Jelang 2018, Inilah Proyeksi Terbaru Kekuatan TNI AU di Masa Depan
|Proyeksi kekuatan TNI AU di masa depan beberapa kali pernah disebut, seperti pada tahun 2015 silam, saat KSAU dijabat Marsekal TNI Ida Bagus Putu, pernah dipaparkan beberapa program pengadaan alutsista dalam acara Exit Briefing sebelum Sang Marsekal mengakhiri tugasnya sebagai KSAU di Mabesau Cilangkap, Kamis (8/1/2015).
Baca juga: Ini Dia! Program Upgrade dan Pengadaan Alutsista TNI AU di 2015
Dan belum lama berselang, Panglima TNI yang saat ini dijabat rangkap sementara oleh KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, memberikan paparanya tentang rencana postur kekuatan TNI AU di masa mendatang. Dalam konsep yang disebut “No Area Left Without Air Cover,” Marsekal Hadi mengulas rencana pengadaan alutsista yang dibutuhkan untuk TNI AU.
Dikutip dari Janes.com (15/12/2017), Hadi menyebut akan melengkapi sejumlah pangkalan udara strategis dengan unsur kekuatan jet tempur. Hal ini diperlukan untuk memberikan cakupan pertahanan udara maksimal. Dalam paparan yang pernah disampaikan Marsda TNI Yuyu Sutisna saat menjabat sebagai Pangkohanudnas, disebut bahwa di setiap Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) harus dilengkapi dengan kekuatan interceptor yang memadai. Dan dari empat Kosekhanudnas, Kosek Hanudnas IV di Biak yang terbilang rentan, pasalnya belum ada unsur kekuatan udara permanen untuk memagari ruang udara wilayah Papua.
Yang ada saat ini masih mengandalkan flight yang diisi bergantian dari jet tempur yang ber-home base dari pangkalan lain. Seperti contoh saat ini TNI AU menggelar flight jet tempur taktis T-50i Golden Eagle di Lanud Kupang. Kedepan Lanud strategis seperti Biak dan Kupang diproyeksikan akan menjadi basis skadron tempur, khususnya untuk merepson ancaman dari wilayah perbatasan dan menangkal masuknya black flight.
Baca juga: Pangkohanudnas – ALKI III Jadi Wilayah ‘Favorit’ Pelanggaran Wilayah Udara Nasional
Dalam proyeksi kekuatan alutsista yang disebutkan Marsekal Hadi Tjahjanto, TNI AU nantinya TNI AU akan ditambah dengan tiga skadron tempur, melengkapi delapan skadron tempur yang saat ini ada. Sektor pesawat angkut juga dibidik serius, terlebih dengan rencana pengadaan pesawat angkut berat, angkut sedang dan angkut taktis. Satu skadron baru helikopter juga akan dibentuk.
Skadron udara nirawak alias UAV (Unmanned Aerial Vehicle) akan dibentuk menjadi dua kesatuan, dimana kini sudah ada Skadron Udara 51 di Lanud Supadio yang mengoperasikan drone Aerostar dan Wulung.
Meski sering disebut dan sudah masuk dalam target di MEF (Minimum Essential Force) II, pengadaan pesawat Airborne Early Earning and Control (AEW&C) dan pesawat tanker belum juga berujung kontrak pembelian. Tapi toh, TNI AU sudah mencanangkan akan mengakuisisi empat unit pesawat AEW&C dan empat pesawat tanker untuk misi air refueling. Untuk penguatan radar Kohanudnas, pengadaan 12 unit ground-based radar systems juga sudah dicanangkan. Pada saat ini TNI AU mempunyai 20 unit radar, dan untuk memenuhi MEF, TNI harus mempunyai setidaknya 32 unit radar. Dengan demikian TNI AU masih membutuhkan 12 unit radar. Ke-12 unit radar tersebut adalah jenis Radar Primer (Primary Surveillance Radar).
Baca juga: Dengan Radar Weibel, Kini Satrad 215 Mampu Mengendus Pergerakan di Pulau Christmas
Masih dari sumber yang sama, juga disebut tentang pengadaan pesawat angkut/intai amfibi, namun untuk yang satu ini tidak disebutkan mengenai jumlah alias kuantitasnya. (Gilang Perdana)
Min bahas mig 15
oke kami siapkan terlebih dahulu 🙂
drpf ribut yg aneh2 dn mumpung gw sdh disummon ane kasih sdkt bocoran tntng procurement tni au
pespur
kebutuhan tni au sejatinya 5 ska. meliputi
3 ska baru (pspur workhorse skadud 19 biak, skadud 20 kupang & skadud 22 manado) total 50 unit. kini proses tnder dgn 4 kontestan (viper, gripen ng, typhoon tranche 2, fc-31) kans 95% viper
2 ska tanpa pespur
skadud 14 bakalan diisi 11 su-35
skadud 1 dmn sejak wing 300 kohanudnas batal kini brubah fungsi sbg skadron interceptor kohanudnas role dgn konspe dispersed base & skadron gemuk dgn jumlah 28 unit. dlm fase kualifikasi dmn kabar trbaru 2 konterstan sdh lolos ke fase tnder uaitu gripen ng & gripen c/d. 2 slot trsisa dprebutkan jf17, fa50, tejas , f16 block52 & yak 130)
peawat intai
ada 2 ska yaitu 1 ska intai taktis & 1 ska intai strategis
ska intai taktis direncanakan 6 cn235 mpa (2 operasinal + 4 tdk jelas), 6 b737 (1 slammr + 3 modifan) + 2 be-200
ska intai strategis dgn
4 pesawat aew. india jd role model dmn baik emb-145 & il-76 mngadopsi radar israel & itu yg akan kita tiru. platform peawatnya antara a320, c295 & b737
6 pesawat mpa brkemampuan asw. poseidon tdk diganggu gugat
helikopter
heli angkut ada direncanakan 2 ska
1 ska heli angkut berat baru & 1 ska pngganti puma. rncananya angkut berat dgn aw101 & pengganti puma dgn caracal
heli anti teror. ada 4-5 ska dmn 1 ska sdh ada penggantinya sdh warawiri di bogor. yg akan diganti adlh nbo-105. pengantinya adalah eurocuil
psawat angkut
kebutuhan 3 ska
1 ska baru angkut berat strategis dgn komposit 8 a400m. 3 il76 d90a & 2 a330 mrtt
2 ska angkut medium dgn 1 ska baru + 1 ska pengganti herky dmn sdh jadi jatah super herky
mngenai 4 psawat tanker sdh saya tanyakan ke internal tni au ttg 2 a330 mrtt pakah ada penambahan merek mnjawab tidak. saya jg taanya ke salles rososboron apakah dari 3 il-76 ada yg berkapabilitas tanker yg brsangkutan mnjawab semuanya angkut murni. artinya 2 peawat tanker tambahan tdk lain & tdk buakan adalah super herky
Sales asli datang polemik hilang
ga jadi ada kemungkinan ambil chinok ya om buat heli angkut berat ?
Mantap Bung @Ayam jago
Coba dihitung tuh berapa milyar USD ?
50 viper x 85 jt = usd 4,25 milyar
28 gripen c/d second x 50 jt = usd 1,4 milyar
11 su-35 = usd 1,14 milyar
Sampai sini saja = 4,25 + 1,4 + 1,14 = 6,79 = usd 6,79 milyar
2 be200 tanya jimmy
4 aew&c nggak tahu berapa harga
6 poseidon yg pasti lebih dari usd 1 milyar
12 aw101 x 39 jt = usd 468 jt
12 caracal nggak tahu harganya
48 eurocuil + blackhawk + chinook untuk antiteror pokoknya lebih dari usd 2 milyar
8 a400m = usd 2 milyar lebih
3 il76 tanya jimmy
2 a330 mrtt x usd 300 jt = 600 jt
24 c130j x usd 120 jt = usd 2,88 milyar
Wuih kalo ditotal dari pespur sampai pesawat angkut pasti lebih dari usd 15 milyar tuh.
Itu baru pesawat untuk AU saja, belum untuk radarnya AU, rudalnya AU, arhanudnya AU (SAM + AA gun + kendaraan pengangkut + manpads) dll.
Belum untuk AD, belum untuk AL.
Prediksi saya untuk MEF 1+2+3 (15 tahun) biaya untuk alutsista saja =
AU usd 27,45 milyar
AL usd 27,45 milyar
AD usd 26,1 milyar
Total usd 81 milyar lah
Duite sopo ? NGUTANG mbahmu toh…
Xixixixixi
Bung @ayam jago,
Biarpun gak ada yg summon, saya juga pengen ikutan bergaya seperti sales…sales cap lang, heheheheh
Saat ini TNI AU sendiri sedang menerapkan konsep dispersed base dan mendongkrak kemampuan ISR serta interkonektivitas antar matra, sedangkan pada tataran TNI mendorong tumbuhnya komunalitas dalam hal alutsista, suku cadang, pelatihan dan barang konsumable spt amunisi antar angkatan serta mendorong/memastikan penguatan industri dalam negri dg sebesar mungkin menggunakan produk nasional.
Implementasinya sbg berikut :
1. 3 skadron tempur baru…mungkin akan dibentuk secara bertahap dengan memperhatikan tingkat kemapuan AU dalam mencetak SDM (pilot&teknisi).
Satu hal yg pasti, berkaitan dengan konsep dispersed base adalah SALAH SATUNYA melalui pemilihan pesawat gripen (entah tipe C/D atau NG) yg paling memenuhi syarat atas konsep dispersed base tsb.
Irit bbm, “footprint” dukungan kru darat yg ringkas (senjata, sucad, tidak butuh APU), serta bisa mendarat pada landasan yg pendek (tidak memerlukan “arrester gear” pada landasan dipulau-pulau terdepan yg tidak terlalu panjang) dan sudah dilengkapi dg persenjataan, sensor dan networking yg lengkap.
Pesawat gripen juga memenuhi syarat memiliki tingkat komonalitas yg tinggi dg armada F-16 dan T-50i dalam hal sensor dan senjata, simulator pertempuran udara serta memiliki tipe mesin yg sama dg T-50i…!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
2. Pesawat MRTT…A-340 MRTT bisa memngakomodasi 2 jenis air refueling yg berbeda antara kelompok “flying boom” serta kelompok “drouge&hose”, plus masih punya kemapuan tambahan yaitu memiliki ruang kargo yg besar yg bisa difungsikan utk berbagai kebutuhan yg berbeda, spt evakuasi medis udara, pengiriman logistik yg memiliki dimensi yg besar, angkut pasukan utk penerbangan jarak jauh dsb.
Satu kekurangannya adalah membutuhkan landas pacu yg panjang, artinya pesawat ini akan bersinergi dg pesawat transpot yg sanggup take-off/landing pd landasan pendek.
3. ISR…apapun platform yg terpilih, kata kuncinya ada pada “datalink” dan kemampuan/keandalan teknologi yg dimilikinya.
Ada 3 jenis pesawat ISR yaitu AEW, MPA/ASW dan Sigint…kembali lagi dalam kelompok ini sangat potensial utk mendukung TKDN yg tinggi atau pelibatan industri dalam negri.
CN-235 atau C-295 bisa didedikasikan sbg platform tunggal untuk mengakomodasi 3 kebutuhan yg berbeda (AEW, MPA/ASW dan sigint)…untuk MPA/ASW dan Sigint sudah jelas darimana sumber teknologinya berasal (Thales@MPA dan Elbit@sigint), sementara utk AEW, teknologi SAAB unggul krn selain memiliki populasinya yg besar (swedia, yunani, pakistan, uae, brazil, thailand), teknologi radarnya tergolong yg terdepan dalam penggunaan antene AESA GaN.
Keluarga pesawat CN-235/C-295 selain berbiaya operasi rendah, harganya juga terjangkau dan yg pasti sudah sanggup mengcover operasi hingga ZEE/200 NM dg time on station 4-5 jam !!!!!!!!!!!
Meskipun untuk AEW tidak menggunakan platform CN-235/C-295 sekalipun, kita tetap masih dapat menikmati pelibatan industri lokal berupa pembangunan “national datalink”.
4. Heli angkut berat, medium dan anti teror…dalam pandangan saya hanya ada 2 jenis heli yaitu keluarga EC-725 dan Chinnok.
Khusus heli anti teror…entah apa yg sedang dirancang dg konsep ini, tapi bayangan saya terarah pd aksi “teror mumbai” dimana terjadi serangan teroris secara simultan pd waktu yg hampir bersamaan…. (mirip dg aksi peledakan BOM BALI 1). Untuk itu diperlukan heli yg memiliki mampu terbang jarak jauh, memiliki kapastitas kargo besar, memiliki ramp door, baling-baling pendek supaya mendarat pd bidang yg terbatas untuk mengeksfiltrasi tim pasukan counter teror dg segala perlengkapannya.
5. Khusus untuk kemapuan ISR, terutama AEW dan Sigint…walaupun AU menerapkan kurikulum USAF sebagai dasar acuannya tapi mengingat kapasitas USAF yg terlalu besar, dalam aplikasinya AU akan banyak “belajar” dari Israel yg terbukti sangat intensif mengeksploitasi kemampuan ISR (sigint, aew, recce) dengan kemampuan yg tidak sebedar USAF.
6. Pesawat nagkut berat….cuma satu, C-130J !!!!!!
Maaf, saya mau ralat sedikit ttg skadron “heli anti teror”…
Maklum, namanya juga newbie yg lagi belajar komen, heeeee
Rasanya pembentukan skadron “heli anti teror” ini terinspirasi oleh skadron 160 SOAR USAF…mungkin nama skadron “heli anti teror” terada janggal dan lebih tepat disebut sebagai skadron khusus untuk menunjang misi-misi pasukan khusus yg menuntut tersedia heli yg didedikasikan utk tugas2 khusus, awak yg dilatih khusus utk tugas2 ini dan pelatihan yg kontinyu serta uptodate.
Jadi ketika berbicara ttg sakdron ini sebenarnya kita tidak secara spesifik mengarah kepada tipe heli tertentu…bisa saja skadron ini adalah skadron komposit yg disesuaikan dg tuntutan tugas dan medan operasi.
Mungkin juga skadron ini akan bersifat luwes yg artinya jika membutuhkan dukungan dr skadron lain spt untuk mengatasi lawan yg dilengkapi persenjataan kuat, maka skadron ini bisa meminta dukungan dr skadron apache (atau chinook jika membutuhkan bantuan angkut berat)…tentu saja dg syarat adanya latihan gabungan secara terjadwal dg skadron lain yg telah ditunjuk
Mas Kecuk,
Makanya untuk anti teror saya sebut 3 jenis helikopter.
Eurocuil Fennec untuk heli serang sekaligus untuk mengawal blackhawk dan chinook.
Blackhawk untuk angkut personil
Chinook untuk angkut rantis.
Setahu saya . Jend Gatot pernah bilang bahwa pembelian alutsista bukan wewenang Palingma TNI tp berada di KEMENHAN. ( kasus helocopter VIP & SU 35 ). Jd kl Panglima minta ini itu tp nga di setujui ama KEMENHAN yaa O besar.