Qinetiq Pasok Dragonfire untuk Australia, Sistem Hanud Laser Anti Rudal Hipersonik

Hampir semua senjata ofensif Cina dapat dinetralisir oleh militer Australia, namun ada satu jenis senjata yang rupanya membuat Negeri Kanguru ketar-ketir. Senjata yang dimaksud adalah rudal balistik yang mampu melesat di level hipersonik, yang disebut-sebut tak mampu ditangkal atau dijatuhkan oleh sistem hanud konvensional.

Baca juga: HELMA-P – Senjata Laser Anti Drone untuk Amankan Olimpiade Paris 2024 

Berangkat dari potensi ancaman di masa depan, Canberra telah memberikan kontrak kepada Qinetiq untuk mengembangkan dan memasok sistem hanud berbasis laser untuk menetralisir serangan rudal hipersonik.

Mengutip dari The Telegraph – telegraph.co.uk (18/1/2023), Qinetiq, kontraktor pertahanan asal Inggris, yang juga dikenal sebagai pemasok target drone untuk Arhanud TNI AD, diwartakan telah menandatangani kesepakatan untuk mendukung Australia dalam mengembangkan senjata laser untuk melawan ancaman rudal hipersonik.

Qinetiq sejauh ini telah mempelopori rencana untuk mengembangkan directed energy weapon untuk menghancurkan rudal hipersonik. Sistem hanud anti rudal hipersonik ini di Inggris disebut sebagai Dragonfire. Qinetiq tidak sendiri dalam hal ini, yaitu dengan menggandeng Leonardo UK dan MBDA Systems.

Qinetic menyebut beberapa menyatakan tertarik dengan teknologi ini karena menawarkan tantangan yang kredibel untuk apa yang disebut rudal hipersonik, yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 3.800 mil per jam dan sulit dihantam dengan persenjataan fisik.

Peresvet laser weapon (Wikipedia)

Qinetiq Dragonfire juga dirancang untuk menghantam rudal jelajah konvensional, drone, dan target udara lainnya. Dragonfire tidak menggunakan tenaga listrik, juga tidak memerlukan amunisi, yang merupakan keuntungan yang menarik pada saat Barat ‘membakar’ cadangan rudalnya dengan menyumbangkannya ke Ukraina.

Australia telah mengganjar Qinetiq dengan kontrak selama tiga tahun dengan nilai Aus$13 juta. Sesuai perjanjian alih teknologi, Qinetiq akan mengembangkan prototipe dan membangun basis manufaktur Dragonfire di Australia.

Roket dan rudal jelajah punya tipikal terbang di kecepatan Mach 3, sementara rudal hipersonik terbang dengan kecepatan Mach 5 atau lebih cepat. Selain sangat cepat, rudal hipersonik memiliki jalur penerbangan yang tidak dapat diprediksi yang membuatnya sulit dilacak. Kombinasi ini dianggap sebagai ancaman khusus bagi kapal perang tunggal karena waktu untuk merespons akan sangat minim.

Cina dilaporkan telah melakukan beberapa kali uji coba peluncuran rudal balistik hipersonik Dongfeng DF-17 pada tahun 2021. Sementara Rusia juga telah meluncurkan rudal jelajah hipersonik Tsirkon dari Frigat Admiral Gorshkov.

Proyek Dragonfire bergerak selangkah lebih dekat ke produksi setelah tes yang sukses di laboratorium pertahanan Porton Down pada bulan November 2022. Dragonfire ditembakkan dari jarak jauh untuk menunjukkan keakuratannya. Laser ini mampu mengerahkan daya sekitar 50kW dan dapat menembus lapisan baja.

Baca juga: Hancurkan Drone, Untuk Pertama Kali AL Jerman Uji Coba Senjata Laser di Frigat Sachsen Class

Dalam pembaruan kepada investor, Qinetiq juga mengatakan telah mengirimkan empat prototipe lagi platform Robotic Combat Vehicle Light (RCV-L) di AS. Unit seberat tiga ton ini dirancang untuk pengintaian tetapi akan dilengkapi dengan meriam 25 mm. (Gilang Perdana)

5 Comments