Tersandung Masalah Kosovo, Perancis Enggan Jual Dassault Rafale ke Serbia

Tidak semua negara yang punya duit dan berkawan dengan Perancis mendapat lampu hijau untuk bisa membeli jet tempur Rafale. Kadang karena sandungan masalah politik, negeri penjual alutsista bisa ‘ogah-ogahan’ alias menolak halus untuk menjual alutsista primadona. Hal ini belakangan dialami oleh Serbia yang punya niat untuk membeli 12 unit Dassault Rafale dalam kondisi baru.

Baca juga: Dassault Aviation: “Kapasitas Produksi Jet Tempur Rafale Kini Menjadi Tiga Unit Per Bulan”

Seperti dikutip Bulgarianmilitary.com, pada bulan April 2022, tersiar kabar tentang rencana Serbia untuk mengakuisisi jet tempur Rafale untuk menggantikan MiG-29 yang berasal dari Rusia. Spekulasi menyebut Serbia ingin mendapatkan 12 unit atau satu skadron Rafale dalam kondisi baru. Sebagai catatan, ini bukanlah kolaborasi pertahanan pertama Serbia dengan Perancis. Kedua negara sebelumnya telah menjalin hubungan yang bermanfaat dan memposisikan Perancis sebagai alternatif dari hubungan Serbia dengan Federasi Rusia.

Pada bulan Oktober 2021, Kementerian Pertahanan Serbia membuat kesepakatan dengan Airbus untuk mengirimkan dua pesawat angkut sedang C295, menggantikan Antonov An-26. Menariknya, keputusan ini diambil ketika Rusia gagal menepati janjinya untuk memasok pesawat angkut tambahan ke Serbia.

(Thales)

Pada Februari 2023, Serbia menegaskan kembali komitmennya untuk membeli jet Rafale Perancis. Pengumuman ini disampaikan secara resmi oleh Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada pameran pertahanan IDEX 2023 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Sempat ada dugaan bahwa total biaya pembelian jet Rafale dari Perancis berpotensi merugikan Serbia sebesar 3 miliar euro. Angka ini bahkan tampak lebih besar mengingat ‘tugas utama’ Beograd sebelumnya, yaitu meningkatkan anggaran pertahanan menjadi hanya 2,2 miliar dolar untuk memenuhi kebutuhan dasar pertahanannya.

CH-92A – Drone Kombatan Pertama Buatan Cina yang Digunakan Negara di Eropa

Namun, Serbia berada dalam situasi sulit. Negara di Balkan ini sangat membutuhkan pesawat operasional untuk menggantikan MiG-29 yang sudah tua. Setelah Februari 2022 (invasi Rusia ke Ukraina), pengadaan komponen untuk MiG-29 menjadi semakin sulit. Setahun kemudian, menjelang akhir Maret 2024, Presiden Serbia Vucic mengisyaratkan niatnya untuk membeli jet tempur Rafale saat melakukan inspeksi di pangkalan udara. Ia menyatakan dengan cukup jelas bahwa jika jet Rafale tidak tersedia, dia siap mencari opsi lain.

Saat ini, keberhasilan penjualan Rafale sangat bergantung pada kedudukan politik Perancis. Permasalahan serius mengenai status Kosovo merupakan pertimbangan penting bagi Paris, plus keengganan Perancis untuk menjual rudal Meteor udara ke udara ke Serbia, karena negara tersebut bukan anggota NATO.

Posisi yang diambil Serbia mengenai status Kosovo menjadi sandungan dalam isu politik di Eropa. Serbia secara tegas menyangkal kemerdekaan Kosovo pada tahun 2008, dan hukum internasional ikut berperan dalam hal ini. Argumen Serbia adalah bahwa pemisahan diri sepihak Kosovo melanggar prinsip integritas wilayah; landasan hukum internasional. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu negara harus menghindari tindakan yang dapat mengganggu persatuan nasional dan keutuhan wilayah negara lain. Sebagai catatan, deklarasi kemerdekaan Kosovo tidak diakui oleh empat anggota NATO: Rumania, Spanyol, Yunani, dan Slovakia.

Masalahnya adalah komunitas internasional mempunyai pendapat berbeda. Banyak negara Barat – Amerika Serikat dan sebagian besar negara Uni Eropa, misalnya – telah mengakui kemerdekaan Kosovo. Namun, negara-negara lain, seperti Rusia dan Cina, sejalan dengan sudut pandang Serbia. Perselisihan ini telah menghambat upaya Kosovo untuk mencapai pengakuan internasional sepenuhnya dan menjadi anggota badan-badan internasional.

Kekhawatiran lainnya adalah keadaan mengenai minoritas Serbia yang tinggal di Kosovo. Serbia telah menyatakan kekhawatirannya atas perlindungan dan hak-hak komunitas Serbia di Kosovo. Bahkan dengan adanya pasukan penjaga perdamaian internasional, ketegangan antara mayoritas warga Albania Kosovo dan minoritas Serbia masih tetap tinggi.

Terdapat kemajuan dalam penyelesaian konflik melalui dialog dan diskusi, dengan Uni Eropa bertindak sebagai mediator. Namun, pembicaraan ini sering kali dibayangi oleh ketidakstabilan politik dan ketidakpercayaan antara kedua partai. Masalah status Kosovo terus menjadi hambatan besar bagi ambisi Serbia untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Saat ini Angkatan Udara Serbia sebagian besar menggunakan varian MiG-29, khususnya MiG-29B 9-12A dan MiG-29UB 9-51A. Pesawat-pesawat ini telah mengalami peningkatan ke versi MiG-29SM, yang memiliki fitur avionik canggih, kapasitas bahan bakar yang diperluas, dan kemampuan beradaptasi untuk senjata berpemandu presisi. (Gilang Perdana)

FK-3 Air Defence System – Sistem Hanud Jarak Jauh Pertama Buatan Cina yang Digunakan Negara di Eropa

One Comment