Saab dan Raytheon Kembangkan Carl Gustaf dengan Pemandu Laser
|Jagad pemerhati alutsista pastinya telah mengenal Carl Gustaf, recoiless rifle yang namanya dapat disandingkan dengan popularitas granat berpeluncur roket RPG (Rocket Propelled Grenade)-7 yang namnanya telah mendunia, Carl Gustaf jelas mencitrakan keunggulan senjata bantu infanteri asal Swedia. Mulai digunakan sejak 1948, hingga kini empat varian telah dirilis oleh Saab Bofors Dynamics, termasuk Carl Gustaf M2 yang telah digunakan satuan elite TNI.
Baca juga: Carl Gustaf M2 – Sudah Eksis di Indonesia Sejak Era 60-an
Di tangan pasukan infanteri Amerika Serikat, nama Carl Gustaf pun terbilang mahsyur, dalam operasi pertempuran di Irak dan Afghanistan, Carl Gustaf terbilang masif digunakan sebagai senjata anti perkubuan. Versi terbaru yang dirilis adalah Carl Gustaf M4 yang punya bobot sekitar 7 kg dan terbuat dari bahan karbon fiber dan titanium. Update antar model tentu tak sekedar pada efek pengurangan bobot, tapi juga mencakup hal teknis, seperti sistem bidik dan nilai ergonomis.
Namun, sebagai pengguna terbesar Carl Gustaf, rupanya AS ingin agar Carl Gustaf bisa punya kemampuan lebih. Bila aslinya, Carl Gustaf adalah senjata anti tank tanpa pemandu, maka lewat kolaborasi antara Saab Bofors Dyanamics dan Raytheon Missile Systems, kini tengah dilakukan serangkaian uji coba penembakan Carl Gustaf dengan sistem pemandu dalam proyek Guided Carl Gustaf Munition (GCGM). Dikutip dari Janes.com (31/10/2019), disebutkan ini merupakan upaya pertama kali memberikan sentuhan pemandu pada amunisi 84 mm Carl Gustaf.
Sebagai informasi, Carl Gustaf adalah senjata anti tank yang reusable, artinya senjata ini dapat dipakai berulang-ulang, alias pelontar dapat diisi ulang dengan peluru/proyektil. Dalam proyek GCGM, Saab dan Raytheon menggunakan basis peluncur Carl Gustaf M4 /M3E1(A1) Multi-role Anti-armour, Anti-personnel Weapon System (MAAWS). GCGM sendiri merupakan wujud konkrit kerja sama Saab dan Raytheon yang telah ditandatangani pada November 2017 untuk pengembangan Ultra Light Munition (ULM).
Carl Gustaf berpemandu alias GCGM mengusung sistem pemandu semi active laser (SAL)/INS. Jarak tembak Carl Gustaf next generation ini efektif mulai dari 30 meter sampai 2.000 meter dengan circular error probability di bawah 1 meter. Carl Gustaf GCGM dapat ditembakan dari ruang tertutup dan mampu menyasar pada beragam target, seperti light armour, personnel, concrete structures dan bunkers.
Amunisi GCGM ditempatkan dalam cylindrical canister yang dimasukan ke dalam peluncur Carl Gustaf. Amunisi GCGM beroperasi dengan pemandu SAL berkat integrasi dengan Raytheon 40 mm Pike guided munition. Bila Raytheon menyumbangkan teknologi pemandu pada proyek ini, maka Saab Bofors menawarkan apa yang disebut multi-purpose tandem warhead dengan low launch signature rocket motor system (tanpa jejak asap).
Baca juga: LRAC 89 TNI AD – Roket Anti Tank Penghancur Perkubuan Lawan
Dengan sistem pemandu laser, mulai dari tahapan pembidikan sasaran hingga pengenaan sasaran di jarak 2.000 meter membutuhkan waktu kurang dari 12 detik. Proyektilnya sendiri melesat dengan kecepatan 290 meter per detik. Tahapan selanjutnya, Carl Gustaf GCGM akan masuk tahapan uji coba penuh pada musim semi 2020. (Gilang Perdana)
Bungkus
Battle proven Carl gustaf deh kayaknya. Namanya malah udah kondang sejak tahun 1946 dengan nama carl gustav M1. Soal klaim mampu menghancurkan semua pentolan lapis baja nato kayaknya berlebihan.
Sekedar informasi M3 atau lebih tepatnya semua amunisi tandem shaped cone penetrator di pasaran saat ini dapat menembus lapisan 1200 mm RHA/sloped armour.
Kebanyakan Tank warisan Soviet hanya memiliki ketebalan armour 950mm (belum di tambah ERA).
Jd hampir bisa dikatakan 1 munisi non guided M3 bisa di pastikan menjebol tank russia.
Amunisi shaped cone penetrator bukan teknologi baru. Udh ada sejak perang dunia ke 2. Tapi jika di kombinansi dengan tandem shaped dan bisa dipandu untuk mengenai sasaran maka bisa lain ceritanya. Itu di namakan sepupu jauh kerabat dekat ANTI TANK JAVELIN atau Pakdenya Rudal anti tank berpandu KORNET.
Kalo CG M1 memang sdh kondang bung Step, sama dng RPG-7. Hanya yg kita bandingkan dng artikel diatas itu yg seri M4 dng RPG-32 yg saat ini dipakai di perang yaman.
Masih lebih unggul RPG-32 “Barkaz” milik Rusia yg sdh betel prupen dan mampu menjangkau sasaran hingga 3,7 Km. RPG-32 sanggup melibas dan menghancurkan MBT seperti M1A2 Abrams, Challenger 2 dan Leopard 2A7 maupun Lecler.
Persenjataan Rusia pastinya Strooong Bingiiiittt
barkaz itu cuma 350 m jarak tembaknya, yang 3700 mm itu penetrasi ke dalam tanah (ketebalan gua) bisa baca bahasa inggris nggak, ERA 650 mm, non ERA 750 mm, bangunan beton 1500 mm.
jangan terlalu byk ngimpi bro, RPG-32 maseh pakai collimator sight manual,tak sebanding dengan tulisan diates, bikin jengkel banget aje kmau, klou ngaco mendingan bale saje ke kampung sebelah sane, kasihan sepi
Itu peralatan optional aja dek. Aslinya Carl Gustaf adalah senjata anti tank tanpa pemandu.
Kalo mau ditambah2 spt diartikel yg diatas bisa saja spt Nash-Shab Quad pada RPG-32
@bang ruskey mao tanya dong, di bayar berapa si ama pemerintah russia?, kok bisa bela mati-matian gitu ama produk russki?
Justru ente nanya itu ame fans boy barat, udah banyak di bodoh2in us ame barat tp kagak jera,,,si rusky hanya orang yg ingin menyuarakan kekecwaan saja atas produk2 us/barat yg membuat militer indonesia terjun bebas’ kagak ada kelompok begundal seperti kumpulan nato yg ingin menguras SDA suatu negara lalu dia mau mejual produk militernya yg gahar, paling2 yg dijual produk kw kwalitas no.3,,,mikir tu pakai otak bukan pakai dengkul 😊
si rusky bukan dibayar karna bisa begitu …juga bukan karna kesalahan teknis rusaknya keybord….tapi karna kelamaan terendam lumpur makanya isi kepala cairan semua…!!!
Carl Gustaf berpemandu alias GCGM mengusung sistem pemandu semi active laser (SAL)/INS. Jarak tembak Carl Gustaf next generation ini efektif mulai dari 30 meter sampai 2.000 meter dengan circular error probability di bawah 1 meter.
Wow pakai INS jadi bisa nembak U-Turn atau parabolik mantap, machine gun nest jadi makanan empuk carl gustav. berarti ada scope khusus untuk spotter. spotter bisa di kiri, kanan, atau depan target. gunner bisa dimana aja sejauh 2.000 meter.
Di bawah itu ada si komo buduk yang membual kalo Barkas bisa 3,7 km.
https://soldat.pro/en/2018/06/29/rpg-32-barkas-rychnoi-granatomet/
Tertulis “effective range – 200 m, sighting 700 m.”
Itu lho Barkas yang katanya Rusia Strong sampai 3,7 km, ternyata hanya efektif sampai jarak 200 meter!
Jadi makin mirip kemampuannya dgn NLAW atau mirip mini ATGM klo sdh pnya kit pemandu gni. Hanya harga amunisi jatuhnya jd lbih mahal. Carl Gustaf itu terkenal karena akurasinya yg memanfaatkan ulir serta besarnya warhead serta beragam jenisnya. ini yg membuatny semakin sakti. dan yg seri lama ternyata msh bisa melontarkan amunisi jenis baru. klo dlm skenario ambust dlm posisi stelling mungkin paling ok. tapi bwt unit patroli jarak jauh/recce, jelas ini beban besar. makanya wktu baret merah dan tontaipur “msuk kolam’ d aceh, ini barang gk d bwa. lebih milih bw C90 ato PF89 aja sisa stok M80 yugo aja.
Klu jarak 2000 m, amit amit… Sniper sdh lebih dr itu.
Test aja coba apa bisa ancurin MBT leopard 2 A7 kl tes sama tank yg g ke pakai tank tua sama aja. Beli 1 tank baru tes tembak bagaimana daya hancurnya.
Duit sopo ?
Duit SAAB lah masa g punya duit si beli 1 Tank armata tes seberapa damagenya. Kalau d uji m113 buat apa memang mau lawan tank jaman perang dingin? Test tanpa kru d dalam tp kalau ada yg minat jd kru silahkan
Ya samalah ma M1. Carl gustaf m1/m2/m3/m4 itu kan larasnya berupa tabung silinder 84mm dengan ulir/rifling.
Bedanya pada setiap peningkatan versi ditekankan pengurangan bobot dan penambahan aksesoris. Contoh M3 dan M4 laras diganti dengan material baja yg lebih ringan. Tetapi karena lebih ringan tentunya kemampuannya mengatasi pressure akibat proses combustion berkurang. Jd m3 dan m4 sekarang laras ringan tadi dibalut dengan material composite seperti yg ada pada rompi peluru. Campuran antara ceramic dan epoxy. Hasilnya menjadi lebih ringan tetapi memiliki kemampuan yang sama dengan baja dengan ketebalan yg sama pada versi sebelumnya serta memungkinkan untuk ditambah picatinny rail.
Intinya m3 dan m4 masih tetap senjata recoilles gun dengan memanfaatkan laras berulir untuk menciptakan efek spinning saat projectile dimuntahkan dr moncong laras.
Semakin canggih pastinya semakin mahal. Dompet Menhan faktor utama wkwkwkwk. Dan TNI kebanyakan perang di hutan, laser pun kurang efektiv.