Misi Pegasus 2018: Sapa Jakarta, Inilah Penerbangan Terjauh Rafale dari Basisnya
|Hajatan latihan udara multilateral Pitch Black 2018 telah berakhir pada 17 Agustus lalu, dan diantara partisipan negara yang mengirimkan jet tempur di event dua tahunan tersebut, bisa dibilang kehadiran Perancis memberi kesan tersendiri, pasalnya AU Perancis dengan tiga unit Rafale B (tandem seat) merupakan negara terjauh yang mengirimkan jet tempurnya ke Darwin, Australia.
Baca juga: Usai Pitch Black 2018, Tiga Rafale dan Satu Airbus A400M Perancis Singgahi Jakarta
Berangkat pada 20 Juli 2018, tiga unit Rafale diterbangkan dari Perancis lewat ferry flight. Persisnya dua unit Rafale B berasal dari 4th fighter wing di Saint Dizier dan satu unit Rafale B dari 30th fighter wing di Montde-Marsan. Jarak yang ditempuh ketiga Rafale untuk bisa sampai di Darwin adalah sekitar 14.000 km.
Perancis nampak begitu serius dalam mempersiapkan misi Pegasus 2018 (Mission Pegase). Bagi AU Perancis (Armée de l’Air), Pegasus 2018 adalah misi penerbangan armada jet tempur terjauh kedua yang dijalani. Sebelumnya deployment yang sama juga pernah dilakukan, juga untuk berpartisipasi dalam Pitch Black, yakni pada Pitch Black 2014. Saat itu yang jadi lakon adalah jet tempur bersayap delta Mirage 2000. Dan kini, bagi Rafale, misi Pegasus 2018 adalah penerbangan terjauhnya di luar pangkalannya.
Dalam jumpa pers bersama media di Lanud Halim Perdanakusuma (21/8/2018), Jenderal Patrick Charaix yang memimpin misi Pegasus 2018 menyebutkan, bahwa misi Pegasus 2018 turut menyertakan beberapa pesawat pendukung, seperti satu unit pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas, 1 pesawat tanker C-135 FR (varian KC-135 Stratotanker) dan satu pesawat angkut penumpang Airbus A310.
Perinciannya, untuk misi lintas benua dan samudera ini, AU Perancis membawa 100 kru dan 40 ton payload dan technical equipment. Sementara jika diwartakan ada sosok CN-235 Perancis dalam Pitch Black 2018, itu merupakan partisipan yang berasal dari Air Detachment 190 yang bermarkas di Kaledonia Baru, Pasifik.
Yang menarik, tidak semua unsur pesawat pendukung menyertai sampai wilayah tujuan. Dalam paparannya, Charaix menyebut peran pesawat tanker C-135 FR hanya mendukung air refuelling selama terbang dari Perancis ke Al Dhafa (Uni Emirat Arab). Selanjutnya dari Al Dhafa (22/7), ketiga Rafale melakukan terbang jarak jauh langsung menuju Singapura. Nah, dalam penerbangan jarak jauh tersebut yang berperan sebagai pesawat tanker adalah KC-30A MRTT (Multi Role Transport Tanker) milik AU Australia (RAAF).
Transit selama dua hari di Singapura, kemudian ketiga Rafale pada 24 Juli 2018 langsung terbang menuju Darwin. Dalam penerbangan dengan menempuh jarak 3.353 km tersebut, ketiga Rafale melintasi ruang udara Indonesia, khususnya selat Sunda, namun tidak melakukan proses air refuelling.
Dan setelah Pitch Black yang berlangsung tiga minggu, rombongan Pegasus 2018 pun pulang menuju Perancis. Dalam kepulangannya, tiga Rafale dan satu Airbus A400M Atlas singgah di Lanud Halim Perdakusuma, dari 19 sampai 24 Agustus 2018. Seperti pada Selasa (21/8) ini, pihak Kedubes Perancis mengundang beberapa media, termasuk Indomiliter.com untuk meliput langsung Rafale dan Airbus A400M.
Momen yang spesial di 21 Agustus adalah diterbangkannya dua Rafale dan Airbus A400M. Kedua Rafale diterbangkan dengan membawa pilot tempur TNI AU (masing-masing pada back seat), salah satunya adalah Letkol Pnb. Anton “Sioux” Pallaguna yang menjabat sebagai komandan Skadron Udara 11. Dalam penerbangan selama 1 jam 20 menit, kedua pilot TNI AU diajak menikmati beragam manuver tempur Rafale.
Sebagai catatan, ini bukan pertama kali Rafale dan Airbus A400M datang ke Lanud Halim, pada Maret 2015, dua jet tempur Rafale (kursi tunggal dan kursi ganda) juga pernah hadir dan unjuk kebolehan di langit Jakarta. Saat itu Rafale tiba di Jakarta setelah unjuk kebolehan di pameran dirgantara LIMA di Malaysia.
Nah, ingin tahu lebih dekat seperti apa sosok Rafale B yang menyambangi langit Jakarta? Nantikan artikel selanjutnya di Indomiliter.com. (Haryo Adjie)
itu barang mau dicemplungin
kelaut
😅😆
Ngerii, Kokpit rafale masih terlalu mahal buat eject hanggar.. !
kapan buat polling lagi min? ditunggu yah hehe
Peluang Besar Bagi TNI AU Yaitu F-16 V & F-35 Karena Fitur Glass Kokpitx Lbh Canggih & Futuristik
F 35 kayaknya gak akan pernah dibeli TNI AU. Kalo F 16V itu sudah pasti. Dari pada beli F 35 mending beli Rafale, typon, atau Gripen
Kalo membandingkan kinerja rafale vs sukhoi yg kita miliki…artikel ini memberi gambaran yg gamblang tentang perbedaan ketangguhan dua tipe pespur ini.
Rafale handal digeber jarak jauh dan langsung terlibat dalam latihan yg berintensitas tinggi dan selanjutnya kembali lagi ke base campnya dengan jarak tempuh yg sangat jauh, bandel dan mudah dioperasikan dipangkalan aju dg dukungan logistik terbatas.
Sebagai perbandingan, sukhoi kita ketika mengikuti latihan pitch black 2012 dulu, ternyata pulang lebih cepat sebelum seluruh sesi latihan diselesaikan….kemungkinan “BERat DIONGkos”
Terbang secara fery hanya salah satu dr parameter keandalan pespur bang, jangankan rafale yg scara teknologi tergolong “muda”, f-16 blok 52ID kita saja yg kata sbagian orang barang seken, terbang fery juga kok dr amrik sono. Dg begitu, apa bisa dibilang f-16 blok 52ID kita seandal rafale, dan di atas sukhoi series kita?? Kan hal tsb msih bisa diperdebatkan.
@admin
Bung haryo, dalam wawancara di CNN letkol palaguna mengomentari perfoma rafale dengan kalimat, yg kira-kira : “Pesawat ini cukup sophisticated, cukup tangguh, unggul dalam kemampuan BVR dan user friendly dimana semua informasi tentang pesawat dan situasi pertempuran tersaji dalam display utama”
Saya penasaran saja dengan penekanan kata “cukup” tersebut…setau saya pespur yg kita miliki belum ada yg secanggih rafale, sesuai parameter yg disebutkan oleh letkol palaguna.
Kalo kesan bung haryo sendiri yg sudah mencicipi masuk ke dalam kokpit rafale bagaimana, trims
@Zulkipli: Bicara soal kesan kokpit, secara subyektif nampak kokpit Rafale masih kalah ergonomis dibandingkan dengan kokpit F-16 dan Gripen.
Apakah yg dimaksut bung haryo…F-16 Viper dan Gripen NG?
@Admin
Dual F-16 style flight stick kurang ergonomis? Kecuali masalah komunikasi, yang kurang enak dimana yah?
Mahal…
Setiap Rafale Singgah Ke Indonesia Selalu Ngajak Pilot TNI AU Terbang, Kalau Bisa Jurnalis Indomiliter Ikut Terbang Bersama Rafale
@Cepak: Amin, semoga kelak diajak terbang (kalau memenuhi syarat) 🙂
bung admin, menurut sampean, bagaimana peluang rafale diakuisisi oleh TNI?? kalau ada, proyeksinya untuk skuadron baru atau mengisi role yang sama dengan Sukhoi series kita
Soal peluang tentu tidak boleh mendahului takdir, meski harus diakui peluang Rafale untuk Indonesia terbilang tipis 🙂
Wah, moga2 org perancisnya lht komen admin ini. Supaya besok2 klu dtg beneran di ajak terbang naik rafale.