Korea Selatan Revisi Jumlah Kontrak Produksi Awal KF-21 Boramae, Jadi Hanya 20 Unit Tahun Ini
|Menjelang tahap produksi awal jet tempur KF-21 Boramae yang akan dilakukan pada tahun ini, serangkaian persiapan dilakukan, sebut saja pihak pabrikan Korea Aerospace Industries (KAI) yang akan mengalokasikan dana US$178 juta untuk penyiapan pra sarana dan pendukung untuk produksi 40 unit KF-21. Nah, menjelang produski tahap awal, ternyata ada update yang disampaikan Defense Acquisition Program Administration (DAPA), bahwa produksi KF-21 yang akan dimulai tahun ini berkurang jadi 20 unit.
Baca juga: Jelang Produksi Tahap Awal KF-21 Boramae, KAI Alokasikan Anggaran US$178 Juta
Seperti dikutip @SavunmaSanayiST (27/3/2024), meski ada keputusan untuk memangkasa produksi tahap pertama jet tempur KF-21, namun kontrak untuk 20 unit sisanya (total tetap 40 unit) akan dilakukan pada tahun depan. Menurut update rencana yang telah disetujui, DAPA akan menandatangani kontrak hanya untuk 20 unit KF-21 Boramae di tahun ini. Untuk kontrak selanjutanya di tahun depan, 20 unit KF-21 akan diproduksi setelah KAI menuntaskan pengujian lebih lanjut, termasuk penuntasan uji rudal udara ke udara dan kemampuan radar active electronicphased array (AESA).
Sebelumnya, Defense Projects Promotion Committee Kementerian Pertahanan Korea Selatan telah menyetujui seluruh rencana produksi untuk total 40 unit KF-21, yang diperkirakan menelan biaya 7,92 triliun won (US$5,9 miliar) dan berlangsung mulai tahun ini hingga 2028. Dari anggaran tersebut, harga setiap jet tempur akan menelan biaya rata-rata US$145,7 juta. Dengan berkurangnya jumlah unit yang diakiusisi dalam kontrak, bisa jadi akan memperbesar biaya akuisisi per pesawat.
KAI berencana mengirimkan 40 unit KF-21 Block 1 yang dirancang untuk misi udara ke udara pada tahun 2026, disusul 80 unit KF-21 Block 2 untuk misi udara ke darat pada fase berikutnya. Perkiraan harga awal untuk KF-21 Block 1 adalah US$65 juta, dengan nilai tersebut maka dari segi harga KF-21 lebih rendah dibandingkan dengan pesawat generasi 4,5 lainnya seperti Rafale dan Eurofighter Typhoon.
Tak adanya kepastian dari Indonesia atas kelanjutan (pendanaan) proyek KF-21 Boramae, disebut membuka opsi bagi Korea Selatan untuk mengurangi jumlah pesanannya. Sebuah badan penelitian pertahanan Korea Selatan telah merekomendasikan pengurangan produksi KF-21. Kekhawatiran atas daya saing harga dan ketidakpastian seputar proyek KF-21 Boramae Korea Selatan telah mendorong Korea Institute for Defense Analyses untuk merekomendasikan pengurangan volume produksi awal.
Rencana awal Korea Selatan adalah memproduksi 120 unit KF-21 pada sampai tahun 2032, namun kini jumlah tersebut mungkin dikurangi. Lantaran ketidakpastian proyek, Korea Institute for Defense Analyses menyarankan pengurangan jumlah pada produksi gelombang (batch) pertama sebanyak setengahnya menjadi 20 unit.
Berdasarkan rencana besar, DAPA akan menandatangani kontrak produksi massal pada semester pertama tahun depan, yakni setelah melakukan studi kelayakan produksi dari Mei hingga Agustus tahun ini dan menyelesaikan rencana produksi massal pada bulan Desember 2023.
Tak Ada Kepastian dari Indonesia, Korea Selatan Buka Opsi Kurangi Produksi KF-21 Boramae
KAI telah mengembangkan enam prototipe pesawat tempur generasi ke-4,5 dengan pengiriman pertama ke Angkatan Udara dijadwalkan pada paruh kedua tahun 2026.
Dalam porsi Indonesia, bila rencana berjalan mulus, TNI AU kelak akan mendapatkan 48 unit KF-21. Lantas berapa biaya per unit jet tempur twin engine ini? Mengutip dari tealgroup.com, harga satu unit KFX/IFX (KF-21) pada tahun 2020 ditaksir mencapai US$100 juta, namun itu taksiran harga tertinggi, ada sumber lain yang menyebut harga jual per unit jet tempur ini bakal ada di kisaran US$70 juta. Namun, dengan dinamika global, seperti pecah perang di Ukraina sejak awal 2022, maka akan berpengaruh secara tak langsung pada biaya produksi. (Gilang Perdana)
Biaya per pesawat $145jt, itu msh kosongan atau sdh full option plus amo? Dr awal sdh gak yakin pswt ini bs murah karena fully new development, biaya R&D mahal dan forecast nya cm 120+48 pswt. Apalagi kalau Indonesia smp mundur hrgnya bakal terbang ke langit.