Korea Selatan Kick Off Produksi Massal Jet Tempur KF-21 Boramae, Unit Perdana Diserahkan Tahun 2026
|Korea Aerospace Industries (KAI) resmi memulai (kick off) produksi massal jet tempur KF-21 Boramae pada hari Rabu lalu, menjadikan tonggak sejarah terbaru dalam upaya Negeri Ginseng untuk membangun pesawat tempur canggih. Sebuah upacara menandai perakitan model produksi KF-21 pertama berlangsung di fasilitas KAI yang berada di Sacheon, 296 kilometer selatan Seoul.
Seperti dikutip Yonhap News, Defense Acquisition Program Administration (DAPA) meluncurkan program pengembangan KF-21 pada tahun 2015, dengan tujuan memperoleh pesawat tempur supersonik canggih untuk menggantikan armada jet tempur buatan AS yang menua.
Pada bulan lalu, KAI menandatangani kesepakatan senilai 1,96 triliun won (US$1,41 miliar) dengan DAPA untuk membangun 20 unit KF-21 hingga tahun 2027. Korea Selatan berupaya untuk membangun lebih banyak unit KF-21 dan mengoperasikan total 120 unit KF-21 pada tahun 2032.
Dengan jumlah 120 unit, maka KF-21 kelak akan menjadi tulang punggung kekuatan udara di Semanjung Korea tersebut, yang mana KF-21 akan menjadi penempur garis depan andalan, berdampingan dengan penempur papan atas yang sudah battle proven, seperti KF-16 Fighting Falcon dan F-15K Slam Eagle.
KAI berencana mengirimkan 20 unit pesawat KF-21 Block 1 yang dirancang untuk misi udara ke udara pada tahun 2026, disusul 80 unit KF-21 Block 2 untuk misi udara ke darat pada fase berikutnya. Dengan perkiraan harga satuan US$65 juta untuk KF-21 Block 1, maka dari segi harga KF-21 lebih rendah dibandingkan dengan pesawat generasi 4,5 lainnya seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon.
DAPA mengatakan model produksi pertama yang baru saja di kick off, dijadwalkan akan dikirim ke Angkatan Udara Korea Selatan (RoKAF) pada akhir tahun 2026.
Ketimbang PT Dirgantara Indonesia yang berdiri pada tahun 1976, maka Korea Aerospace Industries baru didirikan pada tahun 1999 sebagai hasil merger dari beberapa perusahaan kedirgantaraan Korea Selatan untuk mengkonsolidasikan dan meningkatkan industri kedirgantaraan negara tersebut.
Fasilitas produksi utama terletak di Sacheon, sebuah kota di provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan. Lokasi ini dipilih karena infrastrukturnya yang mendukung dan aksesibilitasnya. Fasilitas di Sacheon juga mencakup pusat R&D yang berfokus pada inovasi teknologi dan pengembangan produk baru. Ini termasuk pengujian dan validasi untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar internasional. Fasilitas pengujian mencakup terowongan angin, fasilitas pengujian kelelahan dan stres struktural, serta laboratorium avionik dan simulasi penerbangan.
Produk KAI yang terkenal dan telah mendunia di antaranya adalah pesawat latih dasar KT-1 Wong Bee, jet latih tempur T-50 Golden Eagle, jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle dan helikopter serbaguna KUH-1 Surion, yang dikembangkan bersama Airbus Helicopters. (Gilang Perdana)
Jelang Produksi Tahap Awal KF-21 Boramae, KAI Alokasikan Anggaran US$178 Juta
Tot nya nyangkut izin dari banyak pihak,
Kenapa pemerintah dari negara kelahiran raffi ahmad gak bersabar kek, nunggu ampe kelar uji coba penerbangan kf 21 boromeong 😇kaya korsel trs langsung kasih kontrak, kenapaa malah udh beli 42 rafale dari negara kelahiran kylian mbappe.
Lahh kalo udah beli borongan gitu, kecil kemungkinan boromeong akan di akuisisi dalam waktu dekat dong yah, apakah keputusan ini di ambil karena pemerintah indo kecewa ama pemerintah negara kelahiran Bts 💜 yahh
Kok bisa peswat udh uji coba dan akan mulai produksi massal , masih belum kelar permasalahan terkait pembayaran dan tot nya kalo ga niat dari awal mending keluar aja ya ga sih, rela in aja yg udh 💰dibayar dri pd ditagih terus
Jadi Indonesia punya mana ? Tidak ada dlam senarai kah
Kontrak awal 1.41 milyar usd untuk 20 unit kf21 boramai block 1 = 52 juta usd, sedangkan perkiraan harga nya awalnya 60 an juta usd, wah lebih rendah dari harga perkiraan dong min, harga diatas itu harga pesawat aja atau full
sama persenjataan,suku cadang dll ya mas admin Gilang perdana.
Soalnya kalo di bandingin sama pembelian 42 rafale f4 indo : 8.2 milyar usd yang artinya harga per rafale : 190 juta an usd
Wah jauh banget selisih nya, gilak si kalo kontrak 8 milyar an usd rafale itu pesawat nya aja, mahal pake bingit dongg yah
🤣apa karena rafale premium bukan dari negara pelastik boromeo😌
@Cumi: itu kurang tepat. Jika berbicara tentang KFC/IFX, pada kenyataannya adalah Korsel tidak bisa menepati kesepakatan yg ada tentang ToT padahal kontrak sudah ditandatangani termasuk pembagian biaya RnD. Jika berbicara tentang Drone Wulung dan Elang Hitam, itu karena sistem guidance dan sistem kontrol masih bergantung dari import dan belum ada ToTnya.
Di Indonesia, tidak pernah memikirkan dana r&d dan ketika prototipe jadi tidak pernah mau menggunakan atau mendevelop agar menjadi barang yang siap diproduksi, karena cuan dari broker lebih menguntungkan 😊
Nama IAI dan logo bendera merah putih resmi dilepas kah?