F-35A Lightning II Jajal Kemampuan Melepaskan Bom Nuklir B61

(TheDrive)

Kesempurnaan peran suatu jenis jet tempur dapat diukur dari kapabilitas yang diembannya, salah satu yang jadi parameter seperti kemampuan melepaskan senjata nuklir, tentunya berdasarkan sertifikasi. Pasalnya untuk urusan merilis senjata pemusnah massal memang tak sembarangan dapat dilakukan setiap jet tempur. Selain F-15 Eagle, F/A-18 Hornet dan Panavia Tornado, ternyata F-35A Lightning II tengah dipersiapkan untuk bisa dengan aman melepaskan bom nuklir.

Baca juga: Patuh Pada Mandat NATO, AU Jerman Cari Pengganti Tornado yang Punya Kemampuan Melepaskan Bom Nuklir

Mengutip dari TheDrive.com (23/11/2020), disebutkan sejak awal tahun 2020, serangkaian uji coba pelepasan bom gravitasi nuklir B61 telah dilalukan di Tonopah Test Range, wilayah Gurun Pasir Nevada. Namanya juga pengujian, tentu yang digunakan bukan bom asli, melainkan inert B61 Mod 12 (B61-12). Secara struktur dan bobot, bom yang diuji persis dengan bom asli B61, hanya saya tidak disertakan hulu ledak nuklir.

Uji coba penggunaan bom nuklir pada jet tempur stealth F-35A mendapat pengawasan dari Sandia National Laboratories. Seperti pada uji pelepasan bom B61 yang dilakukan pada 25 Agustus lalu, jet tempur F-35A terbang pada ketinggian 10.500 kaki atau setara 3.200 meter, saat itu pesawat melesat dengan kecepatan supersonic. Seperti terlihat dalam video, disebutkan bom tepat menghantam sasaran dalam durasi 42 detik setelah dilepaskan.

“Ini adalah uji pertama untuk melatih semua sistem, mulai dari mekanik, kelistrikan, komunikasi dan pelepasan antara B61-12 dan F-35A,” Steven Samuels, seorang manajer dengan Tim Sistem B61-12 Sandia National Laboratories.

Dalam video yang dirilis pihak Sandia National Laboratories, diketahui bahwa bom nuklir B61 dilengkapi sepasang roket di bagian tengah bom untuk memberikan stabilisasi putaran guna memberikan akurasi yang lebih baik. Seperti halnya bom pintar, bagian ekor bom nuklir ini juga telah dilengkapi kit yang berisi GPS dan inertial navigation system (INS), serupa dengan yang diadopsi pada Joint Direct Attack Munition (JDAM).

Penggunaan sepasang roket untuk membantu akurasi arah luncur bom (TheDrive)

Sekilas tentang bom nuklir B61-12, bom ini dikembangkan oleh Los Alamos National Laboratory pada tahun 1963, dimana senjata pamungkas ini diluncurkan sebagai jawaban kesiapsiagaan NATO dalam merespon ancaman perang nuklir dengan Uni Soviet/Pakta Warsawa. Dari spesifikasi, B61 punya panjang 3,5 meter, diameter 33 centimeter dan bobot 320 kg.

Baca juga: Buntut Konflik Ankara vs Washington, AU AS Akhirnya Akuisisi F-35A eks Pesanan Turki

Bom ini mulai diproduksi secara massal pada tahun 1968 oleh Pantex Plant. Dengan harga per unit bom mencapai US$28 juta, diperkirakan bom nuklir ini telah dibuat sebanyak 3.156 unit dalam 12 varian. (Bayu Pamungkas)

22 Comments