KTT BRICS 2025 Mendapat Gangguan Keamanan Udara, A-29 Super Tucano Brasil Lakukan Intersep

Turut dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto, KTT BRICS 2025 (4 – 7 Juli) di Rio de Janeiro, Brasil, rupanya sempat mendapat gangguan keamanan. Gangguan keamanan yang dimaksud berasal dari aspek udara, berupa penerbangan ilegal yang melanggar wilayah udara terbatas.
Sebagai bagian dari elemen proteksi, pesawat serang turboprop A-29 (EMB-314) Super Tucano dari Angkatan Udara Brasil disebut berhasil melakukan intersep (pencetan) pada penerbangan ilegal itu.
Seperti dikutip Zona Militar (8/7/2025), sebagai bagian dari operasi keamanan udara untuk KTT BRICS 2025, Angkatan Udara Brasil (FAB), dengan menggunakan pesawat Super Tucano-nya, melaporkan pencegatan tiga pesawat yang melanggar wilayah udara terbatas dengan penerbangan ilegal yang diberlakukan untuk mengamankan acara tersebut.
Pada hari Sabtu, 5 Juli 2025, tercatat dua penerbangan terbang di atas zona eksklusi tanpa izin yang sah. Keduanya dicegat oleh pesawat A-29 Super Tucano, yang kemudian menggiring pesawat tersebut keluar dari area terlarang setelah memverifikasi rencana penerbangan mereka.

Selain itu, kasus ketiga dilaporkan di mana sebuah helikopter ilegal segera meninggalkan zona terbatas setelah mendeteksi keberadaan A-29, yang kemudian mendarat di area terisolasi. Lokasi pendaratan kemudian telah dikomunikasikan kepada pasukan keamanan di darat.
Pengerahan pasukan udara ini merupakan bagian dari kerangka kerja yang dikoordinasikan olehCommand of Aerospace Operations (COMAE) dan Department of Airspace Control (DECEA), sesuai dengan Keputusan 12.542 tanggal 1 Juli 2025, yang mengatur tindakan Sistem Pertahanan Dirgantara Brasil (SISDABRA) selama acara-acara penting seperti Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral BRICS dan Pertemuan Puncak BRICS.
Satu Pesawat dengan Dua Label Nama, “EMB-314 dan A-29” Super Tucano, Ini Penjelasannya!
Selain pelibatan A-29 Super Tucano, Angkatan Udara Brasil juga melakukan operasi penerbangan berkelanjutan dengan pesawat pengintai elektronik E-99, yang bertugas memantau wilayah udara menggunakan teknologi radar canggih. Elemen pertahanan udara lainnya juga mencakup jet tempur F-5M Tiger, pesawat tanker KC-390 Millennium, helikopter H-60L Black Hawk, dan platform lain untuk memastikan respons cepat terhadap ancaman udara apa pun.
Sebagai bagian dari protokol keamanan, tiga zona eksklusi udara ditetapkan (putih, kuning, dan merah), di mana setiap penerbangan harus memenuhi persyaratan ketat, seperti menyerahkan rencana penerbangan yang lengkap, menjaga transponder tetap aktif, dan menjaga kontak konstan dengan kontrol lalu lintas udara.
Masuk tanpa izin dapat mengakibatkan pesawat diklasifikasikan sebagai pesawat mencurigakan atau bermusuhan, dengan penerapan Tindakan Pemolisian Wilayah Udara (MPEA) yang sesuai.
Dengan operasi ini, Brasil menegaskan kembali komitmennya terhadap keselamatan udara, kedaulatan nasional, dan perlindungan delegasi internasional yang berpartisipasi dalam KTT BRICS, salah satu forum politik dan ekonomi paling relevan dalam lanskap global saat ini. (Gilang Perdana)

