Update Drone KamikazeKlik di Atas

Giraffe : Radar Intai Mobile Arhanud TNI AD

Radar Giraffe Arhanud TNI AD

Dalam menangkal upaya penyusupan serta serangan dari pesawat tempur lawan, kesatuan artileri pertahanan udara (Arhanud) mutlak membutuhkan dukungan radar untuk pengintaian dan pengendali pertempuran. Begitu juga halnya dengan sista (sistem senjata) rudal yang dioperasikan oleh TNI AD. Dari beragam rudal anti serangan udara yang dimiliki TNI AD, kesemuanya jelas memerlukan kehadiran radar, termasuk rudal manpad (rudal panggul) sekalipun idealnya memerlukan informasi taktis berupa panduan dari tim radar.

Nah, dari beragam jenis radar militer yang dimiliki TNI, terdapat radar pengintaian dan pengendali operasi rudal. Salah satunya adalah Giraffe buatan Saab (d/h Ericsson Microwave Systems AB), Swedia. Radar miliki satuan arhanud TNI AD ini sudah memperkuat pertahanan nasional sejak lama, meski tidak diketahui informasi kedatangannya, penulis sudah melihat sosok Giraffe pada tahun 1995, saat itu radar Giraffe ditampilkan dalam defile HUT 50 Tahun ABRI di Lanud Halim Perdanakusumah. Jelas dari segi umur, radar ini terbilang sudah cukup lama dioperasikan TNI.

Radar Giraffe TNI AD dalam gelar latgab, saat operasi tempur Giraffe dilapisi kamuflase

Giraffe terbilang radar yang khas, terutama dari desainnya. Sesuai dengan namanya, Giraffe yang artinya jerapah. Antena radar ini saat diaktifkan bisa menjulang setinggi 13 meter. Sesuai tugasnya, Giraffe adalah radar mobile, artinya platformnya dapat dipindah-pindahkan dengan mudah, pasalnya radar andalan TNI AD ini ditempatkan dalam kontainer di truk jenis Volvo N10 Turbo 16 ton, walau suatu saat penulis juga pernah melihat Giraffe ditopang oleh truk jenis Mercedes Benz.

Radar Giraffe sendiri dibuat dalam beberapa tipe dan platform, selain di setting untuk pertahanan udara di darat, tipe lain Giraffe juga ada yang disiapkan untuk pengoperasian di atas kapal perang (Sea Giraffe). Giraffe pertama kali diproduksi pada tahun 1977, dan hingga tahun 2007, ada 450 Giraffe yang telah terjual di seluruh dunia. Varian pertamanya adalah Giraffe 40, kemudian Giraffe 50AT, Giraffe 75, ARTE 740, Giraffe S, dan Giraffe AMB. Walau belum ada konfirmasi resmi, TNI AD sendiri disebut-sebut menggunakan Giraffe 40.

Truk Volvo Pembawa Radar Giraffe TNI AD
Bentang ketinggian antena Giraffe mencapai 13 meter

Lalu apa kehandalan Giraffe 40 yang dimiliki Indonesia? Giraffe 40 menggabungkan antara kemampuan command dan control dalam sebuah platform. Dengan antena setinggi 13 meter, Giraffe 40 dapat menyapu area sejauh 40 Km. Kemampuan dari radar ini dapat diintegrasikan dengan instrumen IFF (Identification Friend or Foe) subsistem MK XII dan dapat mendeteksi target yang bergerak di ketinggian rendah hingga target di ketinggian 10 Km. Radar ini dapat mengunci 9 sasaran sekaligus.

Di negeri asalnya, Swedia, radar ini diintegrasikan dengan sistem PS-70 dan PS-701 untuk mendukung penyediaan data bagi sistem rudal jarak dekat RBS-70 dan kanon anti serangan udara Bofors 40mm. Dengan jangkauan yang terbatas, Giraffe diklasifikasikan sebagai radar dekat dan menengah. Dengan beroperasi di frekuensi G/H (d/h C-band), kemampuan radar ini cukup optimal untuk menghadapi tindakan jamming dari lawan. Dengan kodratnya sebagai radar berkemampuan jarak pendek, maka Giraffe pun hanya dialokasikan untuk mendukung gelar rudal untuk jarak medium dan SHORAD (Short Range Air Defense).

Giraffe dalam upacara militer, tampak Giraffe dibawa dalam platform truk Mercedes Benz

Hadirnya Giraffe dipandang ideal bagi arsenal Arhanud TNI AD yang masih mangacu pada penggunaan rudal anti serangan udara jarak dekat. Untuk itu Giraffe pun menjadi ‘kawan’ yang setia bagi rudal Rapier dan RBS-70. Tak diketahui persis berapa unit Giraffe yang dimiliki Indonesia, mungkin bisa jadi dirahasiakan mengingat keberadaan radar merupakan elemen yang sensitf dari pertahanan udara nasional.

Tapi bila di setiap Detasemen Arhanud dilengkapi satu unit radar Giraffe, maka minimal Indonesia memiliki 4 unit radar Giraffe, mengingat TNI AD memiliki 4 Denarhanud yang mengoperasikan Rapier. Satu detasemen mengoperasikan satu jenis rudal, setelah era Rapier lalu digantikan rudal Poprad/Grom. Nah, untuk RBS-70 sendiri dioperasikan oleh Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse), salah satu yang menggunakan RBS-70 adalah Yon Arhanudse 15 Kodam IV/Diponegoro yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tangah. Bisa jadi ada lebih dari 4 unit Giraffe yang beroperasi di Tanah Air.

Rudal RBS-70 dalam gelar operasi Latgab

Selain memandu target pada unit penembakan rudal, operator radar Giraffe juga dapat mendistribusikan informasi ke unit pertahanan udara non rudal, seperti pada elemen meriam Bofors L/70 40mm, Meriam S-60 57mm, Rheinmetal 20mm, dan kanon Giant Bow 23mm. Giraffe hingga saat ini kerap ditampilkan dalam event latihan gabungan (Latgab) TNI dan parade-parade militer. Gelar radar ini pun hanya dilakukan secara taktis, alias bilamana dibutuhkan saat adanya potensi ancaman.

Giraffe miliki AD Swedia

Di lingkungan ASEAN, Singapuran dan Malaysia diketahui juga mengoperasikan radar Giraffe. Malaysua diketahui menggunakan Sea Giraffe, sedangkan Angkatan Darat Singapura hebatnya sudah menggunakan Giraffe AMB (Agile Multiple Beam). Giraffe AMB adalah versi paling mutakhir dari keluarga radar ini, jangkauan radar bisa mencapai 120 Km dan dapat menampilkan target data dalam format 2 dan 3 dimensi. Selain jauh lebih akurat dari Giraffe 40, gelar operasi Giraffe AMB hanya memakan waktu 10 menit dan bisa dioperasikan cukup dengan 2 awak. (Haryo Adjie Nogo Seno)

4 Comments