Cina Kerahkan “Walker”, Robot Humanoid untuk Pantau Wilayah Perbatasan Vietnam

Di Indonesia, robot humanoid telah diperkenalkan oleh Polri, yakni saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 pada Juli 2025 di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Namun, lain halnya dengan di Cina, robot humanoid tak sebatas ditampilkan dalam defile, robot humanoid telah diadaptasi untuk keperluan taktis, seperti untuk tugas memantau wilayah perbatasan.
Baca juga: Tampil ala Cyborg, Pasukan Infanteri Cina Dilengkapi Eksoskeleton ‘Robotic Suite’
Cina telah memperlihatkan komitmen serius dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk keamanan nasional. Salah satu langkah paling signifikan adalah pengujian dan pengerahan robot humanoid canggih, yang dikembangkan oleh perusahaan terkemuka UBTech Robotics, untuk menjalankan tugas pemantauan di wilayah perbatasan yang luas dan seringkali keras.
Seperti dikutip dari South China Morning Post – scmp.com (25/11/2025), telah meraih kontrak US$37 juta untuk penggelaran robot humanoid dengan kemampuan navigasi bipedal (dua kaki) di wilayah perbatasan Vietnam. Inisiatif dalam kontrak ini adalah Walker S2, yang disebut-sebut sebagai robot humanoid pertama di dunia yang mampu mengganti baterainya sendiri.
Inisiatif percontohan ini akan menempatkan robot humanoid di perbatasan untuk memandu wisatawan, mengelola arus personel, patroli, operasi logistik, dan layanan komersial. Robot-robot tersebut juga akan melakukan inspeksi di lokasi manufaktur baja, tembaga, dan aluminium. Pengiriman diperkirakan akan dimulai pada bulan Desember ini.
![]()
UBTech menargetkan pengiriman 500 robot humanoid pada akhir tahun, dengan rencana untuk meningkatkan produksi sepuluh kali lipat tahun depan, dengan target 10.000 unit pada tahun 2027.
Selama KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai tahun ini di kota pelabuhan utara Tianjin, otoritas imigrasi mengerahkan robot multibahasa yang dikembangkan oleh iBen Intelligence yang berbasis di Beijing. Awal tahun ini, Bea Cukai Shenzhen menyatakan telah mengintegrasikan model bahasa besar dari perusahaan rintisan AI terkemuka, DeepSeek, ke dalam robot inspeksi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan memverifikasi informasi kargo.
Robot patroli polisi juga telah terlihat di jalanan Shenzhen, Shanghai, dan Chengdu. Robot-robot ini sering ditampilkan di media Cina sebagai simbol pertumbuhan industri intelijen terpadu negara tersebut dan komitmennya untuk memajukan “kekuatan produktif baru yang berkualitas”.
Pasukan Infanteri Cina Kolaborasi dengan Robot Anjing dan Drone FPV Dalam Latihan Serbu ‘Live Fire’
UBTech Walker
Robot yang paling sering dikaitkan dengan proyek patroli perbatasan ini adalah seri Walker dari UBTech. Walker adalah robot humanoid yang dirancang untuk tugas-tugas kompleks dan memiliki kemampuan yang jauh melampaui robot industri tradisional. Walker dapat berjalan, naik-turun tangga, dan bermanuver di permukaan yang tidak rata. Kemampuan ini vital di pos perbatasan yang seringkali melibatkan infrastruktur bertingkat dan medan yang tidak rata.
Robot ini dilengkapi dengan kamera resolusi tinggi, sensor termal (thermal imaging), dan LIDAR, memungkinkannya memindai dan memetakan wilayah perbatasan, mendeteksi penyusup, atau mengidentifikasi perubahan di lanskap, baik siang maupun malam.
Startup Australia Tampilkan CODiAQ: Robot Anjing dengan Peluncur Granat dan Penargetan Berbasis AI
Robot ini mampu mengirimkan data real-time ke pusat komando dan dapat berinteraksi dengan infrastruktur perbatasan tetap (seperti membuka pintu atau mengoperasikan panel kontrol) yang dirancang untuk manusia.
Perbatasan Cina–Vietnam ditandai dengan medan pegunungan terjal, bukit-bukit kapur, dan hutan lebat. Medan seperti ini seringkali tidak dapat diakses oleh kendaraan beroda tradisional atau bahkan robot berantai. Kemampuan navigasi bipedal robot humanoid (seperti Walker) yang dapat meniru gerakan manusia—berjalan di atas batu, naik tangga, dan melewati vegetasi padat—menjadi keunggulan krusial.
Wilayah ini rentan terhadap kegiatan penyelundupan dan migrasi ilegal. Mengerahkan robot humanoid yang dilengkapi sensor termal dan optik canggih memberikan kemampuan pemantauan yang konsisten dalam kondisi kelembapan tinggi dan suhu yang bervariasi, di mana personel manusia mungkin kelelahan atau menghadapi risiko keamanan yang tinggi. (Gilang Perdana)
Militer Cina Luncurkan Drone Intai Seukuran ‘Nyamuk’, Beratnya Hanya 0,3 Gram!



Robot seperti ini jika dijadikan teaming dengan pasukan manusia atau bergerak secara otonom akan menjadikannya ancaman dimasa depan karena dengan robot seperti ini dengan biaya dibawah USD 10.000 akan bisa mengubah jalannya perang dimasa depan.
Memiliki 1.000.000 robot saja hanya membutuhkan USD 10 Billions. Itu akan sangat mengurangi biaya gaji dan pelatihan. Belum jika ada kecelakaan atau kerusakan. Seorang prajurit biasa jika mengalami luka di medan tempur pasti membutuhkan biaya perawatan yg tidak sedikit. Sedangkan robot bisa diperbaiki secara terus menerus jika sparepartnya masih ada dan jika sudah tidak bisa maka robot tersebut akan dibuang atau dijadikan robot bom kamikaze.
Sangat mengerikan dan mengganggu sekali apalagi jika robot tersebut mempunyai sistem yg bisa memperbaiki diri setelah terkena ledakan EMP.
Di kita kan sudah ada walau baru defile, ke depannya sudah saatnya untuk adaptasi ke lingkungan nyata yaitu menyekat titik-titik yang diyakini sebagai ‘jalur tikus’ di perbatasan darat dengan negara tetangga