Terbang 37 Jam Nonstop, Inilah Rahasia Ketangguhan Pembom Stealth B-2 Spirit Dalam Operasi Midnight Hammer

Bukan enam, jumlah pembom stealth B-2 Spirit yang melakukan serangan ke fasilitas nuklir Iran di Fordow ada tujuh unit, sehingga total yang dijatuhkan armada B-2 mencapai 14 unit bom penetrator GBU-57 Massive Ordnance Penetrators (MOP). Terlepas dari sukses atau gagalnya pemboman tersebut, namun ada aspek menarik yang layak dicermati dari Operasi Midnight Hammer, yakni B-2 terbang nonstop selama 37 jam dalam serangan jarak jauh ke jantung Iran.
Berdasarkan informasi resmi dari Pentagon yang dikutip Businessinsider.com, tujuh unit B‑2 Spirit lepas landas dari basis dari 509th Bomb Wing, Whiteman Air Force Base, Missouri, pada malam hari sebelum menuju sasaran di Iran via beberapa kali pengisian bahan bakar di udara (air refueling).
Mengingat lalu lintas di Whiteman Air Force Base mudah dipantau publik, maka dilakukan manuver pengelabuan, yaitu beberapa B‑2 juga didaratkan ke Pacific (seperti Guams/Pacific) untuk mengecoh, membuat deteksi awal seolah misi menuju wilayah lain. Sementara penerbangan nonstop panjang ( total 37 jam) melewati wilayah udara aman dengan beberapa kali mid-air refueling, sebelum akhirnya memasuki wilayah Iran untuk memuntahkan 14 GBU‑57 MOP pada target di Fordow dan Natanz.
Misi B-2 dalam Operasi Midnight Hammer dilaporkan berlangsung sekitar 37 jam nonstop, mulai dari lepas landas di Whiteman AFB, penerbangan 18 jam ke Iran (dengan air refueling), serangan, dan kembali mendarat di Whiteman AFB, bila dikalkulasi jarak rutre pulang-pergi (round-trip) antara 24.000 km – 25.000 km.
B-2 bombers return home after US hits Iran nuke sites pic.twitter.com/JhDSlg5Xk0
— New York Post (@nypost) June 22, 2025
Dengan kecepatan jelajah 900 km per jam dan terbang di ketinggian jelajah operasional 15.000 meter (sekitar 50.000 kaki), armada B-2 dapat terbang dengan perlindungan dari banyak sistem hanud (pertahanan udara) lawan, efisiensi bahan bakar optimal dan dukungan stealth maksimal karena mengurangi IR signature.
Meski begitu, 37 jam nonstop bukanlah pencapaian tertinggi untuk endurance B-2. Pada saat Operasi di Afghanistan (Operation Crescent Wind di 2001), B-2 pernah terbang nonstop selama 44,3 jam.


Lepas dari hal di atas, penerbangan dengan endurance 37 jam sudah barang tentu membutuhkan kesiapan awak yang tinggi. Kokpit B-2 dirancang untuk mendukung operasi yang panjang, dengan ketentuan untuk rotasi tidur, makanan, dan hidrasi, memastikan pesawat dan pilotnya dapat menyelesaikan misi yang sangat panjang dengan aman.
Diproduksi oleh Northrop Grumman, B-2 Spirit ditenagai empat mesin turbofan General Electric F118-GE-100. Mesin ini dirancang untuk beroperasi pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin jet afterburning, sehingga mengurangi keausan dan tekanan. Desain subsoniknya memungkinkan mereka memberikan dorongan yang konsisten dalam jangka waktu yang lama.
“Show of Force”, 12 Unit Pembom Stealth B-2 Spirit Lakukan Elephant Walk dan Terbang Bersamaan
B-2 dilengkapi dengan sistem pemantauan mesin yang canggih. Fitur ini melacak suhu dan kinerja mesin, memberi tahu kru untuk menyesuaikan pengaturan daya sesuai kebutuhan. Manajemen berkelanjutan memastikan mesin tetap berada di bawah ambang batas kelelahan bahkan pada penerbangan beberapa hari.
Desain sayap terbang (flying wing) mengurangi hambatan aerodinamis, membantu menjaga penghematan bahan bakar. Bentuk siluman tidak hanya menghindari deteksi radar tetapi juga mengoptimalkan aliran udara di atas mesin, berkontribusi pada pengoperasian mesin yang lebih halus dan lebih dingin. (Gilang Perdana)
Hari ini 17 Tahun Lalu, Pembom Stealth B-2 Spirit Seharga US$1,4 Miliar Jatuh di Guam


Berkaca pada serangan US ke Iran atas fasilitas tenaga nuklir Iran, kita perlu berhati-hati dalam hal ini.
Keputusan kita untuk membangun pembangkit tenaga nuklir dengan Rusia sebenarnya mengandung resiko bisa dituduh sebagai senjata pemusnah massal oleh US di kemudian hari.
Sebenarnya jika kita tidak membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, negeri kita punya sumber daya yang melimpah yaitu sinar matahari, angin dan geotermal.
Untuk tenaga surya dan tenaga angin itu China punya teknologinya. China adalah produsen panel surya terbesar di dunia menguasai 70% pasar global untuk penyedia panel surya. Sedangkan untuk tenaga angin, China juga adalah produsen turbin angin terbesar di dunia malah tiga kali lipat dari US. Kenapa kok kita malah berpaling ke Rusia untuk tenaga nuklir padahal Rusia punya pengalaman buruk di Chernobyl.
Hanud Iran itu sudah banyak yang dihabisi Mossad, jadi tidak heran pesawat US dan Israel bisa lalu lalang di Iran.
Serangan ini menunjukkan kemampuan serangan USA hanya dalam hitungan jam setelah konflik dimulai atau bahkan sebelum konflik dimulai. Tingkat kerusakan, tingkat serangan dadakan dan kemampuan adaptasi serangan dalam kondisi tertentu seperti menyerang bungker yg kuat dan dalam di berbagai sudut bumi.
Yang paling mencengangkan adalah kemampuannya untuk menembus pertahanan udara negara yg dianggap kuat dan memiliki sistem hanud sekuat Rusia atau China. Jika itu Indonesia pasti kurang dari 1 jam Ruang udara Indonesia sudah dikuasai oleh musuh sekuat USA ditambah sekutunya. Lihat, Rusia dan China saja tidak mampu men support Iran sedangkan USA Dan sekutunya masih leluasa mensupport Ukraina. Indonesia sebetulnya harus lebih dekat ke USA dan OECD daripada bergabung dengan Rusia, China dan BRICS. Apakah Indonesia tidak ingat dg apa yg menimpa Sukarno tahun 65?