Dubai Airshow 2025: Tejas Dilanda Badai Pasca-Jatuh, JF-17 Rebut Peluang di Pasar Jet Tempur Ringan

Dubai Airshow 2025 (17 – 21 November 2025) menjadi panggung bagi dua narasi kontras yang memengaruhi persaingan jet tempur ringan global. Di satu sisi, jet tempur HAL Tejas India menghadapi krisis kepercayaan pasca-kecelakaan fatal. Di sisi lain, JF-17C Thunder Block III Pakistan/Cina berhasil membangun momentum positif, menarik perhatian pembeli potensial di Timur Tengah dan Afrika.
Baca juga: Dubai Airshow 2025: Jet Tempur India Tejas Jatuh Saat Manuver “Complex Roll”, Pilot Gugur di Lokasi Kejadian
Laporan dari The Hindustan mengenai potensi pembatalan atau peninjauan ulang pesanan Tejas oleh Armenia adalah pukulan telak bagi program ekspor pertahanan India (Defense Export Promotion).
Armenia pertama kali menyatakan ketertarikan serius terhadap Tejas pada sekitar tahun 2021-2022, sebagai bagian dari upaya mendiversifikasi persenjataan militer mereka, menjauh dari ketergantungan historis pada Rusia. Armenia dilaporkan berencana mengakuisisi sekitar 18 unit Tejas Mk-1A. Nilai kontrak potensial ini diperkirakan mencapai $1,1 miliar Dolar AS, menjadikannya salah satu kesepakatan ekspor pertahanan India terbesar yang pernah ada dan penembus pasar yang vital bagi Tejas.
Kecelakaan yang menewaskan Wing Commander Namansh Syal pada 21 November 2025 terjadi di hadapan mata para delegasi militer dan pembeli potensial. Waktu kejadian ini adalah yang terburuk, secara instan merusak narasi India mengenai kedewasaan (maturity) dan keandalan operasional Tejas.
Laporan bahwa Armenia, yang merupakan breakthrough ekspor terbesar Tejas, sedang mengkaji ulang, mencerminkan kekhawatiran yang sah dari pembeli. Hilangnya pilot dan potensi masalah teknis yang diisukan memaksa pembeli untuk mempertanyakan tiga hal: Desain (Safety), Keandalan (Reliability), dan Dukungan Logistik Jangka Panjang. Setback ini dapat memperlambat negosiasi Tejas dengan negara-negara lain, seperti Filipina atau Malaysia, yang memerlukan kepastian keselamatan sebelum berkomitmen pada platform baru.
Momentum JF-17C Block III
Kontras dengan tragedi Tejas, JF-17C Thunder Block III, yang diproduksi bersama oleh Pakistan Aeronautical Complex (PAC) dan Chengdu Aircraft Corporation (CAC) Cina, dilaporkan menuai respons positif.
Varian terbaru JF-17 menawarkan peningkatan signifikan, termasuk radar AESA (Active Electronically Scanned Array), integrasi HMDS (Helmet-Mounted Display System), dan rudal dengan kemampuan beyond-visual-range (BVR) yang ditingkatkan. Fitur tersebut menempatkan JF-17 setara dengan jet tempur generasi 4.5.
JF-17 selalu diunggulkan karena harga jual yang sangat kompetitif dan ketersediaan pasokan yang stabil dari Tiongkok. Dalam pasar yang mencari solusi yang terjangkau dan cepat tersedia, JF-17 memberikan jawaban yang jelas.
Kabar mengenai adanya “pesanan potensial” dari negara yang dirahasiakan di Dubai Airshow menunjukkan bahwa JF-17 berhasil memanfaatkan celah pasar yang dibuka oleh insiden Tejas. Negara-negara kecil seringkali membandingkan dua platform ini (Tejas dan JF-17) secara langsung, dan timing positif JF-17 adalah keuntungan politik dan bisnis.
Dua fenomena ini memperjelas dinamika sengit dalam pasar jet tempur ringan, di mana persepsi publik dan catatan keselamatan adalah segalanya. Jika India ingin melanjutkan upaya ekspor Tejas, penyelidikan yang cepat, transparan, dan meyakinkan mengenai penyebab kecelakaan adalah hal yang mutlak.
Sementara itu, Pakistan dan Cina kemungkinan akan mendorong JF-17C lebih agresif untuk mengunci pesanan dari pasar yang kini melihat JF-17 sebagai platform yang lebih siap dan aman. (Gilang Perdana)
Diboyong ke Inggris, Pakistan Bangga Tampilkan Jet Tempur JF-17C Thunder Block III di RIAT 2025


“Kabar mengenai adanya ‘pesanan potensial’ dari negara yang dirahasiakan di Dubai Airshow menunjukkan bahwa JF-17 berhasil memanfaatkan celah pasar yang dibuka oleh insiden Tejas.”
Menurut laman luar seperti Defence Security Asia, negara sahabat yang dirahasiakan itu kemungkinan besar adalah Bangladesh