkan kecepatan di bawah airnya termasuk yang tercepat di kelas kapal selam diesel listrik. Santa Cruz Class disokong empat mesin diesel MTU, empat generator dan satu motor elektrik dari Siemens. Di bawah permukaan air, sumber tenaga berasal dari delapan baterai dengan kapasitas 120 cell. Kecepatan kapal selam ini pun di bawah permukaan bisa sampai 25 knots (46 km per jam), sementara kecepatan di permukaan sampai 15 knots (28 km per jam).
Endurance alias daya tahan kapal selam ini dapat berlayar tanpa bekal ulang selama 30 hari. Kedalaman maksimum yang telah dicoba mencapai 300 meter. Dibanding kapal selam TNI AL, Cakra Class (Type 209) yang buatan Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) , Jerman, Santa Cruz Class sudah dilengkapi pintu khusus yang bisa dikoneksikan dengan kapal selam penolong, Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).
Baca juga: DSAR 6 MV Swift Rescue – Kapal Selam Penyelamat, Spesialis Laut Dalam
Sebagai monster bawah laut dari Belahan Bumi Selatan, Santa Cruz Class dilengkapi enam tabung peluncur torpedo ukuran 533 mm. Bekal torpedo yang dapat dibawa adalah 22 unit torpedo 533 mm atau torpedo Mark MK37. Santa Cruz pun sudah mengadopsi sistem reload torpedo otomatis, dimana isi ulang torpedo ke tabung peluncur dapat dilakukan hanya dalam 50 detik. (Haryo Adjie)
Spesifikasi TR-1700 Class
– Displacement: 2116 ton (Surfaced)/2264 ton (Submerged)
– Length: 66 meter
– Beam: 7,3 meter
– Draught: 6,5 meter
– Propulsion: 1 shaft 4 × MTU diesels/1 × Siemens electric motor
– Speed: 15 knots (28 km/h) surfaced/25 knots (46 km/h) submerged
– Range: 22.000 km at 8 knots
– Endurance: 30 days
– Test depth: 300 meter
– Complement: 26
– Sensors and processing systems: radar Thompson CSF Calypso
– Sonar: Atlas Elektronik CSU 3/4, Thompson Sintra DUUX-5
– Armament: 6 × 533 mm bow torpedo tubes and 22 torpedoes
kenapa mereka ga numpahin minyam diesel ny aja ,biar minyak naek k permukaan dan misi pencarian lebih mudah
Misalnya….ini kaselnya sdh dalam kondisi tergeletak didasar laut pd kedalaman 200-300 meteran.
Gimana caranya mengeluarkan minyak diesel (tanpa alat bantu spt cara kerja pd sistim debalassting), sementara tekanan airnya diluar badan kapal lebih besar daripada tekanan didalam lambung kasel?
(Repost niy min…) Komunikasi terakhir dr kasel malang ini mengabarkan bhw kasel kemasukan air ketika sdg melakukan snorting pd kondisi gelombang yang tinggi shg memicu terjadinya kebakaran akibat korsleting dan muncul asap beracun.
Insiden spt ini tidak dimonopoli pd kasel yang berusia uzur atau kurang perawatan saja, tapi bahkan terjadi jg pada kasel yang masih gres (U-209 manthatisi/afsel) atau juga kasel yang perawatan&pengawakan yang terlatih (upholder class/canada).
Efek selanjutnya akibat kehilangan daya listrik(batre & diesel krn korsleting) pd kasel2 diatas, selanjutnya kasel mulai melayang turun kekedalam laut yang lebih dalam.
Dalam situasi spt ini sebenarnya kasel telah dirancang, memiliki sistim utk menangani keadaan darurat secara mandiri (yang tidak tergantung pada pasokan listrik utama kasel :batre&diesel).
Setiap kasel dilengkapi sistim “deballasting” yang prinsipnya adalah mengosongkan air pd kedua tangki ballast secepat mungkin (13~20 detik) shg kasel bisa mengapung kepermukaan, walaupun sisti kelistrikan pd kasel telah mati total.
Sistim deballasting ini bekerja secara mandiri, terpisah dr sistim kelistrikan utama kasel dan pengendalinya ditempatkan pd beberapa lokasi dlm kompartemen kasel yang mudah diakses.
Sepasang (2 unit) alat deballasting ini “ditanamkan” pd tangki ballast depan (spy kasel muncul kepermukaan) dan didalam tanki ballast belakang (utk menstabilkan kasel ktk sdh muncul kepermukaan).
Sistim deballasting ini bisa dikendalikan secara manual maupun otomatis…dalam seting otomatis, alat ini disetel spy aktif dg sendirinya ketika kasel melayang turun mendekati batas kedalaman yang dimiliki (300~400m), bahkan ketika semua awak kaselnya telah tewas sekalipun.
Aksi deballasting ini selalu dilatihkan secara periodik utk melatih kesiapan para awaknya ketika menghadapi kondisi kedaruratan…dan dalam insiden 2 kasel diatas (afsel&kanada), terbukti sistim deballasting ini berfungsi dg sempurna.
Apa yang terjadi pd san juan, massih menjadi teka-teki dan kenapa seolah-olah sistim deballasting tidak berfungsi/tidak diaktifkan.
Beruntung TNI AL telah memiliki full submarine simulator, shg memiliki kesempatan utk melatih kesamaptaan serta ketrampilan dan sikap tenang para awaknya ketika menghadapi situasi darurat tanpa harus mengalami kejadian yang sebenarnya
Bagi kasel konvensional (SSK) terutama yang non-aip, dalam perjalanannya secara periodik harus melakukan snorting atau bahkan benar2 harus muncul kepermukaan laut.
Dalam kondisi perang, awak SSK akan merencanakan dg teliti interval waktu untuk melakukan snorting dg memperhitungkan kondisi cuaca/ombak dipermukaan, kondisi siang-malam, estimasi waktu utk melaksanakan missi, perkiraan lokasi aman dsb…namun dalam kondisi aman/non perang, perencanaan ini menjadi lebih longgar dan lebih banyak ditentukan pd interval waktu yang teratur (menyesuaikan dg kebutuhan teknis) utk melakukan snorting. Shg tidak jarang SSK harus melakukan snorting pd kondisi permukaan laut yang berombak tinggi.
Snorting pd kondisi permukaan laut yang bergelombang tinggi, seperti 2 sisi mata uang….disatu sisi akan menyulitkan pendeteksian oleh pihak lain, namun memiliki resiko. tinggi akibat masuknya air laut kedalam kompartemen kasel atau justru terhisap oleh mesin diesel.
Diera modern ini setidaknya tercatat 2 insiden masuknya/terhisapnya air laut kedlm kompartemen/sistim diesel SSK:
1. Thn 2004, sebuah SSK kelas upholder milik Kanada, kemasukan air laut hingga 2000 liter yang. Menimbulkan efek berantai yaitu korsleting baterai&memicu timbulnya kebakaran yang disertai munculnya gas beracun akibat reaksi kimia sistim baterai kasel (1 awak mmeninggal)….mesin dieselpun mati. Dalam kondisi tanpa tenaga ini kasel mulai melayang turun kekedalam dibawahnya.
2. U-209 Manthtisi, milik afsel yang baru diluncurkan mengalami kejadian yang hampir serupa ketika sedang melakukan pelatihan bagi awaknya di laut utara sekitar norwegia.
Dalam dua kejadian ini, SSK mengalami kehilangan daya sama sekali dan kasel mulai melayang turun/tenggelam.
Sebenarnya kasel sudah dirancang utk menghadapi situasi spt ini dan memiliki sistim penanganan keadaan darurat secara berlapis.
Ketika kasel sudah tidak berdaya dan mulai tenggelam, ia memiliki sistim emergensi mandiri (deballasting system) yang akan mengapungkan kapal kepermukaan secara “sangat” cepat.
Kasel memiliki 2 set deballasting sistm…1 berada didalam tanki ballas depan (utk muncul kepermukaan) dan 1 lagi ditanki ballast diburitan (utk menyeimbangkan kapal ktk sdh muncul dipermukaan.
Sistim deballasting ini bekerja secara mandiri, artinya ia tdk bergantung pd kelistrikan utama kasel…bahkan ada sistim deballasting yang hanya diaktifkan dg pembukaan valve/non elektrikal.
Cara kerja sistim ini adalah memberikan tekanan yang sangat besar didalam tangki ballast shg airnya terdorong keluar (dikkosongkan) dg sangat cepat….hanya dlm “hitungan detik” dan selanjutnya kasel akan muncul kepermukaan ddg sendirinya.
Sistim pengaktifannyapun ditempatkan pd beberapa titik shg mudah diakses dlm kondisi darurat.
Praktek deballasting ini sering dicobakan secara periodik utk melatih kesigapan awaknya menghadapi kondisi darurat, dan dalam insiden kedua kasell (kanada&afsel) diatas, sistim ini berfungsi dg sempurna.
Hebatnya, alat deballasting ini bissa diset dlm mode otomatis shg dg sendirinya sistim deballasting akan aktif ketika kasel tenggelam dan meluncur mendekati batas kedalaman tertentu….walopun seluruh awak kaselnya sudah tewas !!!
Apa yang terjadi pd san juan dan mengapa ssistim deballasting ini “seolah-olah” tidak bekerja masih menjadi pertanyaan.
Tapi pelajaran yang bisa dipetik dr seluruh insiden/kecelakaan diatas adl pentingnya pelatihan menghadapi kondisi darurat secara periodik bg seluruh awaknya.
Beruntung TNI AL telah memiliki fasilitas Full Simulator yang bisa mensimulasikan berbagai kondisi darurat, tanpa harus mengalami langsung kejadian yang sebenarnya.
@admin
Om komen saya diatas bisa dihapus saja, karena sudah dicopy paste sama tuyul berdaster…..trims
TR-1700 class ini, dibandingkan dengan Changbogo class milik TNI-AL, bagaimana ya?
hikmah dari spesifikasi teknologi kapal selam, coba TNI mencari kapal selam yg spesifikasi fitur jauh lebih baik lagi. kl kedalaman 300m. kecepatan sangat kencang.. harusnya perlu AIP yg tahan sebulan, torpedo canggih, sama tmpt penerjunan kopasaka di dalam laut. parkir di permukaan laut. lbh senyap jika bentuk cut edge bukan BULAT karena kl kapal naik ke atas permukaan laut lgsg dideteksi karena bulat bentuk.. senyap pake mesin listrik, mirip mobil nissan note listrik ditawarkan di indonesia yaitu mesin bahan bakar hidup mengisi listrik ke mesin listrik utk pengerakan. bukan mesin bbm dan mesin listrik teprisah dalam fungsi tertentu, tapi mesin bbm support pengaliran listrik ke mesin listrik agar daya tempuh lbh jauh lagi. Jd usulnya cell BBM diesel atau hidrogen menghasilkan listrik ke mesin listrik gmn. kl reaktor nuklir fuse dingin gmn? tolong dikembangkan
mungkin kurang perawatan..
iya,..kaya’nya….
Argentina skrg dlm trjerat krisis, kkuatan militernya drop dmn2,..negara ini trancam bngkrut, kasian,…pdhal duluny,..negara pling makmur d wilayah amrika selatan.
kasel ini sbnernya blom trmasuk tua, jika dbandingkan ama punya TNI yg baru pas dikata tua,…hihihi….ini jg warning buat TNI spy jgn mnunda2 trus peremajaan kasel. resikony gede, walau kasel skrg makin aman, tetep aja resikony msh besar.
sjumlah negara2 yg turut mmbntu nyari kasel aja msh gagal,..pdhal amrik inggris dll deh turut nyari,..
kalau di kasel kita melakukan overhaul berkala.. sekarangpun salah satu kasel di korea selatan.