Lifetime Extend, Jurus Saab Optimalkan Rudal RBS-70 MK2 Hingga 30 Tahun
|Meski target pengadaan rudal hanud (pertahanan udara) kini diproyeksikan ke segmen rudal jarak sedang (menengah), namun bukan berarti tingkat kesiapan rudal hanud jarak dekat VSHORAD (Very Short Range Air Defence) terabaikan. Guna memenuhi tingkat kesiapan operasional, alutsista rudal SHORAD MANPADS (Man Portable Air Defence System) yang masih serviceable layak untuk dilakukan maintenance secara maksimal. Salah satu yang cukup sukses adalah proyek LTE (Lifetime Extend) yang ditawarkan Saab pada rudal RBS-70 MK2 milik Arhanud TNI AD.
Baca juga: PT Pindad dan Saab Perpanjang Usia Operasional Rudal RBS-70 Arhanud TNI AD
Resminya proyek LTE untuk RBS-70 MK2 TNI AD ditandatangani saat ajang Indo Defence 2014. Sebagai mitra Saab dalam proyek LTE ditunjuk BUMN Strategis PT Pindad. Dan hampir dua tahun berselang, belum lama ini terdengar kembali kabar tentang Saab dan PT Pindad, yakni dalam event one day workshop tentang GBAD (Ground Base Air Defence) di Bandung, Jawa Barat (14/9/2016). Tema GBAD mengusung integrasi senjata (rudal) dan perangkat radar Giraffe dalam satu sistem terpadu.
Baca juga: Giraffe 40 – Radar Intai Mobile Arhanud TNI AD
Dalam workshop yang dihadiri anggota Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) dan dipimpin Wakil Komandan Pussenarhanud, Kolonel Arh I Ketut Sugiartha, adalah upaya lanjutan dari kemitraan strategis antara Saab dan PT Pindad. Pasalnya pada bulan Juni lalu, Direktur Utama PT Pindad saat itu, Silmy Karim menyebut bahwa Pindad akan memproduksi dua jenis rudal anti serangan udara. Diantaranya langsung disebut dari Swedia dan diharapkan dalam waktu dua tahun dapat diproduksi. Sinyal tersebut bertambah kuat saat kunjungan Dirut PT Pindad Abraham Mose ke Stockholm, Swedia, 16 September lalu. Disebut-sebut ada agenda pembicaraan terkait kerjasama produksi rudal RBS-70 NG dan radar Giraffe AMB.
Baca juga: Giraffe AMB – Generasi Penerus Radar Giraffe 40 Arhanud TNI AD
Sementara proses RBS-70 NG sedang berjalan, Saab dalam ajang one day workshop GBAD di Bandung menawarkan solusi komprehensif terkait proyek LTE pada RBS-70 MK2. “Dalam proyek GBAD kami ingin mengalihkan dukungan logistik agar kesemuanya bisa dilaksanakan secara lokal di Indonesia,” ujar Lars Nielsen, Deputy Head of Saab Indonesia kepada Indomiliter.com. Sebagai informasi, standar normal lifetime rudal RBS-70 MK2 adalah 30 tahun. Akan tetapi untuk menjamin kinerja optimal, pada tahun ke -15 perlu dilakukan LTE agar masa 30 tahun dapat dicapai. Setelah itu Saab menyarankan agar rudal di dispose dengan aman.
Lebih lanjut Lars Nielsen menjelaskan, “Pada proyek LTE paling tidak ada lima atau enam komponen pada rudal yang diganti. Namun secara keseluruhan pada mid life test ada lebih dari 100 check point, jadi ini adalah solusi yang cukup komprehensif,” kata Lars. Meski RBS-70 MK2 dilakukan LTE, namun sistem MK2 dipastikan tidak dapat di upgrade ke rudal Bolide, yakni rudal yang digunakan pada platform RBS-70 NG. Bila RBS-70 MK2 TNI AD mendapatkan proyek peremajaan dalam LTE, lain lagi dengan AD Irlandia, RBS-70 milik Irlandia malah mendapat program upgrade, mencakup peningkatan firing units, new simulators, night vision equipment dan associated weapons support.
Baca juga: RBS-70 NG – Menjajal Simulator Rudal Hanud Supersonic Berpemandu Laser
Secara umum, Ada 2 tipe RBS-70 yang dimiliki TNI AD, yakni RBS-70 MK1 dan MK2. Keduanya sama-sama berpengendali laser, yang membedakan terletak pada kemampuan jarak tembaknya, RBS-70 MK1 dapat menghajar target mulai dari 500 – 5.000 meter, sedangkan RBS-70 MK2 bisa mengenai target mulai dari 200 – 7.000 meter. Ketinggian yang bisa dicapai pun berbeda, RBS-70 MK1 bisa melesat hingga ketinggian 3 km, dan MK2 hingga 4 km. Beratnya pun berbeda sedikit, bila MK1 punya bobot 24 kg, maka MK2 beratnya 26,5 kg.
Selain dari bentuk tabung peluncurnya, yang unik dari rudal ini adalah adanya alat bidik berupa teleskop monoculer yang memiliki pembesaran (zooming) hingga 7x. Dengan material yang sifatnya mudah dibongkar pasang, RBS-70 dapat disiapkan dalam waktu tempur sekitar 30 detik, dan waktu isi ulang kurang dari 10 detik. Ditangan awak yang terlatih, waktu reaksi rudal ini hanya 8,5 detik. Dengan kecepatan luncur mencapai Mach 1.6, RBS-70 MK2 mempunyai kemungkikan perkenaan pada target antara 70 – 90 persen.
Baca juga: RBS-15 MK3 – Rudal Anti Kapal Untuk KCR Klewang Class TNI AL
Hingga pertengahan tahun 2015, Saab menyebut telah memproduksi 1.600 peluncur dan 17.000 lebih rudal RBS-70. Indonesia diperkirakan memiliki tak kurang dari 70 peluncur RBS-70 dalam versi MK1 dan MK2. Selain Indonesia, di Asia Tenggara pengguna rudal ini adalah Thailand dan Singapura. Sementara populasi penjualannya telah merambah 19 negara di lima benua. (Haryo Adjie)
Mas errik tajem amat nyinggungnyaa.. ntr blog tetangga yg “ngakunya’ punya inpoh A1 pada kebakaran jenggot lhoo:)
Nyinggung? Loh kita harus optimis bahwa Rusia pun pada akhirnya memberi ToT & lisensi, selain produksi truk. Korsel & Swedia yg kecil aja mau, apalagi Rusia yg militernya hebat2. Pasti belum tau kita punya Kilo ya…
erik blom move-on dari SU35
Pokoknya Rusia setrong deh XD…..
*Vote Putin for President RI 2019!
@admin
Terus kemarin AD juga beli rudal vshorad yang sama-sama berpemandu laser…starstreak, pertimbangannya apa ya?
Kayaknya untuk iklim tropis lebih cocok dg rudal mistral (tapi memang muahaaaaal)….apa gak kepengen menyederhanakan jenis rudal vshorad, misalnya dg 2 tipe saja (1 pemandu EO + 1 pemandu laser)
Jadi teringat dg pernyataan “mantan pangab” yang pengen menyederhanakan jenis alutsista…..sayang ide mulia ini muncul justru ketika di ujung masa jabatannya
@admin
Bung admin, diatas disebut tentang rencana kerjasama produksi rudal RBS-70 NG dan radar giraffe AMB….radar giraffe AMB reputasinya tidak diragukan lagi, tapi bukankah radar ini beroperasi pada “gelombang C”?
Kabarnya “gelombang C” rentan thd cuaca buruk, jadi ketika sdg turun hujan atau beroperasi diwilayah dg kelembaban tinggi, jangkauan deteksinya akan melorot jauh…?
@tukang ngibul
Simple gan, kalo lagi cuaca buruk musuhnya pasti milih ngeloni bini
@admin
Kalo rudal exocet( eks. Bung Tomo) yang gagal waktu uji penembakan tempo hari itu rudal stok TNI AL atau rudal bawaan kapal waktu beli Brunei/Bae…?
Kalau stok lama atau baru, kurang tahu ya. Cuma kalau bawaan dari saat pembelian sepertinya bukan.
bung ini ada video leopard 2RI sedang menembak, mungkin bung admin punya yg lain??
https://www.youtube.com/watch?v=NbI-2YRPnDg
@bung errik lagi nyindir si sales rusia strongking hihihik
wah…salah kamar
congrats to Saab and Pindad.
Tanya, apakah dengan kerjasama SAAB – Pindad ini maka menjadikan Indonesia sebagai satu2nya produsen/perakit rudal pertahanan udara di Asia Tenggara?
lalu bagaimana dengan rudal C-705 yg juga akan diproduksi bekerjasama dengan RRC? Apakah itu juga akan dibuat di Pindad, di Pt.DI, atau membangun pabrik baru? Jika Pindad memproduksi C-705, apakah itu tidak tumpang tindih dengan rencana tawaran RBS-15?
C750 sudah gagal om mendingan dibatalkan saja, c705 itu asalnya proyek TNI-AL bukan Pindad atau pt.DI
Tapi bukankah KCR2 kita sudah diseting untuk bawa rudal2 RRC yg nantinya diproduksi lokal? Dari segi harga juga relatif murah dibanding RBS-15 & rudal2 barat lainnya. Nah, jika dibatalkan, lalu KCR2 yg udah terlanjur dipasang sistemnya lalu gimana?
Setau saya sih sejak awal yg digadang-gadang bawa RBS-15 ya Trimaran Klewang Class. Selain rudal ini disebut bakal di-ToT-kan jika kita beli paket lengkap Gripen NG.
Sama seperti Fregat Thailand dari China Type 025T dan Type 053HT yang dI COPOT semua perangkat China nya, dan diganti dengan Buatan SAAB dan barat lainnya
Masalahnya TNI tidak membaca pengalaman negara lain, jadi asal beli yang MURAH-MERIAH saja
Loh, kalo dicopot & pasang lagi yg buatan barat kan brarti ada biaya penyesuaian/modifikasi. Bukannya jatuhnya jd mahal?
Kalo nggak salah Thailand melirik alutsista2 made in RRC krn harganya relatif murah tapi bisa nyesuaikan sistem barat. Yg made in Rusia emang jauuuuh lebih sulit buat nyambung ke sistem barat (tapi Malaysia beli Sukhoi jeroan barat dgn segala macem kecanggihan (canar, TVC) jatuhnya lebih murah drpd harga yg kita bayar buat sukhoi kita, plus mereka dapet bonus nempatin orang Asia Tenggara pertama ke luar angkasa (latiannya di fasilitas kita) -___-‘).
Ini gosip mungut dimana?
Thailand bukan negara kaya dan gak bodo2 amat sampe copotin perangkat radar dan combat sistem buatan cina.
Dalam pembelian frigat eks. Cina, RTN hanya membeli platform kapalnya, sedang combat sistem, radar dan persenjataan diseragamkan sesuai dg sistem yang terpasang pd kapal perang yang lama.
Kemarin waktu rusia pesen 2 mistral dr perancis, combat sistem dan senjata menggunakan buatan rusia sendiri
@Pocong Merem
Bisa tanya langsung ke mbah dukun Google, banyak bung
atau
saya kasih bocoran ya…….
https://en.wikipedia.org/wiki/Naresuan-class_frigate
@nakedangel
Saya gak ngerti bahasa inggris…tolong tunjukkan aja dibagian mana yang menyatakan thailand mencopot combat sistem dan radar buatan cina?
@Pocong Merem
makanya jangan MEREM terus, akhirnya jadi malas, MELEK dikit kenapa ?
pakai aja terjemahan bahasa indonesia
ngak ada bagian mana. karena 80% cerita adalah tentang upgrade
Licin bagai belut….
SAAB sudah membuka tangan lebar lebar
Bukti ToT sudah dirasakan banyak negara
Termasuk murah untuk menularkan ilmu strategis mereka
Kurang apa lagi ya……………
TTS belum ?
Ehem…. tambah Klewang Class,…. 😀
Tenang aja, Rusia juga akan ngasih ToT kok. Kita udah banyak beli dari mereka & Indonesia itu sahabat utamanya Rusia. Tuh kita aja diijinin beli SU-35, jet tempur tercanggih Rusia saat ini. Hanya yg sahabat utama boleh beli. Negara barat mana mau. Mereka hanya kasih yg bekas2 kayak hercules & F-16.
Dari Rusia kita selalu dapet yg baru2. Rusak dikit, kirim ke pabriknya, dapet ganti yg baru.
Lagian dari SAAB ini cuma Shorad manpads. Nggak ada apa2nya dapet ilmu bikin senjata beginian dibanding nanti dari Rusia. Rencananya kita mau beli S-500 lho. Pabriknya nanti dibuat di sini. Yakhont juga. Tapi kita nggak umumin biar kawasan nggak heboh. Sombong itu bukan ciri kita!
*Hidup Rusia Setrong!!
@Errik Dangkal banget pemikirannya hehehe
Cuma LTE rik.., girang amat..
yaah .. kalo cuman melihat , membaca dan mendengar dari formil yg kadang cuman memberi ulasan dari katanya dan berita ga jelas lainnya pasti errik jadi seperti itu …
s200 , buk M ,’pantsir pun sam jarak menengah kita belum punya lho mas errik kok mau beli s500