Tak Kebagian “Kue”, Industri Pertahanan Jerman Protes Keras Atas Pengadaan Jet Tempur F-35A

Keputusan Berlin untuk memilih jet tempur stealth F-35A Lightning II sebagai pengganti Panavia Tornado, rupanya memicu kontroversi dari dalam negeri. Pasalnya keputusan pembelian F-35A menjadi tamparan keras bagi Asosiasi Industri Pertahanan Jerman, di mana pembelian 35 unit F-35A senilai US$8,4 miliar, tidak melibatkan peran serta industri militer Jerman.

Baca juga: Washington Resmi Tawarkan 35 Unit F-35A Berikut Paket Persenjataan untuk Jerman Senilai US$8,4 Miliar

Dikutip dari bulgarianmilitary.com (16/11/2022), Perang di Ukraina atas invasi Rusia pada 24 Februari 2022 telah mengubah pemikiran strategis beberapa negara Eropa, termasuk Jerman, yang sebelumnya dikenal agak pasif dalam kebijakan persenjataan, tapi dengan latar konflik di Ukraina, telah merubah semua itu.

Sebagai bukti, Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menyiapkan kucuran 100 miliar euro untuk memordenisasi alutsista militer Jerman, Bundeswehr. Dan salah satunya, adalah keputusan Jerman untuk mengakuisisi jet tempur stealth F-35A Lightning II.

F-35 Lightning II.

Pemerintah Jerman telah mengumumkan niatnya untuk mengakuisisi F-35, yakni satu bulan pasca invasi Rusia ke Ukraina. Persisnya pada bulan Maret 2022, Berlin membuat keputusan akhir pembelian F-35A. keputusan tersebut diambil oleh Menteri Pertahanan Christine Lambrecht, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Namun, keputusan pembelian F-35A dianggap sebagai sebuah kesalahan. Pendapat tersebut datang dari industri pertahanan Jerman dan Asosiasi Industri Kedirgantaraan Jerman (BDLI). Dikatakan, Berlin telah mencapai kesepakatan dengan Washington di mana perusahaan Jerman tidak mengambil bagian dalam jasa pemeliharaan dan perbaikan pesawat. “Semua uang masuk ke AS, dan beberapa negara Eropa lainnya yang terlihat dalam produksi F-35 (Italia), mereka akan mengambil alih layanan dan pemeliharaan pesawat tempur,” ujar juru bicara BDLI.

BDLI mencontohkan pembelian F-35 baru-baru ini yang dinegosiasikan dengan berbagai negara Eropa akan mendapatkan kontrak perawatan lokal. Bahkan Swiss, yang umumnya bukan peserta aktif di pasar senjata internasional, berhasil menegosiasikan kontrak senilai US$3 miliar untuk melayani perawatan pesawatnya.

Publikasi Jerman Wirtschaft telah menerbitkan laporan terbarunya, yang mengatakan bahwa keputusan pembelian F-35 merupakan pukulan bagi industri senjata Jerman. BDLI bahkan mengomentari tindakan pemerintah Jerman dan mengkritiknya, mencatat bahwa Berlin bahkan tidak memikirkan opsi di mana produksi lokal seharusnya dapat berpartisipasi.

Salah satu pemain utama di industri penerbangan, Airbus juga menyampaikan pendapatnya. Menurut Wolfgang Schöder, Managing Director Airbus Helicopters, tindakan pemerintah tersebut tidak hanya mengancam keberadaan industri pertahanan dalam negeri tetapi juga teknologi yang telah dikembangkan secara lokal dalam beberapa dekade terakhir.

Schoeder membuat pengumuman di tengah fakta bahwa Berlin siap untuk mengucurkan dana lebih dari US$16 miliar, yakni untuk pembelian jet tempur F-35 dan helikopter angkut berat CH-47F Chinook.

Baca juga: Patuh Pada Mandat NATO, AU Jerman Cari Pengganti Tornado yang Punya Kemampuan Melepaskan Bom Nuklir

Kritik terhadap keputusan Berlin sangat keras, dan menurut beberapa analis – lebih dari pantas. BDLI, bersama dengan industri senjata Jerman di belakang mereka, mengatakan bahwa ini bukan hanya masalah mempertahankan dan memperbarui perkembangan asing tetapi juga kurangnya kebijakan pertahanan strategis. Karena, menurut perhitungan, sekitar 30 persen anggaran pengadaan digunakan untuk biaya akuisisi pesawat buatan AS, dan sekitar 70 persen dari dana itu akan didistribusikan selama bertahun-tahun untuk pemeliharaan. (Bayu Pamungkas)

17 Comments