Xian H-20, Si “Phantom Bomber” yang Siap Ubah Peta Kekuatan Militer Global

Xian H-20 bukan sekadar pesawat pengebom biasa; pesawat ini adalah simbol paling nyata dari ambisi Cina untuk memiliki kekuatan militer global yang setara dengan Amerika Serikat. Selama beberapa dekade, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) bergantung pada pengebom H-6 yang sudah tua (turunan dari desain Soviet Tu-16). H-20 hadir untuk menggantikan tulang punggung armada lama ini, sekaligus memberikan Cina kemampuan “serangan jarak jauh” dan “penetrasi mendalam” yang sebelumnya tidak mereka miliki.
Baca Juga: Enam Tahun Berlalu, Cina Rilis Konsep Desain Pembom Stealth “Flying Wing” H-20
Secara visual, H-20 diperkirakan mengadopsi konfigurasi flying wing, meniru bentuk ikonik Northrop Grumman B-2 Spirit milik AS. Desain tanpa ekor vertikal ini merupakan arsitektur optimal untuk meminimalkan Radar Cross Section (RCS), sehingga membuat pesawat hampir tidak terlihat oleh sistem radar modern, terutama pada gelombang frekuensi rendah yang biasa digunakan untuk mendeteksi pesawat besar. Fitur ini memungkinkan H-20 menembus wilayah udara musuh yang sangat padat pertahanan.
Fitur paling strategis dari H-20 adalah jangkauannya yang ekstrem. Analis Barat memperkirakan pesawat ini mampu terbang antara 8.000 hingga 12.000 kilometer tanpa pengisian bahan bakar di udara. Jangkauan ini secara teoritis memungkinkan Cina untuk menyerang target strategis AS, seperti pangkalan militer di Guam dan Hawaii, bahkan tanpa meninggalkan wilayah Pasifik Barat. Dengan pengisian bahan bakar udara, jangkauannya menjadi hampir tak terbatas.
China’s next gen air power lineup.
🔹J-50 and J-36 fighters.
🔹Unmanned bombers.
🔹H-20 supersonic stratrgic stealth bomber.One of the reasons for the delay in the H-20 development, was that the program restarted midway through, due to new requirements of it needing to be… pic.twitter.com/BgJxrwp6Lo
— Zhao DaShuai 东北进修🇨🇳 (@zhao_dashuai) October 17, 2025
Kehadiran H-20 sangat penting bagi doktrin pertahanan Cina, khususnya dalam melengkapi triad nuklirnya—senjata nuklir berbasis darat (rudal), laut (kapal selam), dan udara (pengebom). Sebagai komponen udara, H-20 memastikan Cina memiliki kemampuan serangan kedua yang andal, mampu meluncurkan hulu ledak nuklir dan konvensional presisi tinggi ke seluruh Pasifik, sebuah kemampuan yang menstabilkan deterrence strategis mereka.
Meskipun spesifikasi pasti dirahasiakan, H-20 diharapkan memiliki kapasitas muatan yang sangat besar, diperkirakan mencapai 10 hingga 40 ton. Teluk senjatanya akan dipersiapkan untuk membawa berbagai rudal jelajah generasi terbaru Cina, termasuk kemungkinan rudal hipersonik siluman, menjadikannya platform peluncuran yang mematikan dan serbaguna.
Bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, H-20 adalah alarm strategis. Kemampuannya menembus “Rantai Pulau Kedua” berarti aset-aset militer AS di Pasifik tidak lagi berada di luar jangkauan aman. Hal ini memaksa negara-negara di kawasan, seperti Jepang dan Australia, untuk mengevaluasi ulang strategi pertahanan udara dan rudal mereka guna menghadapi ancaman pengebom siluman jarak jauh.
Pengembangan H-20 menempatkan Cina langsung berhadapan dengan program pengebom siluman terbaru AS, Northrop Grumman B-21 Raider. Kompetisi ini mencerminkan perlombaan senjata stealth global antara dua kekuatan besar. Sementara kritikus Barat meragukan apakah H-20 dapat menyamai teknologi siluman B-21, kemajuan pesat Cina dalam aerodinamika dan ilmu material menjadikannya ancaman yang sangat kredibel.
China’s First Intercontinental Range Stealth Aircraft Seen in Flight: A Game Changer For the Air Force’s Reach
There has been considerable speculation that the new drone is an unmanned stealth bomber, and may even be the long anticipated H-20 bomber.https://t.co/qpb0xLxWtA pic.twitter.com/xExbTct5Kn
— Military Watch Magazine (@MilitaryWatchM) October 20, 2025
Meskipun proyek ini diumumkan pada tahun 2016, H-20 tetap diselimuti kerahasiaan. Terdapat banyak spekulasi tentang kapan pesawat ini akan melakukan first flight atau bahkan diresmikan di Airshow Cina. Spekulasi saat ini menunjukkan bahwa PLAAF mungkin baru mencapai Kemampuan Operasional Penuh (FOC) pada awal atau pertengahan 2030-an, meskipun pengujian penerbangan purwarupa mungkin sudah dilakukan secara tertutup.
Kendala utama bagi Cina adalah teknologi mesin. Pengebom siluman memerlukan mesin bertenaga tinggi dengan karakteristik tanda panas dan suara yang sangat rendah agar fitur silumannya efektif. Cina diyakini masih berjuang dalam menyempurnakan mesin turbofan domestik yang memenuhi standar siluman yang ketat, meskipun proyek mesin WS-20 menunjukkan kemajuan.
H-20 merepresentasikan pergeseran strategis Cina dari pertahanan darat menjadi kekuatan ekspedisi global. Begitu H-20 mencapai status operasional, ia akan mengubah keseimbangan militer di Indo-Pasifik, mengakhiri dominasi udara tunggal AS, dan memastikan Cina memiliki kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan secara efektif dan tersembunyi ke wilayah mana pun yang dianggap vital bagi kepentingan nasionalnya. (Nurhalim)


H-20 tidak akan mengubah apapun dalam dominasi militer dunia. Selain persiapan operasional yg masih lama dibandingkan dengan B-21, H-20 membutuhkan Pesawat Tanker dalam jumlah besar untuk mampu menggunakannya menjangkau seluruh dunia. Masalahnya tidak akan mudah bagi China dan H-20 untuk menembus pertahanan udara Pasifik dan Samudra Hindia USA dan sekutunya. China hanya punya puluhan tanker disaat USA punya lebih dari 600 tanker membuat USA dan sekutunya mampu menembus wilayah dimana pun seperti yg pernah mereka lakukan dalam menghancurkan sistem pertahanan Udara Iraq dalam operasi Desert Strom dengan lebih dari 2000 pesawat USA dan sekutu memenuhi ruang udara Iraq.
Selagi bahas WING BODY DESIGN bomber, JETZERO Z4 , civilian/ commercial passenger airplane memamerkan INTERIOR MOCK UP yg akan di jadwalkan terbang 2030an…
https://youtu.be/_0vROhUZIy8?si=7XS4VRQlb0EVEMY5
Proyeksi Tiongkok untuk menjadi kekuatan global menyaingi AS kian nyata dan dekat, sementara itu, negera kepulauan terbesar di dunia yang secara geografis terletak diantara dua benua dan dua samudera sesuai konsepsi Wawasan Nusantara, sudah siapkah menghadapinya (menjadi kekuatan penyeimbang) dan bagaimana proyeksi pembangunan postur militer kita ke depan (2026-2039, 2040-2049) apakah masih tetap fokus menjadi kekuatan lokal atau regional Asia Tenggara saja atau berani melangkah menjadi salah satu kekuatan yang menonjol di kawasan yang spektrumnya lebih besar yaitu Indo-Pasifik? 🤔
dengan kemajuan teknologi militer cina yang begitu pesat nyatanya ada beberapa lembaga yang meletakkan cina dibawah india dengan selisih nilai yang besar, entah mereka ini mabuk panipuri waktu menulis atau kebanyakan liat uncle ladoo singh