Update Drone KamikazeKlik di Atas

Buka Sejumlah Paradoks, Jubir Menteri Pertahanan Perancis Ungkap “Australian Submarine Affair”

USS Jefferson City (Los Angeles Class)

Kisruh seputar pengadaan kapal selam nuklir dan pembatalan pesanan kapal selam diesel listrik oleh Australia masih menjadi topik hangat di level global. Bukan sebatas pernyataan kekecewaan semata, Pemerintah Perancis dalam beberapa hari terakhir telah mengambil sikap tegas, mulai dari menarik duta besarnya dari Amerika Serikat dan Australia, sampai pembatalan beberapa agenda penting yang terkait anggota pakta AUKUS (Australia, United Kingdom and United States).

Baca juga: Menanti Tahun 2040, Australia Berencana Sewa Kapal Selam Nuklir dari AS atau Inggris

Di antara pejabat Perancis yang bersuara keras atas pembatalan pesanan 12 unit kapal selam Attack Class adalah Juru Bicara Menteri Pertahanan Hervé Grandjean. Sang jubir pun sampai membuat tweet berseri untuk meluruskan isu “Australian submarine affair” yang telah merugikan peluang bisnis dan citra Perancis di mata internasional. Beberapa pernyataan Hervé Grandjean yang merupakan poin penting kemudian dirangkum oleh navalnews.com (21/9/2021).

Pemerintah Australia memilih Naval Group (d/h DCNS) untuk desain 12 unit kapal selam masa depan (Future Submarine Programe) pada 26 April 2016. Dalam proyek SEA1000, DCNS menawarkan desain Shortfin Barracuda yang berhadapan dengan ThyssenKrupp Marine Systems (TKMS) dari Jerman yang menawarkan desain Type 216, kemudian ada desain Soryu Class dari Jepang yang ikut berkompetisi.

Berdasarkan kapal selam serang bertenaga nuklir (SSN) Barracuda milik Angkatan Laut Prancis, desain kapal selam Attack Class Australia memiliki panjang 97 meter dan diameter 8,8 meter. Sebagai mitra pendkung dalam proyek ini ada Lockheed Martin yang bertindak sebagai Future Submarine Combat System Integrator pada September 2016 dan Design Build and Integration Contract yang ditandatangani 12 Januari 2018.

Sesuai kesepakatan, proyek pembangunan kapal selam Attack Class Australia baru akan dimulai pada tahun 2023 dengan pengiriman unit perdana pada pertengahan tahun 2030-an. Bila mengacu pada kesepatakan AUKUS, maka pesanan delapan unit kapal selam nuklir Australia justru baru dimulai pembangunannya pada tahun 2030 dan pengiriman unit perdana pada tahun 2040.

Grandjean menyebut, selama 120 tahun terakhir, Perancis telah membangun lebih dari 250 kapal selam, termasuk lebih dari 230 kapal selam konvensional. Dengan keunggulan teknologi dari Naval Group, kapal selam Scorpene Class telah dijual ke Chili, Malaysia, India dan Brasil. Ia menambahkan, dalam banyak hal kinerja kapal selam Attack Class yang ditawarkan oleh Prancis kepada Australia lebih baik daripada yang ditawarkan oleh kapal selam nuklir. Mengapa?

Khususnya dalam hal akustik, kapal selam konvensional secara paradoks lebih baik daripada kapal selam nuklir: kapal selam konvensional tidak memiliki sistem pendingin permanen untuk reaktornya yang beroperasi. Posisi diam (di mana kapal selam dapat mendengarkan tanpa terdeteksi) sangat tinggi berkat teknologi pump-jet technology yang dikuasai oleh sedikit negara. Kapal selam yang ditawarkan ke Australia adalah kelas samudera, yang berarti memiliki otonomi dan kemampuan jangkauan yang sangat tinggi.

Sebagai sebuah paradoks, Grandjean mengungkapkan sikap tidak konsisten Australia. Pada tahun 2009, Buku Putih Pertahanan Australia, dua tahun setelah dimulainya proyek penggantian kapal selam Collins Class, dikatakan bahwa Pemerintah Australia telah mengesampingkan propulsi nuklir untuk kapal selam.

Pada hari yang sama dengan pengumuman AUKUS, Australia menulis kepada Prancis yang mengatakan bahwa mereka puas dengan kinerja kapal selam yang dapat dicapai dan dengan kemajuan program. Singkatnya: terus maju untuk meluncurkan fase kontrak berikutnya. Kembali muncul ke permukaan untuk mengisi ulang baterai melekat pada kapal selam diesel-listrik. Ini adalah permintaan Australia.

Kapal selam nuklir pada dasarnya memiliki kemampuan proyeksi yang lebih besar daripada kapal selam konvensional. Namun tonase Attack Class rancangan Perancis yang direncanakan (antara 4.500 – 5.000 ton) cukup besar untuk memberikan kemampuan proyeksi yang diperlukan untuk operasi angkatan laut Australia di wilayah samudera.

Merujuk Congressional Research Service report edisi Juni 2021, Grandjean mengatakan biaya produksi dari dua unit SSN Virginia terakhir yang dipesan (ke-35 dan 36) akan menjadi US$6,91 miliar, atau US$3,46 miliar per unit (€2,95 miliar). Jauh lebih mahal daripada Barracuda Perancis.

Baca juga: Tingkatkan Kemampuan Operasi di Perairan Dangkal, Kapal Selam Collins Class Mendapatkan Upgrade Sonar dari Thales

Berdasarkan pengumuman 17 September 2021, menunjukkan bahwa kapal selam nuklir akan dibangun di Australia. Tetapi di waktu terdahulu, Pemerintah Australia mengatakan tidak menginginkan industri nuklir, baik sipil maupun militer. Investasi dalam infrastruktur yang mampu menampung kapal selam nuklir di Australia, yang diperlukan untuk mencegah risiko lingkungan, dipastikan akan mahal dan rumit.

Demikian petikan dari komentar jubir Menhan Perancis menanggapi krisis diplomatik akibat raibnya kontrak bernilai Aus$90 miliar. (Bayu Pamungkas)

19 Comments