Tiga Negara ini Masih Operasikan Kapal Selam Type 209 yang Lebih Tua dari Milik Indonesia
|Hari ini tiga tahun lalu, bertepatan dengan 21 April 2021, menjadi momen duka cita dalam sejarah operasional kapal selam di Indonesia. 53 awak KRI Nanggla 402 gugur setelah kapal selam Type 209/1200 hilang kontak dan tenggelam di perairan utara Bali, yang baru pada lima hari kemudian, posisi tenggelamnya kapal selam buatan Jerman itu diketahui. Kabar tenggelamnya KRI Nanggala 402 seolah tidak bisa dipercaya, mengingat sebelum itu belum pernah ada berita atau kasus kerusakan kapal selam generasi Type 209 yang diwartakan ke publik.
Baca juga: Diduga Mengalami Mati Listrik, Inilah Fungsi Baterai di Kapal Selam KRI Nanggala 402
Saat kabar hilangnya KRI Nanggala 402 diketahui publik, banyak warganet yang dibuat heran, khususnya tentang usia kapal selam yang tak bisa dibilang muda, pasalnya kapal ini diluncurkan dari galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) pada 10 September 1980 dan resmi masuk kedinasan TNI AL pada 21 Oktober 1981.
Namun, perlu dicatat, usia kapal selam tidak bisa menjadi patokan untuk menentukan kemampuan dari kinerja, dengan perawatan yang baik dan upgrade pada komponen-komponen penting, maka usia kapal selam bisa lama dioperasikan. Ambil contoh, kapal selam Angkatan Laut Taiwan, ROCS Hai Shih, yang kini sudah berusia 75 tahun, dan masih akan dioperasikan setidaknya hingga tahun 2026.
Khusus untuk kapal selam Type 209 yang terbilang laris di pasaran internasional, ada beberapa negara yang masih mengoperasikan kapal selam Type 209 seri ‘lama’ hingga saat ini, seperti Kolombia, Ekuador dan Yunani, adalah tiga negara pengguna Type 209 yang usia kapal selamnya lebih tua dari Type 209 yang digunakan TNI AL (Cakra Class).
Merangkum dari beberapa sumber, Angkatan Laut Kolombia memberi nama Type 209/1200 sebagai Pijao Class, yang terdiri dari ARC Pijao S-28 dan ARC Tayrona S-29, keduanya resmi dioperasikan AL Kolombia, masing-masing pada 14 April 1975 dan 18 Juli 1975. Keduanya telah di-upgrade antara tahun 2009 dan 2011 di galangan kapal milik negara COTECMAR dengan asistensi dari HDW.
Kemudian Angkatan Laut Ekuador memberi nama Type 209/1300 sebagai Shyri class, yang terdiri dari S101 Shyri dan S102 Huancavilca. keduanya resmi dioperasikan AL Ekuador, masing-masing pada tahun 1977 dan tahun 1978. Keduanya telah di-upgrade antara tahun 2009 dan 2014 di ASMAR, Chile. Bila dilihat dari serinya yang Type 209/1300, maka jenis Type 209 yang dioperasikan oleh Ekuador adalah identik dengan yang dioperasikan TNI AL sebagai Cakra Class.
Selanjutnya, Angkatan Laut Yunani yang memberi nama Type 209 sebagai Glavkos class (Type 209/1100) dan Poseidon class (Type 209/1200). Glavkos class terdiri dari S-110 Glavkos (beroperasi tahun 1971), S-111 Nirefs (beroperasi tahun 1972), S-112 Triton (beroperasi tahun 1972) dan S-113 Protefs (beroperasi tahun 1972).
Dari keempatnya, hanya S-110 Glavkos yang sudah dipensiunkan pada 9 Juni 2011. Di bawah program Neptune I, Glavkos class mendapatkan sejumlah upgrade pada periode 1993 sampai 2000.
Yunani rupanya sangat meminati pada desain Type 209, selain empat unit Glavkos class, Negeri Para Dewa ini juga mengoperasikan generasi yang lebih modern, yaitu Poseidon class dari Type 209/1200. Jumlah Poseidon class ada empat unit – S-116 Poseidon (beroperasi tahun 1979), S-117 Amfitriti (beroperasi tahun 1979), S-118 Okeanos (beroperasi tahun 1979) dan S-119 Pontos (beroperasi tahun 1980).
Program upgrade Neptune II untuk Poseidon class dibatalkan, kecuali pada S-118 Okeanos yang berhasil di-upgrade dengan teknologi AIP (Air Independent Propulsion), menjadikan kemampuan S-118 Okeanos setara dengan kapal selam Type 214.
Baca juga: Dilengkapi “Escape Pod,” Inilah Keunggulan Kapal Selam Type 209 Milik India
Semua kapal selam Type 209, baik milik Indonesia, Ekuador, Kolombia dan Yunani, dibuat langsung oleh HDW, Jerman. Dan dari kesemua yang disebutkan, hanya satu unit yang sudah pensiun, yaitu S-110 Glavkos. Dari uraian di atas, bisa dilihat bahwa jangan terlalu heran atas usia pakai kapal selam (Type 209) TNI AL yang sudah menginjak 40 tahun.
Kembali lagi, dengan program perawatan dan upgrade yang maksimal, maka kapal selam buatan Jerman ini masih bisa diandalkan sampai saat ini. (Bayu Pamungkas)
Semoga KRI Cakra tetap kuat kasihan saudaranya KRI Nanggala, berdua dipaksa jaga kedaulatan maritim negeri yang sangat luas, sungguh TERLALU, untungnya rombongan Nagapasa Class datang mayanlah, semoga kedepan tak terlalu pelit pemerintah buat Kapal Selam yang banyak jangan dipatok cuma 12 tetap belum cukup paling tidak 50 an kasel seperti Cina dan harus mampu luncurkan rudal dan miliki smart torpedo yg kuat.
Kalau indonesia sih, patoknnya ngga cuma kapalnya gimana atau gimana, tapi ganasnya laut juga perlu diperhatikan, mungkin kri nanggala belum terlalu “tua” kalau dibandingkan beberapa kelas tadi, tpi ya ganasnya laut bisa mengakibatkan kondisi kapal selam lebih menurun ketimbamg yang seharusnya
Makanya…….kalo beli U-BOOT lLANGSUNG DR EMPUNYAAAAA. Mau kapal selam , belinya dr tangan ke dua …ketiga krn DI IMMING2 TOT !!!
Eyang HABIBIE pernah bilang
…DEUTSCHE U-BOOT IST DIE BESTE IN DER WELT……Deutsche Qualität. …
JERMAN MAHAL tapi kapal bisa dipake nggak cuman NONGKRONG buat pajangan.
Tapi itu juga bukan sebagai pembenaran untuk terus menggunakan alutsista tua yg sudah rawan. Modernisasi Dan penambahan sangat diperlukan untuk menghadapi ancaman yg akan datang.