Update Drone KamikazeKlik di Atas

Tingkatkan Kemampuan Operasi di Perairan Dangkal, Kapal Selam Collins Class Mendapatkan Upgrade Sonar dari Thales

Masih butuh 10 tahun lagi bagi AL Australia (RAN) untuk menerima unit perdana kapal selam negerasi terbarunya, Attack Class. Berdasarkan kontrak senilai Aus$50 miliar, AL Australia akan menerima unit perdana dari 12 unit kapal selam diesel listrik yang teknologinya dipasok oleh Naval Group. Mengingat masih sangat lama untuk menanti Attack Class, maka upaya peningkatan kemampuan pada armada kapal selam Collins Class tak bisa ditawar lagi.

Baca juga: AL Australia Bangkitkan Nama Attack Class, Kini dalam Sosok Kapal Selam Masa Depan

Dikutip dari Navalnews.com (29/12/2020), disebutkan Thales Australia dan Commonwealth of Australia (CoA) telah menandatangani kontrak senilai US$23,7 juta untuk memasok next generation system pada enam unit kapal selam Collins Class. Tentu yang menjadi menarik perhatian, komponen apa saja yang ditawarkan Thales Australia dari next generation system tersebut?

Ada dua elemen utama dalam next generation system, yaitu Heron MOAS (Mine and Obstacle Avoidance Sonar) dan HFIA (High Frequency Intercept Array). Heron MOAS menyediakan peningkatan deteksi dengan low false alarm rate untuk menghadapi ancaman mulai dari ranjau hingga terumbu karang, beting, dan benda berbahaya seperti kontainer pengiriman yang dipindahkan. Sementara HFIA bakal digadang meningkatkan kemampuan kapal selam untuk mendeteksi emisi frekuensi tinggi seperti sonar, dan ancaman bawah laut yang muncul.

Heron MOAS adalah sistem yang dirancang dan dikembangkan oleh Thales, AL Australia, dan Litbang Industri Pertahanan untuk mengembangkan sistem sonar yang disesuaikan dengan persyaratan operasi unik bagi kapal selam, terutama dalam berlayar di perairan dangkal dengan peta laut yang tidak memadai.

Collins Class masuk ke kelas SSK (kasel diesel listrik) 471, keberadaan kapal ini didapuk sebagai pengganti Oberon Class yang pensiun pada pertengahan tahun 1980. Kasel perdana yang meluncur adalah HMAS Collins (73) pada tahun 1996, berlanjut ke HMAS Farncomb (74) pada Januarin 1998, HMAS Waller (75) pada Februari 2001, HMAS Dechaineux (76) pada Februari 2001, HMAS Sheean (77) pada November 2000, dan HMAS Rankin (78) pada Maret 2003. Armada Collins Class berpangkalan di Cockburn Sound di Australia Barat.

Dari sisi persenjataan, Collins Class mengandalkan torpedo, rudal anti kapal dan ranjau. Pada bagian haluan terdapat enam peluncur torpedo kaliber 533 mm (21 inchi). Torpedo yang dibawa dari jenis Mark 48 Mod 7 CBASS (common broadband advanced sonar system) menggunakan active/passive homing dengan hulu ledak 267 kg. Torpedo ini dapat meluncur sejauh 38 km pada kecepatan 55 knots, atau 50 km kecepatan 40 knots.

Menggunakan peluncur yang sama dengan torpedo, Collins Class juga bisa diluncurkan rudal anti kapal UGM-84C Sub Harpoon yang beroperasi dengan active radar homing. Rudal pesaing SM-39 Exocet ini sanggup melesat sejauh 30 km dengan kecepatan Mach 0,9 dengan membawa hulu ledak 227 kg. Secara keseluruhan, tiap Collins Class dapat membawa 22 torpedo atau rudal.

Guna menghadapi peperangan elektronik, Collins Class mengusung sistem sensor elektronik ES-5600 dari EDO yang beroperasi di radar band 2Ghz – 18Ghz serta mendukung atomatic detection, direction finding, identification dari sinyal radar. Perangkat ESM (electronic support measures) AR-740 dari EDO Argo System juga disematkan di Collins Class.

Baca juga: [Polling] Collins Class RAN – Lawan Tanding Terberat Armada Kapal Selam TNI AL

Lantaran sempat di dera beberapa permasalahan teknis, armada Collins Class telah mengalami beberapa proses upgrade dari sisi sensor dan persenjataan. Ada cerita, salah satu Collins Class, HMAS Farncomb pada Maret 2007 pernah tersangkut jaring nelayan ketika sedang melaksanakan misi intelijen di perairan Indonesia. Musibah itu nyaris memakan korban beberapa awak kasel tersebut. (Gilang Perdana)

6 Comments