Gawat! Kongres AS Blokir Mesin GE F110 KAAN, Pesanan Jet Tempur Stealth Indonesia Terancam Molor
|Rencana besar Indonesia untuk mengakuisisi 48 unit jet tempur stealth KAAN sepertinya akan ‘terganggu’ atas keputusan dari Kongres Amerika Serikat. Seperti diutarakan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, yang mengonfirmasi bahwa Kongres Amerika Serikat (AS) menahan persetujuan ekspor mesin General Electric (GE) yang krusial untuk program jet tempur KAAN yang saat ini tengah dikembangkan Turkish Aerospace Industries (TAI).
Baca juga: Kesepakatan Naik Level, Indonesia Resmi Teken Kontrak Pembelian Jet Tempur Stealth KAAN
Mengutip Middle East Eye (24/9/2025), keputusan Kongres AS terkait dengan lisensi ekspor untuk mesin GE F110, yang saat ini digunakan untuk menggerakkan prototipe awal KAAN (terbang perdana menggunakan mesin F110). Menurut pernyataan dari pihak Turki, Kongres AS telah menghalangi atau menunda otorisasi yang diperlukan untuk pengiriman mesin-mesin tersebut dan, yang lebih penting, untuk perjanjian produksi bersama (co-production) di masa depan.
Penahanan ini dilihat oleh Ankara sebagai bagian dari ketegangan berkelanjutan dalam hubungan pertahanan AS-Turki, yang sebagian besar dipicu oleh akuisisi sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia oleh Turki. Penahanan ini tampaknya merupakan perpanjangan dari pembatasan yang diberlakukan di bawah sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act).
Meskipun Turki berencana mengembangkan mesin dalam negeri sepenuhnya (indigenous engine) TS-35000 untuk versi produksi massal KAAN di masa depan (ditargetkan sekitar tahun 2030-an), penolakan mesin F110 ini dapat menghambat jadwal pengujian penerbangan dan produksi awal (Block 0 dan Block 1) yang awalnya akan mengandalkan mesin GE tersebut.
Hubungan antara Turki dan AS berada dalam fase yang sering disebut “naik-turun” (transactional), di mana ada perbaikan yang signifikan, namun masalah struktural lama masih membayangi. Meski hubungan membaik di tingkat eksekutif, masalah berlanjut di tingkat legislatif (Kongres).
Perbaikan hubungan AS dan Turki terlihat dari kesepakatan besar yang melibatkan pemerintah eksekutif (Presiden Biden dan Presiden Erdoğan), yaitu persetujuan dari AS yang akhirnya menyetujui penjualan jet tempur F-16 baru dan kit modernisasi ke Turki, dan langkah Turki meratifikasi aksesi Swedia ke NATO.
Turki Setujui Masuknya Swedia dan Finlandia Menjadi Anggota NATO, Tapi ada Syaratnya
Namun, masalah mesin KAAN (dan teknologi sensitif lainnya) umumnya ditahan di tingkat Kongres AS. Anggota Kongres, yang sangat skeptis terhadap Turki, memiliki kekuasaan besar untuk menahan otorisasi lisensi ekspor pertahanan, terutama untuk teknologi yang dianggap “mahkota permata” (seperti mesin jet tempur). Kongres mempertahankan sikap keras ini karena dua masalah fundamental, yaitu pembelian S-400 Rusia dan kekhawatiran atas kebijakan luar negeri Turki.
KAAN adalah jet tempur generasi kelima, dan mesin F110 adalah teknologi legacy (lama) yang digunakan sebagai solusi sementara. Permintaan Turki bukan hanya untuk membeli mesin, tetapi juga untuk co-production (produksi bersama) lisensi di dalam negeri, dan memberikan hak produksi bersama teknologi kunci kepada negara yang hubungannya masih tegang dengan Kongres dianggap terlalu berisiko.
Dengan penolakan ini, maka Turki harus segera mengalihkan fokus dari penerbangan uji coba intensif ke mencari mesin alternatif. Hal ini hampir pasti akan menyebabkan keterlambatan dalam jadwal uji coba, sertifikasi, dan produksi awal KAAN. Bagi Indonesia, keterlambatan produksi awal KAAN akan menunda waktu pengiriman yang diharapkan.
TS-35000
Tanpa mesin dari GE F110, maka Turki harus bekerja keras untuk menyelesaikan uji coba mesin baru produksi dalam negeri. Saat ini mesin buatan Turki (TS-35000) belum selesai dikembangkan dan diuji. Jika dipaksakan, risiko teknis akan meningkat, dan target integrasi tahun 2030-an bisa lebih lama.
Demi Jet Tempur Stealth KAAN, Turki Mohon ke AS untuk Bisa Memproduksi Mesin GE F110
TS-35000 dikembangkan oleh TUSAŞ Engine Industries (TEI), anak perusahaan Turkish Aerospace Industries (TAI) yang bergerak di bidang mesin, dengan dukungan dari pemerintah Turki. Mesin TF-35000 ditargetkan siap diintegrasikan dan digunakan pada versi KAAN untuk produksi massal (Block 2 dan seterusnya), menggantikan ketergantungan sementara pada mesin impor (seperti GE F110 dari AS).
Selain pasokan dari AS dan mesin produksi dalam negeri, maka opsi lain adalah melakukan negosiasi dan integrasi mesin baru dari negara lain (seperti Rolls-Royce Inggris atau pemasok non-Barat lainnya), tapi itu memerlukan waktu desain ulang dan uji coba yang panjang. Ini berarti biaya dan jadwal akan membengkak. (Bayu Pamungkas)
Terungkap! Prototipe Kedua Jet Tempur KAAN (P1) Lebih Kecil: Ini Alasan Desain Stealth Turki Diubah
Bisa malah membuat pengembangan TF-35000 lebih cepat masuk tahap operasional.
Daripada si Ngibul bin Halu yg sok bilang Indonesia beli J-10C dengan itungan ngawurnya. 3% besar itu acuannya apa? Karat emas kok disamakan dengan jatuhnya pesawat.
Harusnya perbandingan yg setara misal persentase jatuhnya F-35B dibandingkan dengan Su-35 atau Rafale misalnya. Itu karena sama-sama sudah diproduksi massal. Jangan juga dibandingkan dengan J-35 karena itu masih prototipe ya tuan Ngibul PhD. Hhhhhhhhhhh
Mending nunggu kf21 block 3 aja dah, biar ada kesamaan logistik