Charles de Gaulle – Kapal Induk Nuklir Lambang Superioritas Perancis di Samudera

Sabtu siang (18/5), sekitar pukul 11.45 WIB, dilaporkan tujuh jet tempur Rafale M terpaksa melakukan pendaratan darurat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar. Pesawat buatan Dassault Aviation ini harus mendarat lantaran cuaca buruk yang terjadi di sekitar kapal induk Charles De Gaule yang menjadi home base-nya. Kapal induk Charles de Gaulle diketahui dalam misi pelayaran menuju Singapura dan saat kejadian posisinya 100 nautical mile barat Sumatera. Sesuai prosedur dan alasan keselamatan, pesawat melaksanakan divert ke bandara atau pangkalan terdekat.

Baca juga: USS Makassar Strait – Kapal Induk Amerika Serikat dengan Cita Rasa Nusantara

Tentang jet tempur Rafale sudah beberapa kali dikupas. Terkhusus dalam peristiwa di atas adalah varian Rafale M, yang merupakan varian Rafale yang diluncurkan dari kapal induk. Dengan beberapa penyesuaian untuk operasi di kapal induk, Rafale M hanya 500 kg lebih berat dari Rafale B (AU Perancis) yang pada Agustus 2018 bertandang ke Lanud Halim Perdanakusuma.

Menarik dikupas adalah keberadaan kapal induk Charles de Gaulle. Angkatan Laut Perancis (Marine Nationale) yang sudah mengoperasikan kapal induk sejak 1945 untuk mendukung penggelaran pasukan tempur di laut lepas yang berintikan carrier based aviation, saat ini otomatis hanya mengandalkan kapal induk nuklir Charles de Gaulle (R91).

Rafale M di Lanud Sultan Iskandar Muda. (Foto: detik.com)

Sejak pensiunnya kapal induk Clemencau pada Maret 1998 dan dijualnya kapal induk Fosch ke Brasil pada November 2000, maka Charles de Gaulle menjadi bintang dan symbol proyeksi kekuatan militer Perancis di samudera. Sejatinya, Charles de Gaulle memiliki saudara, rencana semula dua kapal induk akan diproduksi dan secara bergantian akan dioperasikan mulai 1996 dan 2002. Charles de Gaulle sendiri resmi 7 Mei 1994, dan berlayar untuk pertama kalinya pada 18 Mei 2001.

Dengan saat ini hanya memiliki satu kapal induk, menjadi sangat jelas bagi AL Perancis tidak akan mampu mengantisapasi berbagai konflik internasional yang mungkin menyinggung kepentingan Perancis. Khususnya ketika kapal induk terpaksa harus ditarik untuk alasan pemeliharaan. Dengan kondisi ini diperkirakan kapal induk yang ada hanya akan mampu dioptimalkan hingga 60 persen dari kemampuannya. Dan setiap tujuh – delapan tahun tahun harus masuk docking selama 15 bulan untuk pengisian bahan bakar.

Bagi Perancis, Charles de Gaulle relatif cukup untuk kepentingan globalnya. Kapal induk ini dilengkapi sistem tempur canggih yang mampu menjejak 2.000 sasaran secara simultan melalu radar DRBJ 11, radar peringatan dini DRBV 26D, radar pencari  di laut/udara DRBV 15C, radar electronic scanning serbaguna Arabel, dan sistem surveillance Vampire IR. Untuk pertahanan diri, Charles de Gaulle dibekali dua peluncur tegak rudal hanud Aster 15, dua peluncur rudal hanud Mistral Sadral, empat peluncur decoy Sagaie, dan dua jammer ARBB 33 yang sangat kuat.

Kapal induk Charles de Gaulle dilengkapi sistem ketapel uap sepanjang 75 meter, yang cukup ideal untuk melontarkan sebuah E-2C Hawkeye dan jet tempur Rafale. Panjang kapal induk ini secara keseluruhan 261,5 meter dan lebar 64,36 meter. Ruang hanggar punya luas 4.600 m2 cukup lega untuk menampung setengah dari grup udara. Demi alasan keamanan, hanggar dibagi ke dalam dua seksi yang dipisahkan oleh pintu tahan api. Kapal induk ini dilengkapi dua lift besar ukuran 21 x 12 meter di bagian buritan, dua elevator munisi, dan lift untuk memindahkan personel yang terluka.

Suasana hanggar Charles de Gaulle.

Komposisi armada yang dibawa kapal induk Charles de Gaulle adalah 40 pesawat, yang terdiri dari jet tempur Rafale M, pesawat intai perinngatan dini E-2C Hawkeye, helikopter SA365 Dauphin/EC725 Caracal dan AS532 Cougar.

Yang unik dari Charles de Gaulle yaitu perlu waktu 10 hari sekali untuk melakukan pengisian bekal ulang (replenished). Sebagai perbandingan kapal induk Clemenceau yang bekal ulangnya dilakukan tiap 3 hari sekali. Setiap hari kapal induk ini dapat menghabiskan 100 ton kerosin, dan total perbekalan 3.200 ton yang disimpan dalam 27 tangki. Dengan bekal persediaan makanan full, kapal induk ini dapat berlayar secara terus-menerus selama 45 hari tanpa bekal ulang.

Rudal Aster menjadi perisai hanud di Charles de Gaulle.

Baca juga: HTMS Chakri Naruebet – Nasib Kapal Induk Yang Beralih Fungsi Jadi “ThaiTanic”

Tenaga Crarles de Gaulle disokong dua reaktor nuklir Areva K15 pressurised water reactors (PWR) yang tiap reactor dapat menghasilkan 150 MWt. Dengan sokongan reaktor nuklir, maka jarak jelajah kapal induk ini jadi tak terbatas, proyeksi jarak jelajah adalah sampai 20 – 25 tahun. Selain reactor nuklir, ada dua mesin turbin 2 × Alstom dengan total 61 MW shaft power. Kecepatan maksimum kapal induk ini bisa mencapai 27 knots.

Dengan bobot penuh 42.500 ton, Charles de Gaulle dapat memuat 500 ton munisi. Selain itu kapal induk ini dapat membawa 800 pasukan infanteri untuk mendukung pergeseran pasukan. Jumlah awaknya sendiri 1.350 orang, plus 600 awak penerbangan. (Bayu Pamungkas)

18 Comments