Venezuela di Bawah Ancaman ‘Perang’ Trump, Akankah Rusia Mengerahkan Pembom Tupolev Tu-160 Blackjack?
|
Sebagai sekutu Rusia di Amerika Latin, maka eksistensi pemerintah Venezuela di bawah Presiden Nicolas Maduro, menjadi perhatian bagi Kremlin. Ibarat AS yang rajin mengirim Bomber Task Force ke negara-negara Eropa yang berbatasan dengan Rusia, maka saat Venezuela dalam ancaman perang dari Washington, Rusia beberapa kali memberi atensi khusus, salah satunya dengan penerbangan langung pembom strategis Tupolev Tu-160 Blackjack ke Venezuela.
Meski dengan tajuk latihan penerbangan jarak jauh, namun tak bisa dikesampingkan bahwa pengerahan Tu-160 ke Venezuela adalah bagian dari show of force. Seperti pada tahun 2018, kala periode pertama Donald Trump sebagai presiden AS, Tu-160 dikerahkan dan mendarat di Caracas pada 10 Desember 2018, saat itu Trump secara aktif mempertimbangkan opsi untuk menyerang Venezuela.
Dan kini saat hubungan Venezuela dan AS membara dengan potensi pecah perang, akankah Rusia kembali akan menerbangkan Tu-160 ke Venezuela? Sebagai catatan, AS telah mengerahkan armada yang terdiri dari setidaknya tiga kapal perusak, satu kapal selam serang nuklir, dan 4.000 marinir di dekat Venezuela, serta penempatan pesawat tempur stealth F-35A di Puerto Riko.

Menurut catatan yang tersedia, pembom strategis Rusia telah melakukan penerbangan dan kunjungan ke Venezuela sebanyak tiga kali dalam sejarah pasca-Soviet, yaitu pada September 2008, Oktober 2013 dan Desember 2018. Setiap kunjungan melibatkan dua unit pembom Tu-160, disertai dengan pesawat pendukung, termasuk pesawat tanker Ilyushin Il-78 Midas.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa meskipun Tu-160 memiliki kemampuan dan jangkauan yang sangat jauh (hingga 12.000 km tanpa pengisian bahan bakar), penerbangan dari Rusia ke Venezuela yang berjarak lebih dari 10.000 km tetap ditemani oleh pesawat tanker untuk berjaga-jaga dan untuk latihan.
Tupolev Tu-160 Blackjack – Sandang Gelar Pembom Supersonik Tercepat dan Terbesar
Kemungkinan respons Rusia tetap signifikan, kemampuan Rusia untuk menempatkan Tu-160 di Venezuela dianggap sebagai aset strategis yang berharga. Dengan rudal jelajah Kh-101 dan Kh-102 berhulu ledak nuklir yang dapat diluncurkan dari pengebom tersebut mampu menyerang target di sebagian besar wilayah daratan Amerika Serikat, sementara Tu-160 cukup berkeliaran di wilayah udara Venezuela untuk melakukan serangan.
Meski kehadiran Tu-160 dapat mengubah kalkulasi di Washington mengenai kemungkinan serangan ke Venezuela, namun sejumlah sumber juga berspekulasi bahwa Moskow mungkin telah berjanji untuk tidak campur tangan dalam konflik tersebut, seperti sebagai imbalan atas konsesi dari Washington atas perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Tu-160 disebut White Swan atau Blackjack dalam kode NATO, jelas bukan arsenal baru lagi, lantaran bersama dengan Tu-22 Backfire dan Tu-95 Bear, Tu-160 merupakan peninggalan era Uni Soviet.
Tu-160 terbang perdana pada 18 Desember 1981, belum ada rencana untuk pensiun pada pembom ini, justru pemerintah Rusia akan melakukan serangkaian upgrade untuk memperpajang masa pakai armada pembom strategis ini.
Tu-160 hadir dalam rancangan khas berupa pesawat dengan sayap geometri variabel yang disapu ke belakang dan badan pesawatnya yang panjang nan ramping, yang berakhir di titik terbalik di bagian depan pesawat.
[Video] Vladimir Putin Jajal Terbang 30 Menit dengan Pembom Tupolev Tu-160M Blackjack
Disokong empat mesin NK-32-02 yang tersebar di bawah sayap pesawat, mampu mendorong Tu-160 dengan daya dorong 55.000 pon, menjadikan pembom ini dapat melesat dengan kecepatan maksimum Mach 2, serta punya jangkauan 7.500 mil (12.300 km), membuat banyak analis meyakininya sebagai pembom supersonik tercepat yang beropasi saat ini.
Bukan saja tercepat, dengan payload maksimum yang bisa dibawa mencapai 40 ton (payload normal 9 ton), jelas tandingan yang sepadan di kelas ini adalah B-1B Lancer dengan payload maksimum 56 ton.
Dengan payload tersebut, Tu-160 dapat membawa dengan 12 rudal jelajah Kh-55MS atau 24 rudal balistik yang diluncurkan dari udara Kh-15. Mengingat kemampuan nuklir rudal Kh-55MS, menjadikan posisi Tu-160 sebagian bagian penting dari triad nuklir Uni Soviet dan Rusia sejak awal keberadaannya. (Gilang Perdana)