AU Thailand Rayakan Satu Dekade Pengoperasian Jet Tempur Gripen
|7 Juli 2021 menjadi tanggal bersejarah bagi Angkatan Udara Kerajaan Thailand – Royal Thai Air Force (RTAF), pasalnya di tanggal tersebut telah tercapai satu dekade usia pengoperasian jet tempur GripenC/D.
Dikutip dari Saab.com, perayaan 10 tahun pengoperasian Gripen digelar di Lanud (Pangkalan Udara) Surat Thani yang menjadi basis armada Gripen selama ini. Thailand memiliki status unik, yaitu bukan sebatas pengguna Gripen, tetapi juga sebagai pemilik dan operator sistem pertahanan udara yang terintegrasi lengkap dari Saab.
Disebut sebagai sistem yang lengkap, lantaran Thailand menggabungkan peran skadron tempur Gripen dengan pesawat peringatan dini Saab 340 Erieye, semuanya terintegrasi dengan sistem datalink nasional yang menghubungkan berbagai macam aset di udara, di darat dan di laut. Selain itu,elemen ground based air defence sysrem yang dioperasikan angkatan darat juga beberapa menggunakan produk Saab, sebut saja radar intai Giraffe dan rudal hanud SHORAD RBS-70.
Saab hadir di Thailand sejak pertengahan 1980-an, yaitu dengan memasok senjata bantu infanteri seperti roket anti tank Carl-Gustaf, radar Giraffe dan sistem rudal RBS-70. Saab kemudian mendirikan kantor perwakikan di Bangkok pada tahun 2000, yang bertepatan dengan langkah pertama dalam rencana Thailand untuk memodernisasi pertahanan udaranya. Di tahun 2004 tim AU Thailand tiba di Swedia untuk mengevaluasi Gripen di Wing 7, Stenas.
Dari sejarahnya, program Gripen Thailand dikenal sebagai ‘Peace Suvarnabhumi’ yang mulai berjalan pada tahun 2008 dan dibagi menjadi dua bagian; enam Gripen dikirimkan pada tahun 2011 diikuti oleh enam lainnya pada tahun 2013. Gripen pertama terbang di Surat Thani pada bulan Maret 2011. AU Thailand dapat mengumumkan kekuatan operasional enam pesawat. hanya empat bulan kemudian, yaitu pada Juli 2011.
Sementara Erieye pertama telah tiba pada Desember 2010 sehingga kemampuan pesawat peringatan dini itu tersedia untuk mendukung pasukan Gripen dan otoritas nasional.
Meski AU Thailand mengoperasikan armada F-16 Fighting Falcon, namun yang kerap ditonjolkan justru Gripen. Ini terbukti dari beberapa kali latihan udara Pitch Black di Darwin, Australia, yang rajin diboyong Negeri Gajah Putih adalah Gripen C/D. Pada Pitch Black 2018, Gripen Thailand dari Skadro 701 merayakan pencapaia 10.000 jam terbang.
Baca juga: Jajal Dogfight, J-11 (Sukhoi Su-27) Kalah Telak dari Gripen, Ini Dia Sebabnya!
Pada tahun 2016, sempat terjadi berita heboh, yaitu saat dikabarkan Gripen Thailand berhasil mengalahkan jet tempur Shenyang J-11 (Sukhoi Su-27) milik AU Cina dalam suatu latihan dogfight di Lanud Korat, Thailand. Jumlah armada Gripen Thailand saat ini ada 11 unit, setelah satu unit jatuh dan total lost pada AirShow 14 Januari 2017. (Bayu Pamungkas)
Klo Gripen duel dng F-16. Sdh busa dipastikan si aki2 F-16 bakal nyungsep duluan. Sebab Gripen dibekali rudal meteor yg jangkauannya dan akurasinya lebih maknyus dari si elang botak tua itu.
Keknya Thailand kagak punya meteor
Thailand aja punya AEWACS.
Lha kita…..
Apakabar Rafale, F-15….??
Tp jaduL bung, Yg dominan ya gripen & F-16 nya…
rencana kedepan kok tdk terdengar ya pembelian twin engine, justru AL yg berambisi punya kasel
Kita datalinknya gado-gado kebanyakan merek
Ini bisa dibeli dengan TOT-nya enggak?
Mengapa AU thailand tak memiliki fighter twin engine?
Ada ,F 5 Tiger & Alpha jet.
kecepatan mgkn gak terlalu dpentingkan, yg penting penguncian jarak jauh, helm dogfight. kalau twin engine mgkn baiknya pswt sedikit tidak usah banyak utk mencegat. karena one engine lbh cocok patroli lbh mudah mencegat dan melock dari jauh.. kan bisa dipasang tank bensin di sayap.kl twin engine memiliki kelemahan, boros bbm, biaya perawatan terlalu mahal, cepat rusak