Tak Lagi Harus ke Swedia, MRO Meriam Bofors TNI AL Nantinya Bisa Dilakukan di Dalam Negeri
Sebagai kekuatan laut dengan populasi kapal perang terbesar di Asia Tenggara, TNI AL juga dikenal sebagai pengguna meriam produksi Bofors dalam jumlah yang tak sedikit. Meriam produksi Bofors (saat ini – BAE Systems Bofors) digunakan dalam beragam jenis dan kaliber oleh TNI AL, mulai dari kaliber 120 mm, 57 mm dan 40 mm, yang tersebar di kelompok Kapal Cepat Rudal (KCR), Kapal Cepat Torpedo (KCT) dan Landing Ship Tank (LST).
Baca juga: BAE Systems Umumkan Kontrak Pengadaan 4 Pucuk Bofors 57 MK.3 untuk KCR-60 TNI AL
Diperkirakan saat ini ada 37 unit meriam Bofors yang terpasang di kapal perang TNI AL, dan itu bakal bertambah lagu unitnya, mengingat KCR 60M Sampari Class batch 3, yakni unit kapal ke-5 dan ke-6, nantinya akan menggunakan meriam Bofors 57mm MK.3. Nah, dari sekian banyak meriam tersebut, untuk beberapa perbaikan tertentu selama ini masih harus dilakukan di Swedia.
Lokasi perbaikan yang sangat jauh, serta biaya pengiriman yang tak kecil, kemudian mendorong PT PAL Indonesia untuk menggandeng pihak BAE Bofors dalam kerja sama bisnis MRO (Maintenance, Repair and Overhaul) pada meriam-meriam Bofors yang digunakan TNI AL.
Dari siaran pers PT PAL Indonesia yang diterima Indomiliter.com, pada 27 Mei 2021, telah dilangsungkan seremoni jabat tangan virtual antara Presiden Direktur PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod dan CEO BAE Systems Bofors AB Lena Gillström. Seremoni ini dsaksikan langsung oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia Kamapradipta Isnomo.
Sebelumnya PT PAL dan Bofors telah melaksanakan penandatanganan Teaming Agreement for Maintenance Repair & Overhaul (TA MRO) pada 29 April 2021 yang meliputi realisasi pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan meriam Bofors 40 mm dan 57 mm di PAL. TA MRO mencakup penyiapan fasilitas, software, dan SDM. Dalam kurun waktu tertentu asistensi dari Bofors akan memastikan standardisasi manajemen proyek dan QA berjalan sesuai standar.
Bagi PT PAL, dengan penambahan kapabilitas dalam perawatan meriam Bofors dapat meningkatkan pelayanan pemeliharaan dan perbaikan alutsista, mengingat perbaikan nantinya tidak perlu lagi dilaksanakan di Swedia, melainkan akan dilakukan di fasilitas PT PAL yang ada di Surabaya.
Berikut ini kami sarikan profil beberapa meriam Bofors yang digunakan oleh TNI AL
Bofors 57mm MK.1
Bofors 57mm MK.1 sudah diadopsi TNI AL pada awal tahun 1980-an, dimana meriam buatan Swedia ini menjadi senjata andalan pada KCR (kapal cepat rudal) kelas Dagger buatan Korea Selatan, ada 4 KCR yang menggunakan Bofors 57mm MK.1, yakni KRI Mandau (621), KRI Rencong (622), KRI Badik (623), dan KRI Keris (624).
Tidak sebatas digunakan pada kelas kapal patroli, nyatanya TNI AL juga mempercayakan meriam ini untuk dipasangkan pada frigat latih KRI Ki Hajar Dewantara (364) buatan Yusoslavia yang datang di tahun 1981.
Bofors 57mm MK.1 dirancang dengan kubah (cupola) bentuk konvesional, resminya meriam ini mulai di desain pada tahun 1964, dan mulai resmi beroperasi pada tahun 1966 pada kapal cepat kelas Spica. Basis meriam ini mengambil platform Bofors 57mm (2.2 inchi) L60. Soal kemampuan tembakan, Bofors 57mm MK.1 secara teori dapat memuntahkan 200 peluru per menit. Untuk kesiapan tempurnya, di dalam kubah terdapat 40 magasin yang siap ditembakkan, dan 128 magasin cadangan.
Bofors 57mm MK.2
Meriam ini terpasang pada Kapal Cepat Rudal dan Kapal Cepat Torpedo FPB-57. Bofors 57mm MK.2 mulai dirancang pada tahun 1981, dan mulai digunakan pada korvet milik Swedia pada tahun 1985. Dibandingkan versi MK.1, versi MK.2 dirancang lebih canggih dan akurat dalam menghantam sasaran.
Secara teori, Bofors 57mm MK.2 dapat memuntahkan 220 amunisi untuk tiap menitnya. Namun untuk operasional, jumlah amunisi yang siap tembak di dalam cupola hanya mencapai 120 peluru. 40 peluru dalam posisi siap tembak, 40 peluru dalam 2 magasin sekunder, dan 40 peluru lagi dalam 2 magasin tengah dengan dua jenis peluru.
Bofors 57mm MK.3
Ini merupakan varian baru yang akan dipasang pada KCR 60M produksi PT PAL. Bofors 57 mm MK.3 sejatinya adalah nama internasional dari Bofors 57 mm Mk110. Meski kalibernya tidak besar, meriam ini punya reputasi yang baik dan dipercaya memperkuat kapal perang papan atas dunia. Bofors 57 mm MK.3 dengan kubah versi stealth juga diandalkan pada haluan korvet siluman, Visby Class. Berbekal proyektil berlabel 3P All Target Amunition, maka jarak jangkau terdongkrak tiga kilometer lebih jauh dari generasi sebelumnya.
Dengan pola single remote, kendali tembakan dilakukan lewat Fire Control System. Jika ngadat, kendali tembakan dapat dilakukan lewat Local Control Equipment yang dapat ditempatkan dari beragam sudut kapal. Sistem penembaka bersifat full otomatis, computerised loading system dapat menangani 120 munisi yang siap tembak.
Bofors 40mm
Di lingkungan armada TNI AL, meriam anti serangan udara ini terbilang punya nilai historis yang tinggi, pasalnya Bofors 40mm L/70 menjadi senjata andalan yang terpasang pada STC (satuan tugas chusus)-9 dalam misi penysupan pasukan tempur dalam operasi Trikora di tahun 1962. Bofors 40mm L/70 dirancang sejak akhir perang dunia kedua, dan mulai resmi dioperasikan pada tahun 1951.
Sejak mulai diproduksi, Bofors 40mm mendapat predikat sebagai senjata yang laris di pasaran, ekspor meriam ini terbilang laku keras di seluruh dunia. Umumnya Bofors 40mm saat ini digunakan pada beberapa LST.
Bofors 40mm (Breda Type 564)
Jenis meriam ini menjadi senjata pada buritan di korvet Fatahillan Class dan KCR Mandau Class. Meriam ini dilengkapi dengan 144 munisi. Meriam yang dilansir tahun 1971 ini hanya membutuhkan satu awak (gunner), yang duduk disamping kiri pangkal laras. Varian ini juga dikenal sebagai Breda/Bofors 350P. Bobot sistem meria ini mencapai 3.300 kg tanpa munisi. Sebagai penggerak, kanon ini dilengkapi baterai seberat 100 kg.
Meriam Bofors/Breda ini dapat memuntahkan 240 proyektil dalam satu menit. Bofors L/70 mampu menghantam sasaran secara efektif di udara hingga jarak 3.000 meter. Sedangkan jarak tembak maksimum secara teori dapat mencapai 12.500 meter. Untuk kecepatan luncur proyektil mencapai 1.021 meter per detik.
Bofors 120mm
Ini merupakan meriam dengan kaliber terbesar yang digunakan oleh kapal perang TNI AL. Meski tak termasuk dalam perjanjian MRO antara PT PAL dan Bofors, namun meriam ini merupakan senjata utama pada korvet Fatahillah Class, meriam kategori single mounting ini punya kubah (turret) yang terlihat lumayan besar dibanding kapal perang TNI AL pada umumnya.
Baca juga: Sepenggal Kisah Jenderal Ahmad Yani dan Bofors 40mm L/70
Berat turret-nya mencapai 28 ton, belum termasuk amunisi dan rel untuk flare. Sudut elevasi laras bisa mulai dari -10 hingga 80 derajat. Kecepatan pergerakan elevasinya adalah 32 derajat per detik. Nah, untuk jangakauan tembaknya bisa mencapai maksimum 18.500 meter dengan sistem pemandu tembakan Signaal WM28. Untuk kinerja meriam ini, dapat memuntahkan 80 proyektil untuk setiap menit. Untuk menghindari panas yang berlebih, laras dilengkapi sistem pendingin water cooled. (Haryo Adjie)
Semoga dengan adanya MRO Bofors ini dapat berjalan dengan lancar dan sesuai rencana
Bismillah kenapa tidak untuk kapal patroli bakamla dan polairud diusung juga bofors dengan kaliber variasi , mulai dari kaliber 120 mm, 57 mm dan 40 mm, jika mampu terpasang rudal brahmos II India kenapa tidak adakan kerjasama buat kapal patroli dengan usungan rudal brahmos II serta torpedo lengkap dengan sonar sistem.
Kebutuhab meriam 57mm utk Bakamla dan Al banyak tuh.
kalo Bakamla, bukannya ada batas maksimal kaliber ya ? gak bisa 57mm
Swedia memang paling cocok buat kerjasama ToT, tapi kenapa Indonesia gak melirik Swedia bikin pespur ya?? 🤔 Padahal Pespur mereka pengguna pertama radar AESA, Rudal Meteor yg bakal dipake di KFC juga. Terus bisa bawa KEPD Taurus juga. Apa karena masalah single engine dan double engine?? Kalo karena masalah mesin kok Menhan sekarang ngebet banget sama F-35 yg notabene single engine juga ya?? Padahal Gripen juga gak kalah hajar loh, bisa bikin keok 4:0 pespur Sukhoi KW China yg katanya lebih superior dari Sukhoi ORI karena udah dipasang radar AESA dan rudal AAW yg bisa fire and forget gak kayak R-77 yg bisa dibawa Sukhoi ORI.
Edit: KFX bukan KFC ya, itu mah kesukaannya Dhek Rukimin.
Seingat saya pespur pertama yg menggunakan radar AESA adalah Mitsubishi F 2.
Kan beda kelas om F-35 ama Gripen.
Daripada Gripen ya mending nambah Viper toh yg sdh familiar.
Maunya kan pengganti SU-35 yg sama2 kelas wahid macam F-15EX atau Rafale.
Ya drpd Gripen mending F-16 Viper lah kalo mmng harus diakuisisi TNI AU.
dimana pilot & mekanik sudah sangat familiar menangani F-16.
Bahkan mekaniknya sdh mampu untuk meng-upgrade/overhaul F-16 secara mandiri di Indonesia.
Klo akuisisi Gripen ya mengulang dari nol lg pelatihan pilot + mekanik, fasilitas/workshop dan lainnya..
Tidak dari Nol juga.
Mekanik belajar dan menambah wawasan cara baru yang lebih efisien.
Sistem dan tools pada perawatan F-16 dan Grippen ada yang mirip juga.
Ujung2nya sama aja habis nya..
Mksud hati pengen efisiensi dgn memilih Gripen, tp dgn mendatangkan sesuatu yg sangat baru berarti memerlukan pelatihan + pembangunan fasilitas baru juga jd ujung2nya ya mahal juga.
Viper mmng mahal dari awal, tp beberapa teknologi dan fasilitas kita sudah kuasai >kita bisa lebih efisiensi dibagian ini.
Jd klo mmng hrs akuisisi single engine fighter lebih prefer ke F-16 Viper aja..
Kok untuk urusan senjatanya kerjasamanya dengan PT. PAL y bukan dengan PT. Pindad..
Krn merupakan system persenjataan yg terinstall di kaprang dek. Bukan bicara hanya unit meriamnya saja.
Yg begonoan kan ranahnya PT PAL dek bukan keahlian Pindad.
negaranya pak Lundin memang mantaps
Swedia memang paling cocok diajak berbisnis
Tetangga udah lama MRO Bofors dalam negeri
http://www.defense-aerospace.com/article-view/release/38901/malaysia-is-new-hub-for-bofors-defence-(may-17).html
Selain dipasang di kapal perang,apa pernah dipasang di darat/kendaraan darat meriam bofors ini di Indonesia?
Ada terinstall satu unit di kendaraan Suz*ki Jimmy Kotak punya mbah gatol dek. Dijadikan CIWS utk penangkal kejahatan membantu Raimas backbone.
Ngebayangin boforsnya lagi mberondong peluru tuh jimmy mundur berapa puluh meter dari titik awal. 🙂
MRO meriam Bofor sudah bisa dilakukan didalam negeri kalau MRO meriam oto melara apa harus dikirim ke Italia.