SS Atlantic Conveyor – Kisah Tragis Kapal Kontainer yang Diubah Menjadi ‘Kapal Induk’

Tak sedikit warganet yang dibuat takzim dengan apa yang dilakukan Iran, yaitu dengan mengubah kapal niaga (tanker) menjadi kapal induk multiguna. Sebut saja kapal IRINS Makran 441 yang beratnya mencapai 106.000 ton, kini masih menjadi andalan Iran sebagai pangkalan apung di Selat Hormuz. Namun, jauh sebelum itu, gagasan mengubah kapal niaga menjadi ‘kapal induk’ sudah lebih dulu dilakukan oleh Inggris.

Baca juga: IRINS Makran 441 – Kapal Induk Multiguna Terbesar Iran Pengawal Selat Hormuz

Dalam kondisi mendesak guna merespon pendudukan Pulau Falkland oleh militer Argentina, pada tahun 1982 dilakukan upaya kilat untuk mengoptimalkan sumber daya non militer untuk mendukung pergerakan pasukan dan alutsista lintas laut jarak jauh.

Karena rentang waktu persiapan yang singkat, diputuskan beberapa kapal kargo untuk diubah perannya menjadi kapal angkut untuk mengirimkan logistik, termasuk jet tempur dan helikopter. Yang dimaksud adalah disini adalah SS Atlantic Conveyor dan Atlantic Causeway, yang mendapatkan tugas dari Kementerian Pertahanan Inggris untuk mendukung kampanye di awal Perang Malvinas melalui sistem STUFT (Ships Taken Up From Trade).

Namun, kapal kargo kontainer rasa kapal induk ini tidak dianggap sebagai komponen strategis yang bernilai tinggi, oleh karena itu, Atlantic Conveyor tidak dipersenjatai, baik itu dengan sistem pertahanan aktif atau pasif sekalipun. Sebagai catatan, SS Atlantic Conveyor punya bobot 15.000 ton, panjang 212 meter, lebar 28 meter dan kecepatan maksimum 23 knots.

Padahal yang dibawa Atlantic Conveyor terbilang alutsista bernilai mahal, bertolak dari Inggris dan sempat transit di Ascension Island, kapal ini dilaporkan membawa kargo berupa enam unit helikopter angkut sedang Westland Wessex, lima helikopter angkut berat CH-47 Chinook, delapan unit jet tempur Sea Harrier dari AL Inggris dan enam unit Harrier Jumpt Jet GR3 dari AU Inggris.

Dalam perjalanan, Satu Chinook meninggalkan Atlantic Conveyor untuk mendukung operasi Ascension Island. Dengan pesawat yang masih tersimpan, kapal kemudian berlayar ke Atlantik Selatan. Setibanya di Falkland pada pertengahan Mei, semua Harrier diturunkan ke kapal induk konvensional; Harrier Jump Jet diterbangkan ke kapal induk HMS Hermes, sementara Sea Harrier dibagi penempatannya di HMS Hermes dan HMS Invincible. Sementara itu, sebuah helikopter Sea Lynx HAS.2 diterbangkan dan diparkir di Atlantic Conveyor pada 20 Mei 1982.

Apesnya, tepat pada 25 Mei 1982, SS Atlantic Conveyor yang diluncurkan pada 225 Agustus 1969, kepergok dua jet tempur Super Etendard milik Argentina. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, dua rudal anti kapal AM-39 Exocet yang dilepaskan Super Etendard, berhasil menghajar lambung kapal kontainer buatan galawan Swan Hunter ini.

Singkat cerita, pasca disengat rudal, Atlantic Conveyor mengalami kebakaran hebat, namun kapal tidak langsung karam. Meski menewaskan 12 personel, Atlantic Conveyor masih terus mengambang sampai hari keempat. Namun, atas kerusakan dan serangkaian kebocoran yang tidak bisa ditanggulangi, Atlantic Conveyor akhirya tenggelam saat berusaha ditarik pada 28 Mei 1982.

Selain korban tewas, rupanya ada aset penting Inggris yang ikut hancur dalam serangan Exocet, dimana saat serangan terjadi, masih terdapat enam helikopter Wesltland Wessex, tiga helikpter Chinook dan sebuah Sea lynx yang ikut hancur dan tenggelam

Atas kerugian tersebut, berdampak pada mobilitas pasukan Inggris dalam operasi penyerbuan di Falkland, dimana prajurit infanteri Inggris harus berjalan kaki cukup jauh untuk menjangkau beberapa titik strategis di pulau tersebut.

Baca juga: Inilah MV Saviz – Kapal Kargo “Mata-mata” Iran yang Terkena Ranjau Israel di Laut Merah

Walau akhirnya Perang Malvinas berhasil dimenangkan oleh Negeri Perdana Menteri Margaret Thatcher, namun, kisah kapal kontainer SS Atlantic Conveyor yang disulap sebagai kapal induk, tetap punya kenangan tersendiri dan menjadi pembelajaran dalam dukungan operasi lintas laut jarak jauh. (Gilang Perdana)

10 Comments