Deteksi Objek Asing di Ruang Angkasa, AS Gelar Space Surveillance Telescope di Australia Barat
|Betapa ‘sempurna’ sistem penginderaan jarak jauh Australia. Bukan sebatas telah mengoperasikan armada Airborne Early Warning and Control (AEW&C) E-7A Wedgetail dan nantinya drone High Altitude Long Endurance (HALE) MQ-4C Triton. Unit deteksi udara dari permukaan (ground based) yang dioperasikan Negeri Kangguru tergolong spektakuler, sebut saja Jindalee Operational Radar Network (JORN) yang sapuan deteksinya hingga 3.000 km dan dapat menjangkau wilayah Indonesia. Tapi itu belum cukup, masih ada yang bakalan lebih ‘mantul’ dari itu.
Baca juga: E-7A Wedgetail – Stasiun Radar Terbang Perisai Ruang Udara Australia
Bersama dengan Amerika Serikat, Australia bersiap untuk mengoperasikan apa yang disebut Space Surveillance Telescope (SST). Nama yang terdengar tak lazim, namun SST memberi kemampuan deteksi Australia pada objek yang jauh berada di luar angkasa. Dikutip dari SpaceNews.com (23/4/2020), SST dirancang untuk mendeteksi, melacak dan mengidentifikasi puing-puing dan satelit di ketinggian lebih dari lebih dari 22.000 mil (35.405 km) di atas permukaan bumi.
US Space Force Space and Missile Systems Center memberikan pernyataan pada 23 April 2020, bahwa pihaknya telah mengirimkan perangkat SST ke fasilitas baru di Harold E. Holt Naval Communication Station yang berlokasi Australia Barat. Sebelumnya SST ditempatkan di White Sands Missile Range yang berlokasi di New Mexico, Amerika Serikat. Foto pertama SST pun telah berhasil didapatkan oleh beberapa media internasional, setelah Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds mengumumkan Defence space project pada 24 April lalu.
Menhan Australia mengatakan bahwa teleskop SST yang punya kemampuan putar 360 derajat ini akan menjalani serangkaian pengujian ekstensif sebelum secara resmi digunakan pada tahun 2022. “SST memungkinkan sistem pertahanan udara kami untuk melacak dan mengidentifikasi objek dan ancaman di ruang angkasa dengan lebih cepat baik,termasuk puing-puing luar angkasa, serta memprediksi dan menghindari potensi terjadinya tabrakan,” ujar Reynolds.
Nantinya SST akan ditempatkan dalam kubah (dome) yang dapat berputar, bobot kubah disebut-sebut bakal mencapai 270 ton. Amerika Serikat dan Australia menandatangani perjanjian untuk penggelaran SST di Australia dalam upaya mengisi kekosongan dalam cakupan Jaringan Pengawasan Luar Angkasa AS. di Belahan Bumi Selatan.
Baca juga: Proyek Larkswood – Tanpa Komunikasi Mandiri, Kedaulatan Negara Jadi Taruhan
Nantinya SST akan dioperasikan bersama oleh AU Australia (Royal Australian Air Force) dan US Space Force 21st Space Wing. Sebagai informasi, Space Surveillance Telescope mulai dikembangkan satu dekade lalu oleh Massachusetts Institute of Technology’s Lincoln Laboratory dengan pendanaan dari Defense Advanced Research Agency. Antara 2011 dan 2017 teleskop pendeteksi ini telah diuji di Atom Site, White Sands Missile Range. (Gilang Perdana)
Satelit kita aja yg satu2nya, gagal mengorbit gara2 roket china..hik sedih
Gak satu-satunya juga. Masih ada beberapa satelit komunikasi lainnya dan 2 satelit surveilance punya LAPAN.
it’s all about money….
NO MONEY…NO PARTY..
Enakny kl anggaran melimpah….
Apa hubungannya dng Cina bung.? Yg realistis aja bung Ayam. Dng ditempatkan jg diselatan berarti tidak ada satu lokasi ruang di luar Angkasa yg tdk terpantau oleh AS.
Jng krn ditempatkan diselatan lalu dihubungkan dng Cina bung
Kalau cuma melihat pergerakan udara baik sipil ataupun militer di Indonesia tak perlu yang beginian. Jindalee saja sudah cukup. Space tracking ataupun surveillance baik radar maupun teleskop bertujuan memantau ICBM serta arsenal berkemampuan BMD & anti satelit. Yang punya arsenal tadi terdekat lokasinya dengan Aussie jelas Cina
Betul itu Dhek Ruskye, China masih belum bisa menandingi Superioritas teknologi luar angkasa USA. Ya anggap aja tuh teleskop untuk mengatasi ancaman poros evil dan Alien. Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh
Maaf ya dek gatol, saya gak ada urusan dng komen dek gatol. Krn komennya tdk ke substansi permasalahan….hihihi
Wajar
Ada duitnya
Amrik rada ketinggalan dlm pengembangan radar utk mendeteksi obyek yg sanggup terbang hingga luar angkasa dari belanda (thales) dan denmark (weibel) malah belakangan disusul oleh italia (leonardo)….lantaran sistim radar amrik sgt tergantung pd pasokan data dari satelit IR yg mendeteksi dini peluncuran rudal balistik atau peluncuran satelit
Kalo macam radar OTHT kayak Voronezt atau Jindalee ya USA punya lah. Nih adanya di California ama Alaska. Kalo yg di Eropa cukup pake AN/SPY-1 di kapal Arleigh Burke, Ticonderoga ama AEGIS ASHORE plus THAAD. Itu dah lebih dari cukup buat ngadepin ancaman dari semua rudal balistik
Radar OTHT, sistim Aegis……sanggupkah menjangkau obyek yg terbang diluar angkasa 🤔
Batas minimal luar angkasa itu 120 km ke atas. So. OTHT dan Aegis jelas mampu menjangkau lebih jauh dari itu.
Ini om smiling ya
Demi menghadapi Cina