Tak Peroleh S-400 dari Rusia, Iran Rilis Sistem Rudal Hanud Khordad 15
|Belum lama ini permintaan Iran untuk mendatangkan rudal hanud (pertahanan udara) S-400 telah ditokak Rusia. Padahal tekanan dan ancaman serangan udara dari Amerika Serikat ke Negeri Para Mullah ini kian dikumandangkan Presiden AS Donald Trump. Iran diketahui punya beragam arsenal rudal hanud yang mumpuni, tapi ‘stock’ yang ada rupanya dirasa masih kurang, apalagi ancaman serangan udara bukan hanya dari AS, melainkan juga dari Israel.
Baca juga: Rudal Jelajah Jarak Jauh Hoveizeh – Hasil Reverse Engineering Terbaru dari Iran
Seolah menjawab tantangan tersebut, reverse engineering alutsista menjadi pilihan bagi Tehran. Seperti pada 9 Juni 2019, Kementerian Pertahanan Iran memperlihatkan sistem rudal hanud jarak jauh buatan dalam negeri yang disebut 15 Khordad Air Defence System.
Dikutip dari timesofisrael.com, Menteri Pertahanan Republik Israel, Amir Hatami menyebutkan bahwa radar passive phased array di sistem hanud Khordad 15 sanggup melacak sasaran sejauh 150 km dan dapat mengeliminasi sasaran berupa jet tempur dan drone di jarak 120 km. Sistem peluncur Khordad yang mirip rudal Patriot ini dikabarkan dapat melacak enam sasaran dalam waktu bersamaan.
Dihadapan media, Amir Hatami menjelaskan bila 15 Khordad dapat mendeteksi sasaran berupa pesawat siluman (stealth) dari jarak 85 km, dan kemudian dapat dihancurkan di jarak 45 km. Keunggulan lain dar sistem rudal ini adalah dapat disiapkan dalam waktu lima menit.
Dari beberap sumber, dikatakan Iran mencomot platform rudal Hawk, yaitu rudal hanud jarak sedang buatan Raytheon, AS. Iran diketahui menerima paket rudal Hawk sebelum Revolusi Iran, bahkan Iran masih sempat mendapatkan suku cadang rudal Hawk lewat skandal Iran-Contra di dekade 80-an. “Iran telah bekerja dalam beberapa tahun terakhir untuk membuat senjatanya sendiri secara lokal, dan kesemuanya digunakan untuk membela Iran dari ancaman asing,” ujar Amir Hatami.
15 Khordad Air Defence System menggunakan jenis rudal Hoveyzeh, digambarkan dapat terbang di ketinggian rendah dan punya presisi tinggi. Dalam acara peluncuran, pihak Ministry of Defence and Armed Forces Logistics (MODAFL) memperlihatkan sistem 15 Khordad Air Defence yang terdiri dari dua peluncur yang dipasang pada basis truk. Masing-masing peluncur berisi empat tabung rudal. Selain itu di bagian depan, diperlihatkan sosok rudal yang digunakan.
Baca juga: Fateh Class – Inilah Keunggulan Kapal Selam Diesel Listrik Terbaru Iran
Kuat dugaan rudal yang digunakan dari tipe Sayyad-3 yang lini produksinya telah dibuka pada Juli 2017. Rudal ini konon dapat mengakau sasaran sejauh 120 km dan melesat sampai ketinggian 27 km. (Haryo Adjie)
WASHINGTON – Iran menembak drone Amerika Serikat (AS) dengan rudal darat ke udara sebelum terjadi serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman. Begitu bunyi laporan terbaru media AS, CNN.
Menurut CNN, yang mengutip pernyataan seorang pejabat AS, rudal Iran itu tidak mengenai sasaran dan jatuh ke laut. Pejabat itu mengatakan drone MQ-9 melihat kapal-kapal Iran mendekati tanker sebelum serangan terjadi. Namun, ia tidak mengungkapkan apakah AS melihat kapal itu menyerang tanker.
Pejabat yang sama mengatakan hanya beberapa hari sebelum serangan itu, sebuah drone reaper AS ditembak jatuh di Laut Merah oleh sebuah rudal Iran yang ditembakkan oleh pemberontak Houthi seperti dilansir dari Daily Express, Sabtu (15/6/2019).
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran atas serangan terhadap dua kapal tanker pada hari Kamis lalu.
“Iran mengecam karena rezim itu ingin agar kampanye tekanan maksimum kami yang berhasil dicabut,” kata Pompeo.
“Komunitas internasional mengutuk serangan Iran pada kebebasan navigasi dan penargetan warga sipil yang tidak bersalah,” imbuhnya.
Pompeo juga yakin serangan Iran terhadap empat tanker lainnya bulan lalu adalah upaya untuk menaikkan harga minyak internasional.
Inggris juga mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka percaya serangan itu diatur oleh Iran.
Baca juga: Soal Serangan Kapal Tanker, Inggris Percaya Penilaian AS
Presiden AS Donald Trump juga yakin bahwa Teheran bertanggung jawab atas serangan terhadap tanker.
“Iran melakukannya dan Anda tahu mereka melakukannya karena Anda melihat kapal,” ujarnya mengacu pada foto dan video yang dirilis oleh Pentagon pada hari Kamis.
Dalam video itu, sebuah perahu kecil terlihat berlayar di sisi kapal tanker Jepang. Seseorang terlihat berdiri di haluan kapal dan dapat terlihat sedang memindahkan benda dari lambung kapal tanker itu.
AS mengatakan benda itu kemungkinan merupakan ranjau yang tidak meledak.
Baca juga: AS Rilis Video Tentara Iran Pindahkan Ranjau dari Kapal Tanker di Teluk Oman
Iran membantah terlibat dalam serangan itu. Seorang juru bicara untuk misi diplomatik Iran, Alireza Miryousefi, mentweet sebuah pernyataan yang mengatakan Iran dengan tegas menolak klaim tidak berdasar AS dan mengutuknya sekuat mungkin.
Akurasi tinggi.? Pemandunya pake apa.? Glonas, GPS atau baiduwi.? Iran kan gak punya satelite navigasi sendiri.?
Satelit navigasi buat rudal jelajah bukan rudal hanud
Iran perlu menjadi percontohan karena dapat membuat Alusista sendiri yang cukup mumpuni untuk itu Indonesia harus bias mencontoh Iran
Salut dengan Iran, diembargo puluhan tahun oleh Amerika dan sekutunya, Iran mampu mewujudkan kemandirian alutsista pertahanan, karena pemerintahnya sangat mendukung riset walaupun dgn dana yang terbatas, beda dgn diindonesia. Hasil riset banyak yang cuma sampai fase prototipe karena mental korupsi dan jiwa nasionalisme yang rendah
Tetep aja kualitas jelek tu iran. Kl bisa nembak f 22 saya beli 4 buat jaga d kosan
Yg penting bisa bikin, gak perlu banyak berita tiba2 udah jadi alutsistanya. Bahkan PAC2 saudi yg mahal belom tentu jaminan kualitas bagus
Fansboys rusia berkata indonesia darurat S-400 atau tidak perlu krn ke depan tdk ada perang dg negara FPDA & US atau tdk ada duit, Aha hahahaha,
Indonesia utk TNI AL Aster 30 & THAAD utk TNI AD
jgn khawatir SU-35 tgl 31 Des 2024 keburu IFX d produksi atau kata fansboys rusia keburu perang
hahahaha
Tetap saja platform hanud Rusia tidak dipilih oleh kita karena mahalnya biaya akuisisi dan integrasi. Osa berganti menjadi Starsreak, Pantsyr berganti wujud ke Skyshield + Chiron, Buk tersingkir oleh NASAMS. Alasan simpel harga lebih murah daripada yang ditawarkan platform Rusia
Patriot Knockoff, tetep aja Hawk kw.
Penjelasannya masuk bang, harga dan biaya integrasi yang mahal membuat Indonesia lebih memilih produk barat daripada rusia serta UU yang dibikin amerika terhadap produk rusia juga membuat semakin susah untuk membeli alutsista rusia.
Saya bukan fans boy manapun tapi apa yang dikatakan kolonel kalau Indonesia beli THAAD, saya katakan anda ini ngimpi disiang bolong, emang USA ngasih? La cuma F-15 aja gak dikasih masih minta yang mustahil didapatkan. HAHAHA
Thaad masuk kandidat Tupoksi TNI-AD, lalu sampeyan mintax Bamse nggak mungkin, swedia is bullshit nyatax beli Patriot dr US, F-15X, FA-18 Block III & EA-18G, cuma saran & promo ane, d beli nggak d beli, ndak masalah yg penting SU-35 & Gripen Situngkir nggak d pilih aha hahaha haha
Tupoksi long range SAM seperti S300, S400, Aster 30, THAAD dll buat TNI bukan untuk menjatuhkan pesawat tempur tetapi rudal. Aster 30 & THAAD sudah masuk dalam program jangka panjang hanud TNI dimana Aster 30 buat counter rudal jelajah & THAAD counter rudal balistik.
Harga 2 batere S300 bisa dapat 3 batere Aster SAMPT ataupun Patriot. 1 batere S400 bisa dapat 2 batere THAAD
Imbas sanksi perdagangan komponen militer yang dijatuhkan USA ke Rusia harga alutsista Rusia naik tajam dan yang paling menderita adalah rudal. Ditambah penerapan UU IndHan dengan kewajiban ToT & UU Ketahanan Moneter yang mau tidak mau kita lebih memilih opsi alutsista dengan harga lebih murah